36 SDN Dimerger, Ratusan Guru Dimutasi

SDN Tisnonegaran 3 dan 4 yang juga terkena kebijakan merger.

Probolinggo, Bhirawa
Merger 36 SDN menjadi 16 SDN di Kota Probolinggo, memberikan dampak khusus pada kondisi guru. Karena proses merger ini, setidaknya ada 251 guru SDN dimutasi. Mereka dipindah karena mengikuti penataan SDN yang dilakukan Pemkot. Hal ini diungkapkan Budi Wahyu Rianto, Kabid Pendidikan Dasar di Disdikpora Kota Probolinggo, Minggu (1/7) kemarin.
“Secara otomatis proses merger ini berpengaruh pada kondisi guru yang ada di SDN yang dimerger. Para guru jadi menumpuk di satu SDN. Karena itu, mereka kemudian dimutasi mengikuti proses penataan lembaga,” jelas Budi.
Moch Maskur, kepala Disdikpora Kota Probolinggo menambahkan, proses merger telah dilakukan sejak awal Juni 2018.
“Selanjutnya, dilakukan mutasi pada guru-guru juga. Jadi, ada banyak guru yang dimutasi. Jumlahnya ratusan,” tuturnya.
Sementara itu, sekolah yang dimerger namanya juga berubah. Rencananya, saat tahun ajaran baru ini, sekolah yang dimerger sudah menggunakan nama baru. Mengikuti nama sekolah dengan angka yang lebih kecil.
“Misalnya SDN Tisnonegaran 3 dan 4 dimerger menjadi SDN Tisnonegaran 3,” katanya. Lebih lanjut dikatakannya, proses merger ini telah dikaji beberapa tahun lalu. Namun, baru dilaksanakan pada 2018. “Merger ini sudah digagas sejak lama. Namun, dilakukan secara bertahap karena menunggu kepala sekolah pensiun,” lanjutnya.
Saat ini, dari total 36 SDN yang masuk daftar merger, tersisa dua sekolah yang belum dimerger. “Pertimbangannya, karena salah satu kepala sekolah belum pensiun. Kami menunggu sampai September saat kepala sekolah yang bersangkutan pensiun. Setelah itu, baru sekolah tersebut akan dimerger dengan dipimpin satu kepala sekolah,” ungkapnya.
Sementara sekolah yang lain, sudah dimerger semua. Sebab, para kepala sekolahnya sudah pensiun, ada yang menjadi pengawas, dan ada juga yang telah selesai masa tugasnya. Sekolah-sekolah yang dimerger ini, menurut Budi, adalah dua atau tiga sekolah yang berdiri di lahan yang sama. Tujuannya, untuk efisensi manajemen sekolah.
“Misalnya dalam satu lokasi ada dua sekolah, manajemen sekolah jelas berbeda. Sehingga, dikhawatirkan akan terjadi kecemburuan,” tambahnya. [wap]

Tags: