4.000 Truk di Tanjung Perak Nganggur

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Sekitar 4.000 unit truk yang beroperasi di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, selama satu tahun terakhir menganggur, menyusul pelarangan ekspor bahan tambang mineral mentah (raw material) dan menurunnya kinerja industri manufaktur di Jawa Timur.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Cabang Khusus Tanjung Perak Surabaya Kody Lamahayu Fredy mengatakan, melemahnya kinerja sektor riil di Jatim telah berdampak terhadap penurunan kegiatan bisnis jasa angkutan truk di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Menurutnya, kondisi tersebut telah berlangsung satu tahun terakhir dan hingga kini kondisinya belum pulih seperti yang terjadi pada kurun 2010 – 2012. Volume pengiriman barang ekspor impor maupun antar pulau cenderung menyusut, sehingga aktivitas truk di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, tidak optimal.
“Dari total 9.000 unit truk milik 316 perusahaan anggota kami, saat ini truk yang beroperasi hanya 60%-nya atau 5.000 unit lebih. Kondisi begini berlangsung sejak awal Januari 2014 terkait pelarangan ekspor pasir besi serta menurunnya kegiatan produksi industri manufaktur di Jatim,” ujar Kody, kemarin, Rabu (11/3).
Pasir besi sebelumnya menyumbang peningkatan kegiatan jasa angkutan truk Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, muatan tersebut berasal dari kawasan kabupaten di Jatim terutama Kab. Lumajang.
Bijih mineral mentah itu terkena larangan ekspor mulai 12 Januari 2014 berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian. Peraturan tersebut sesuai amanat UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba).
Kody menambahkan, selain barang ekspor impor, pengiriman barang antar pulau khususnya ke wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) sejak akhir Desember 2014 juga turun. Barang-barang yang kini masih banyak dikapalkan ke KTI umumnya barang sekunder seperti elektronik dan perabotan rumah tangga.
Adapun komoditas ekspor yang masih banyak dimuat di pelabuhan Tanjung Perak berupa hasil perkebunan antara lain crude palm oil (CPO) dan kopi. Sedangkan jagung dari mancanegara maupun luar Jawa yang tahun lalu banyak masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak, hingga triwulan I tahun ini masih sepi.
“Biasanya memasuki Maret kegiatan pengangkutan barang di Pelabuhan Tanjung Perak mulai meningkat, tetapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda laju pertumbuhan ekonomi. Kami menunggu kebijakan pemerintah agar ekonomi membaik,” paparnya.
Kody mengatakan, volume barang-barang produksi pabrikan yang diangkut truk pelabuhan Tanjung Perak mengalami penurunan. Hal itu disebabkan kinerja industri manufaktur di Jatim turun yang disebabkan beberapa faktor, diantaranya kenaikan harga bahan baku, kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) di Surabaya dan sekitarnya tahun 2015 sebesar Rp2,7 juta/bulan .

Ekspor stagnan
Kegiatan ekspor barang-barang industri manufaktur di Jatim tergolong stagnan bahkan cenderung turun. Diantaranya komoditas kayu prosesan, sehingga tidak banyak membutuhkan jasa angkutan truk ke Pelabuhan Tanjung Perak.
Ketua Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) Jawa Timur Choiril mengakui, volume ekspor produk yang dihasilkan perusahaan anggota asosiasi tersebut berupa panel jendela, kusen, lantai dan dinding mengalami penurunan sejak 2010. Sebagian besar produk panel kayu diorientasikan ke pasar internasional terutama Jepang, Eropa dan AS.
“Order dari Jepang turun karena tak ada pembangunan rumah baru, kami hanya memenuhi order panel untuk renovasi rumah. Sedangkan permintaan dari Eropa stagnan karena ekonominya stagnan, demikian pula kondisi di AS,” ujarnya.
Menurut Choiril, para produsen panel kayu kini meningkatkan penjualan ke pasar dalam negeri seiring terus tumbuhnya hunian menengah atas, apartemen, perhotelan. Karena itu, penggunaan angkutan truk ke pelabuhan Tanjung Perak pun tidak sebanyak tahun-tahun lalu.
ISWA Jatim kini menghimpun 90 perusahaan yang mengoperasikan pabrik di beberapa kabupaten antara lain di Kab. Gresik. Selain memanfaatkan bahan baku kayu lokal, sebagian produk membutuhkan kayu impor. [ma]

Rate this article!
Tags: