3.648 Hektar Sawah di Kabupaten Bojonegoro Terancam Puso

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Disperta Bojonegoro, Zaenal Fanani.

Bojonegoro, Bhirawa
Sekitar 3.648 hektar lahan pertanian padi di Kabupaten Bojonegoro saat ini terancam gagal panen akibat mengalami kekurangan air, sehingga bulir padi yang sudah menguning akhirnya tidak berisi hingga puso.
“Dari laporan petugas di lapangan ada beberapa wilayah yang tanaman padinya puso atau gagal panen,” kata Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian (Disperta) Bojonegoro, Zaenal Fanani, Rabu (23/5).
Adapun lahan pertanian yang kekurangan air tersebut diantaranya berada di Kecamatan Sukosewu dengan luas 1.426 hektar, Kedungadem 353 hektar, Temayang 325 hektar, Sumberjo 1.054 hektar dan Ngraho sebanyak 490 hektar.
Padahal puncak panen padi musim ini diperkirakan pada akhir Juni hingga Juli. “Dari total tersebut ada yang bisa dikatakan gagal panen sehingga beralih ke komiditi tanaman lain yang tidak banyak membutuhkan air, seperti jagung dan kedelai,” jelas Zaenal Fanani.
Padahal menurut prediksi BMKG curah hujan pada bulan Mei, intesitas hujan di wilayah Bojonegoro masih bisa dikatakan cukup. Curah hujan yang turun berkisar antara 154 milimeter per bulan. Dengan masih tingginya kapasitas itu, pastinya tanaman padi di Bojonegoro tidak mengalami kekeringan. “Tapi padi di sej-umlah wilayah Bojonegoro, sudah kering dulu, jadi hasil padi saat berbuah itu tidak bisa maksimal,” tuturnya.
Oleh karena itu, pihak Disperta Bojonegoro agar petani hendaknya ikut mengasurasikan tanaman padinya sehingga apabila terkena musibah seperti ini, petani bisa mengklaimya agar mendapat ganti rugi.
Salah seorang petani Kecamatan Sukosewu, Suminto, tanaman padi yang terancam gagal panen berumur an-tara 30 hingga 45 hari.
Menurutnya, batang tanaman padi yang seharusnya hijau menjadi kuning karena layu kekurangan air. “Sawah disini mengandalkan air hujan untuk mengairi area pesawahan. Namun, sejak satu bulan terahir ini hujan tidak turun sehingga sumber-sumber air menjadi kering,” ujarnya.
Suminto menambahkan, para petani telah berusaha menggunakan mesin pompa air untuk mengalliri sawah yang kekeringan, namun tetap tak bisa memenuhi kebutuhan seluruh areal persawahan karena debit air terbatas. [bas]

Tags: