280 Ton Bawang Merah Probolinggo Diekspor Ke Thailand dan Vietnam

Bawang merah siap ekspor ke Tailand dan Vetnam.

Probolinggo, Bhirawa
Disaat hama ulat daun, bawang merah menyerang lahan petani Probolinggo, namun produk bawang merah Probolinggo tetap diminati warga luar negeri. Terbukti sebanyak 280 ton bawang merah di ekspor ke Thailand dan Vetnam.
Pasar baru ini, diyakini akan meningkatkan kesejahteraan petani bawang merah. Meski terpuruk, pasca diserang ulat daun, ternyata petani Probolinggo mampu menghasilkan bawang merah dengan kualitas cukup bersaing. Buktinya, sebanyak 10 kontainer berisi 280 ton bawang merah di ekspor ke negara Thailand. Pelepasan barang ekspor itu, dilakukan dari pasar bawang Dringu, Kabupaten Probolinggo. Hal ini diungkapkan H. Damanhuri salah satu Ekesporti Bawang merah di paasr tersebut, Senin 6/8.
Sebelumnya bawang sini, hanya djual ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan ke Papua. Jadi dengan adanya pasar baru ini, akan memicu gairah petani bawang. Sebenanrya juga sudah sampai ke Malaysia. Dengan begitu maka bwang merah yang asalnya bibitnya dari Thailand dan Vetnam kini hasilnya di kembalikan ke sana, ujarnya.
Bawang merah ini, merupakan produksi sejumlah petani bawang. Sayang, rencana ekspor itu tak sesuai dengan ekspektasi awal, yang direncanakan sebanyak 500 ton bawang merah. Sebab, akibat serang ulat, hasil produksi bawang merah tak maksimal. “Betul, tahun ini produksi bawang kita tak sebagus tahun lalu. Tahun ini rusak karena diserang hama ulat daun. Meski begitu kita mampu melakukan ekspor ke negara lain,” jelasnya.
Ekspor bawang merah ini, melalui PT. Cipta Makmur Sentosa yang bekerjasama dengan Jaringan Kemandirian Nasional (JAMAN). Dipilihnya bawang merah produksi petani Probolinggo, karena kadar airnya sedikit sehingga disukai pasar luar negeri. Selain itu harganya cukup murah yakni hanya Rp 16 ribu per kilogram
Sebelum melakukan eskpor, JAMAN telah melakukan penjajakan sejak setahun yang lalu. Ada dua negara yakni Thailand dan Vietnam yang dituju. Namun hanya pasar Thailand yang merespon dan dianggap potensial. Sementara negara Vietnam melakukan proteksi terhadap bawang merah produksi lokal.
“Untuk konsumsi lokal maupun nasional, bawang produksi petani kita mencukupi. Sehingga kami mencoba melakukan terobosan baru dengan menjajaki pasar luar negeri. Ternyata hasilnya cukup bagus. Ekspor bawang merah milik petani Probolinggo baru pertama kali dilakukan,” kata Ketua JAMAN A Iwan Dwi Laksono.
Direncanakan tiap bulannya ada 10 kontainer yang akan dilayarkan ke negeri gajah putih tersebut. Diharapkan, oreintasi pasar baru ini mampu meningkatkan kesejahteraan petani bawang Probolinggo. Ekspor ini menjadi sejarah panjang perkembangan bawang di Probolinggo untuk ke depannya. Istilah bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian ini sangat tepat untuk menggambarkan suasana petani bawang merah tahun ini, paparnya.
Sejumlah petani bawang merah di Kabupaten Probolingo tahun ini mengalami gagal panen. Penyebabnya, karena serangan hama. Dan dampaknya, produktivitas menurun drastis bahkan terjuan bebas. Namun, di tengah kondisi itu, bawang merah petani justru mampu menembus pasar internasional melalui Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman) ini, ungkapnya.
Rencananya, pengiriman akan dilakukan secara bertahap dan diperkirakan akan selesai pada tiga pekan ke depan. “Semisal kemarin produktifitas maksimal, dan tidak sampai gagal panen, mungkin ekspor yang dilakukan akan berjumlah lebih besar dibandingkan sekarang,” tandasanya.
Pengiriman dilakukan secara bertahab, minggu kemarin dua kontainer, sekarang empat kontainer dan perkiraan minggu depan empat kontainer. Ia menjelaskan, ekspor ini di satu sisi sebagai keberhasilan, namun di sisi lain ini sebuah keterpurukan. Ia menyebut, pasar internasional dipilih selain karena stok ada, tapi juga harga bawang disini juga rendah. “Kami ingin menjaga kesejahteraan masyarakat, karena harga di pasar lokal rendah. Bawang merah kami ini kualitasnya diakui di luar negeri,” tambahnya.(Wap)

Tags: