25 Resi Gudang di Provinsi Jawa Timur Belum Operasional

Kepala Bakorwil Jember yang juga Pj. Bupati Probolinggo R. Tjahjo Widodo saat membuka Rakor Percepatan Implementasi Sistem Resi Gudang se Wilker Jember, di aula Pendopo Kab. Probolinggo, kemarin.

(Bappebti Gandeng Bakorwil Jember Gerakkan SRG)

Jember, Bhirawa
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) gandeng Bakorwil Jember untuk menggerakkan Sistem Resi Gudang yang selama in tidak beroperasioal. Berdasarkan data, di Jatim sendiri terdapat 25 Resi Gudang, lima diantaranya di wilayah Baperwil Jember yang tak beroperasional. Sehingga upaya pemerintah untuk membantu mengangkat harga komuditas petani disaat musim paceklik tidak maksimal.
Yuli Edy Subagyo atau lebih dikenal P. Yes Kabag Penguatan Pemberdayaan Sistem Resi Gudang Bappebti Kementrian Perdagangan mengatakan, tidak beroperasionalnya resi gudang di Jawa Timur karena tidak tersedianya pengelola gudang. Pemerintah daerah sebagai pemilik gudang tidak mampu menyediakan pengelola gudang sebagai penanggung jawab pengelola gudang.
“Ibarat kita punya kendaraan tapi tidak ada sopirnya, khan tidak bisa kemana-mana. Ini merupakan tanggung jawab pemerintah daerah sebagai pemilik gudang,’ ujar Pak Yes saat Rapat Koordinasi Percepatan Implementasi Sistem Resi Gudang diwilayah Bakorwil Jember yang digeler di Pendopo Kabupaten Probolinggo, kemarin.
Ada beberapa faktor kenapa pememerintah daerah tidak segera menyediakan tenaga pengelola gudang. Yang pertama, karena pergantian pimpinan sehingga kebijakannya berubah-rubah, karena ada perbedaan bendera (politik) dan yang ketiga karena edukasi tentang manfaat resi gudang kepada masyarakat kurang.” Ini yang menjadi persoalan, sehingga keberadaan resi gudang tidak termanfaatkan didaerah-daerah. Kalau lama tidak termanfatkan, akan semakin bermasalah, karena banyak sarana dan prasarana yang ada akan banyak yang rusak,” terangnya.
Keberadaan resi gudang ini dapat membantu para petani dan juga dapat menunjang ketahanan pangan nasional. Resi gudang ini merupakan salah satu alternatif pemerintah untuk membantu pembiayaan para petani disaat harga komuditas yang dihasilkan anjlok.
” Biasanya terjadi saat panen raya, barang melimpah, harga akan turun, belum lagi permainan para tengkulak. Disaat hargo anjlok, petani bisa menyimpan komuditinya didalam gudang. Kemudian pengelola gudang itu mengelurkan resi yang bisa dijadikan agunan di bank. Dengan jaminan resi ini, pinjaman bisa 70 persen dari harga komuditi dengan bunga yang rendah. Disaat harga mulai tinggi, petani bisa menjual komuditinya diluaran,” terangnya.
Di Jawa Timur ada sekitar 25 resi gudang. 23 resi gudang dibangun oleh pemerintah pusat melalui kementrian perdangangan, 2 resi gudang dibangun oleh Pemprov Jawa Timur. Yakni di Kab. Banyuwangi dan Tulungangung. Berdasarkan data yang ada, kata Pak Yes hanya 10 persen yang pernah beroperasi dan saat ini sudah tidak beroperasi lagi alias macet karena bermasalah.” Alhamdulillah melalui Bakorwil Jember dan Bakorwil lain di Jatim akan ikut membantu menghidupkan resi gudang di Jawa Timur,” katanya pula.
Saat ini, kata Pak Yes, ada 17 komuditi yang bisa disimpan dalam gudang, yang sebelumnya hanya 8 komuditi. Diantaranya, beras, jagung gabah, kopi, kakao, garam, gambir, lada, rumput laut, karet bawang, lada, pala dan ikan.” Kalau kita petakan, untuk jagung, beras dan gabah Jawa Timur lumbungnya, selain kopi dan kakao,” kata Pak Yes sebagai peanggung jawab gudang dilapangan.
Secara, Kepala Bakorwil Jember R. Tjahjo Widodo mengaku prihatin dengan tidak beroperasionalnya 25 resi gudang di Jatim. Melalui Bakorwil-Bakorwil lainnya di Jawa Timur, R.Tjajo mengaku akan membantu Bappebti untuk menggerakkan Sistem Resi Gudang (SRG) di Jawa Timur, utamanya diwilayah kerjanya.” Diwilayah Bakorwil Jember ada 5 resi gudang, yakni di Probolinggo, Banyuwangi , Bondowoso dan Jember. Kami akan berupaya mencari tahu dan solusi apa yang menjadi penyebab tidak beroperasinya resi gudang di ini,” ujar Tjahjo yang juga sebagai Pj. Bupati Probolinggo kemarin.
Menurut Tjahjo, keberadaan resi gudang ini sangat membantu para petani dari jeratan pengijon, renternir dan permainan tengkulak. Disaat musim paceklik atau harga komunitas petni anjlok, mereka tidak pusing lagi memikirkan biaya produksi dan biaya hidup dimusim tanam berikutnya.” Mereka bisa menyimpan hasil panennya didalam gudang dan mendapat resi, dan resi itu bisa digunakan untuk pinjaman kredit bank dengan agunan resi itu tadi dengna bunga yang sangat rendah.. Disaat harga membaik, petani bisa menjual komuditasnya kembali keuntungan yang diharapkan,”ujarnya.
Oleh karena itu, dalam rakor ini diharapkan ada titik temu dan masukan dari petani dan perguruan tinggi serta semua pihak yang terkait, apa yang menjadi penyebab tidak beroperasionalnya resi gudang tersebut. “Dari UPN Veteran Surabaya agar persoalan tidak beroperasionalnya resi gudang ini untuk dikaji lebih dalam. Bahkan tadi juga ada beberapa masukan dari para petani terkait resi gudang. Dari hasil rakor ini, nanti aplikasinya akan kita dorong agar resi gudang ini bisa beroperasional,”pungkas cahyo kemarin. (efi/wit)

Tags: