Permintaan Trombosit di PMI Kabupaten Tulungagung Meningkat

Dokter Hj Rukmi menunjukkan persediaan trombosit yang tersimpan di PMI Tulungagung, Rabu (6/2).

Tulungagung, Bhirawa
Seiring meningkatnya kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Tulungagung, Palang Merah Indonesia (PMI) Tulungagung mencatat peningkatan permintaan trombosit. Dalam bulan Januari 2019 permintaan trombosit mencapai 486 kantong.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Tulungagung, dr Hj Rukmi pada Bhirawa, Rabu (6/2), mengakui peningkatan jumlah kasus penyakit DBD berpengaruh pada jumlah permintaan trombosit. “Biasanya perbulan permintaan trombosit itu antara 200 sampai 300-an kantong, namun pada bulan Januari 2019 sudah mencapai 486 kantong,” katanya.
Catatan PMI Tulungagung menyebutkan, permintaan trombosit mulai mengalami peningkatan sejak Agustus 2018 lalu. Saat itu permintaan sebanyak 301 kantong. Kemudian terus meningkat pada bulan-bulan berikutnya, yakni bulan September sebanyak 303 kantong, Oktober (261 kantong), November (338 kantong) dan Desember (347 kantong).
Menurut Rukmi, kendati permintaan trombosit mengalami peningkatan, PMI Tulungagung terus menjaga ketersediaan trombosit. Tidak sampai persediaan menjadi kosong.
“Kami selalu berhubungan dengan para pendonor darah. Mereka semua terhubung dengan media sosial. Setiap hari selalu dilaporkan keadaan persediaan darah di PMI pada para pendonor, sehingga kalau persediaan menipis para pendonor datang untuk mendonorkan darahnya dan kami langsung dapat memisahkan trombositnya,” paparnya.
Pada Rabu (6/2) kemarin, trombosit di PMI Tulungagung juga sudah tersedia. Untuk trombosit golongan darah A sebanyak 12 kantong, golongan darah B (lima kantong), golongan darah 0 (empat kantong) dan golongan darah AB (satu kantong).
Rukmi yang mantan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung ini menyebut persediaan trombosit tidak sebanyak persediaan darah karena usia trombosit yang relatif lebih singkat. Yakni hanya mampu bertahan lima hari.
“Lain dengan persediaan darah yang bisa bertahan sampai 36 hari. Kalau trombosit hanya bisa bertahan sampai lima hari. Karena itu, persediaan trombosit tidak terlalu banyak karena lebih lima hari sudah kedaluarsa dan harus dibuang,” paparnya.
Selama ini, lanjut dia, warga yang membutuhkan trombosit di PMI Tulungagung selalu terlayani. Bahkan tidak hanya warga asal Tulungagung yang datang meminta, tetapi juga dari kabupaten/kota sekitar. Seperti dari Trenggalek dan Blitar.
Rukmi juga menjelaskan trombosit tidak hanya diperlukan bagi penderita DBD saja, namun juga penyakit lainnya. “Permintaan trombosit tidak melulu untuk pasien penyakit DBD tetapi juga bisa pasien penyakit lain seperti pasien penderita penyakit kanker. Jadi trombosit untuk berbagai penyakit, tidak hanya DBD,” terangnya.
Seperti diketahui, jumlah penderita penyakit DBD di Tulungagung termasuk yang tertinggi di Jawa Timur. Pada bulan Januari 2018 tercatat jumlah penderita DBD sebanyak 257 penderita dan tiga penderita di antaranya sampai meninggal dunia. Jumlah penderita penyakit DBD di Tulungagung menempati ranking kedua setelah Kabupaten Kediri. (wed)

Tags: