Nelayan Jeda Melaut

Hidangan menu ikan laut (hasil tangkapan), bisa dinikmati dengan harga murah. Walau sebenarnya, setiap ikan laut diperoleh dengan cara tidak mudah. Nelayan harus mengarungi perairan luas, tak berbatas pandang. Setiap saat bisa terancam risiko badai dan ombak besar. Seperti sepekan ini, nelayan di seluruh perairan nasional disarankan melepas sauh. Tidak melaut karena ombak besar sampai 6 meter yang bisa melahap kapal kargo.Harga ikan basah akan naik.
Berdasar penjejakan BMKG (Badan Meteorologi Klmatologi dan Geofisika), hampir seluruh perairan di Indonesia dalam keadaan waspada. Terutama yang berada di selatan khatulistiwa. Ombak besar sampai 6 meter bisa terjadi perairan selatan NTT (Nusa Tenggara Timur) sampai Bengkulu. Gelombang paling kecil berukuran 1,25 meter, dengan kecepatan angin antara 4 knot hingga 25 knot. Perahu nelayan disarankan melaut tidak jauh.
Angkutan penyeberangan lintas selat, disarankan kewaspadaan ketat. Syahbandar wajib melarang seluruh pelayaran manakala terpantau ombak besar dan angin kencang. Penyeberangan perairan yang ekstra waspada, antara lain rute Kalianget ke berbagai kecamatan kepulauan (Raas, Sapeken, hingga Kangean). Juga rute dari pulau Madura ke Situbondo, dan ke Bali. Serta dari Gresik ke Bawean. Transportasi penyeberangan selat biasa dilayani dengan kapal motor berbobot kurang dari 5 GT (gross tonnage).
Kapal angkutan kecil (tongkang), dan Ferry yang biasa melayani perdagangan interinsuler antar pulau juga direkomendasikan kewaspadaan. Rute Jawa-Kalimantan bisa berombak 4 meter. Manakala terdeteksi kecepatan angin 21 knot, dan ombak setinggi 1,5 meter, maka Syahbandar wajib melarang pelayaran. Bahkan kapal besar (kargo) juga dilarang berlayar manakala berhembus angin dengan kecepatan 27 knot, dan ombak setinggi 4 meter.
Pengelola pelabuhan (BUMN Pelindo) seyogianya lebih kerap patroli, karena masih banyak “pelabuhan tikus” yang luput dari kendali Syahbandar. Selain tidak memadai sebagai infrastruktur ke-dermaga-an, juga tidak dilengkapi sarana deteksi early warning systems cuaca. Ditambah kecerobohan (kebiasaan) kelebihan muatan, sering menyebabkan kecelakaan. Seperti musibah kapal Arim Jaya, yang dihempas ombak, lalu tenggelam.
Tidak terdapat warning ke-cuaca-an, KM Arim Jaya, berangkat dari pulau Guwa-guwa (bagian dari kecamatan kepulauan Raas). Namun karam di sekitar pulau Gili Iyang. Kapal kecil berbobot 3 GT (gross tonnage) memiliki kapasitas angkut sebanyak 30 orang, tetapi mengangkut 60 penumang. Musibah itu menyebabkan korban jiwa lebih dari 20 orang.
Ketiadaan early warning systems (EWS) cuaca laut, niscaya menyulitkan nelayan. Seyogianya Syahbandar dapat membantu menyebar luaskan informasi cuaca pada Kepala Desa sekitar pantai. Sehingga melaut yang membahayakan bisa dicegah. Pada masa ombak besar, nelayan bisa libur sembari memperbaiki jala, mesin, dan memperkuat badan perahu. Bahkan beralih profesi sementara sudah biasa dilakukan nelayan.
Kawasan pesisir, kampung nelayan masih menjadi kantung kemiskinan. Padahal potensi kelautan nasional merupakan “harta karun” bernilai tak terhingga. Jumlah nelayan di Indonesia diperkirakan sebanyak 2,17 juta orang. Jumlah terbanyak berada di Jawa Timur, karena memiliki garis pantai paling panjang. Jumlahnya mencapai lebih dari 334 ribu orang. Terbesar kedua berada Jawa Tengah (sekitar 203 ribu nelayan), dan Jawa Barat (memiliki 183.000 nelayan).
Yang mengenaskan, tingkat kesejahteraan nelayan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan profesi lain. Rata-rata pengeluaran nelayan hanya sekitar Rp 900 ribu per-bulan dengan tingkat upah nelayan hanya sekitar Rp 1,2 juta per-bulan. Data lain menunjukkan, meskipun lebih dari 84% keluarga nelayan memiliki rumah sendiri, namun kualitas rumahnya kurang layak huni.

——— 000 ———

Rate this article!
Nelayan Jeda Melaut,5 / 5 ( 1votes )
Tags: