36 Tahun Tak Tersentuh Renovasi, Tiap Hari Tembus Hutan 8 Km

Kondisi Gedung SDN Pojokklitik II di Kecamatan Plandaan banyak yang sudah rapuh dan dikhawatirkan ambruk saat proses belajar mengajar berlangsung, Senin (2/5). [ramadlan]

Kondisi Gedung SDN Pojokklitik II di Kecamatan Plandaan banyak yang sudah rapuh dan dikhawatirkan ambruk saat proses belajar mengajar berlangsung, Senin (2/5). [ramadlan]

Melihat Kondisi SDN Pojokklitik II
Kabupaten Jombang, Bhirawa
Sudah hampir 36 tahun, bangunan SDN Pojokklitik II yang terletak di Dusun Rapah Ombo Desa Pojokklitik Kecamatan Plandaan Jombang tidak tersentuh proyek rehab dari pemerintah. Meski sekolah yang dibangun era presien Soeharto ini kondisinya sangat memprihatinkan, namun proses belajar mengajar tetap berjalan.
Kondisi sekolah SDN Pojokklitik II saat ini memprihatinkan. Sejak dibangun sampai sekarang belum tersentuh renovasi. “Kalau tidak salah, sudah sejak 1979 atau 36 tahun, gedung ini belum pernah ada renovasi,” ujar Kepala Sekolah SDN Pojokklitik II Wasinis kepada Bhirawa, Senin (2/5).
Wanisis mengaku sudah berulang kali pihaknya mengajukan perbaikan, namun sampai saat ini belum terealisasi. ”Saya sendiri kurang tahu kenapa alasannya. Yang jelas kami sudah mengajukan proposal ke pihak yang berwenang, tapi sampai saat ini belum ada tanggapan,” tuturnya.
Karena belum tersentuh dana rehabilitasi, kondisi bangunan sekolah yang terbuat dari papan kayu ini nampak sudah banyak yang lapuk. Bahkan plafon ruang kelas sudah banyak yang ambrol, hingga harus disangga dengan bambu agar tidak roboh.
“Setiap hari kita belajar di kelas ini, murid-murid takut ketika ada pelajaran tiba-tiba roboh,” ujar Dwi Nuriana, salah satu siswi kelas IV.
Karena kondisi itu, ia merasa tidak tenang saat jam pelajaran berlangsung. Dikhawatirkan plafon atau langit-langit bisa ambruk, lantaran usianya lebih dari 30 tahun. ”Kalau bisa nanti diperbaiki, supaya belajar lebih nyaman,” harapnya.
SDN Pojokklitik II sejak dibangun dindingnya terbuat dari papan kayu, atapnya dari asbes terdiri dari 6 kelas dan satu ruangan guru ini kini memiliki murid sebanyak 38 anak dengan 7 pengajar.
Untuk sampai di sekolah, dibutuhkan perjuangan ekstra.  Guru harus menempuh perjalanan hingga 20 kilometer dari kota kecamatan karena sekolah berada di tengah hutan. Selain kondisi jalan yang terjal berbatuan, juga harus menembus hutan belantara sejauh 8 kilometer. “Awal ditugaskan di sini, saya mau nangis, karena jalurnya tidak mudah, kondisi jalannya sangat parah, apalagi saat musim penghujan,” kata Aris Shandi, salah satu guru di SDN Pojokklitih II.
Semangat para guru di SDN Pojokklitih II Kecamatan Plandaan itu patut diacungi jempol. Meski harus menempuh perjalanan jauh, mereka tetap semangat untuk mengajar. Momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh, Senin (2/5) kemarin menambah semangat Aris bersama guru lainnya untuk terus mengajar. Kendati, harus mengajar di kawasan terpencil, tidak terlihat rasa susah atau pun mengeluh. Justru menjadi motivasi mereka untuk terus mengajar. ”Karena anak didik di sini penuh semangat, otomatis kita juga harus semangat,” ungkap guru kelas IV ini.
Apalagi, dari 7  guru yang mengajar di sekolah itu, Aris menjadi satu-satunya guru yang harus menempuh jarak cukup jauh, sekitar 25 kilometer. Banyak pengalaman yang berkesan, di antaranya motor mengalami kerusakan di tengah hutan hingga harus terperosok ke sungai. ”Sudah biasa seperti itu, yang terpenting harus semangat. Ini demi anak-anak bangsa kita untuk bisa menyelesaikan sekolah,”pungkasnya. [Ramadlan]

Tags: