4.985 Orang di Bondowoso Berpotensi Kena Letusan Gunung Raung

Lava pijar yang keluar dari gunung Raung.

Lava pijar yang keluar dari gunung Raung.

Bondowoso, Bhirawa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bondowoso memperbarui jumlah dusun yang berpotensi terdampak jika Gunung Raung meletus besar. Dusun tersebut tetap di Kecamatan Sumber Wringin dan Tlogosari.
“Jumlahnya bertambah menjadi 4.985 orang berdasarkan update hari ini (kemarin, red),” kata Kepala BPBD Bondowoso Kukuh Triyatmoko, Senin (6/7).
Menurutnya, penduduk yang berjumlah 4.985 orang itu tinggal di dua kecamatan. Di Kecamatam Sumber Wringin ada 2.088 orang, sedangkan di Kecamatan Tlogosari 2.897 orang.
Sebanyak lima lokasi pengungsian permanen sudah disiapkan BPBD setempat di lokasi yang dianggap aman. Selain itu, BPBD juga menyiapkan tenda-tenda pengungsian alternatif untuk antisipasi para pengungsi.
Kukuh menuturkan, warga desa juga sudah mendapat edukasi mengenai kapan harus mengungsi dan arah-arah jalur evakuasi jika sewaktu-waktu Gunung Raung naik statusnya menjadi Awas. “Saat ini masih Siaga, jika statusnya naik menjadi Awas, masyarakat diminta untuk mengungsi,” ujarnya.
Sementara itu material abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Raung mulai mempengaruhi kesehatan warga yang bermukim di sekitar lereng gunung tersebut. Warga Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, mulai mengeluhkan sakit pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan dan flu.
Salah satu warga, Ismail mengatakan, keluhan sakit tenggorokan tersebut mulai dirasakan anak dan istrinya. Pasalnya di sekitar kampung tempat tinggalnya mulai tercium bau menyengat belerang yang disinyalir berasal dari aktivitas vulkanik Gunung Raung. Sehingga beberapa warga memilih tetap tinggal di dalam rumah.
“Anak dan istri saya sakit tenggorokan, batuk batuk, imbas dari bau menyengat yang terjadi mulai tadi malam,” ujar Ismail, Senin kemarin.
Munculnya bau belerang menyengat di sekitar Desa Sumberarum itu membuat warga berinisiatif mendatangi Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung yang berada di desa tersebut untuk mengetahui perkembangan aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 3.332 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
“Kita langsung mendatangi pos untuk mengetahui perkembangan Gunung Raung bersama beberapa warga lainnya,” tambah Ismail.
Data dari PPGA Raung hingga kini gunung api yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso tersebut masih terus mengalami erupsi, disertai suara gemuruh dan semburan abu vulkanik.  Seismograf di PPGA Raung mencatat gempa tremor tanpa jeda dengan amplitude dominan 28 milimeter (mm) masih terjadi hingga kemarin.
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) melarang adanya aktivitas di radius 3 km dari kawasan puncak aktif.

Gunung Semeru Terkendali
Meski  Gunung Raung yang berada di daerah tetangga Lumajang menunjukkan aktivitas melebihi biasanya, namun ternyata tidak demikian halnya dengan Gunung Semeru  yang merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa. Sampai saat ini status vulkanik Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3,676 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut masih aman-aman saja. “Kegiatan vulkanik Gunung Semeru tidak ada kaitannya dengan aktivitas di Gunung Raung,” jelas   Sekretaris BPBD Kabupaten Lumajang Purwanto SH kemarin.
Sesuai laporan yang disampaikan pihak vulkanologi di Pos Pengamatan di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, sejauh ini kegiatan vulkanik Gunung Semeru masih tetap pada status waspada level II.
Lebih lanjut Purwanto mengungkapkan, berdasarkan laporan kegiatan Gunung Semeru sebulan terakhir yang disampaikan pihak vulkanologi di Pos Pengamatan Gunung Sawur, untuk kegiatan seismik tercatat terjadi 2.689 kali letusan, 307 kali hembusan, 6 kali guguran, 2 kali gempa vulkanik dalam dan sekali gempa vulkanik dangkal.  “Sedangkan untuk gempa tektonik jauh tercatat sebanyak 10 kali dan tremorharmonik mencapai 89 kali. Gempa tremorharmonik,”tambahnya. Inilah yang sempat membuat kewaspadaan akan aktivitas Gunung Semeru, namun dari analisa yang dilakukan pihak vulkanologi sejauh ini masih aman-aman saja.
Purwanto menjelaskan secara visual, selama sebulan terakhir pengamatan Gunung Semeru tidak menguntungkan karena tertutup kabut. Hal ini disebabkan selama sebulan terakhir cuaca kebanyakan mendung, berkabut dan gerimis dengan suhu antara 23 derajat celcius hingga 27 derajat celcius.  ”Asap solfatara warna putih dengan tekanan gas kuat mengakibatkan tinggi asap mencapai lebih kurang 15 meter diatas puncak,”ungkapnya.
Dengan catatan hasil pemantauan itu, lanjut Purwanto, pihak vulkanologi juga meminta agar masyarakat Lumajang, terutama mereka yang bermukim di lereng Gunung Semeru tetap tenang karena kegiatan vulkanik gunung tertinggi di pulau Jawa ini masih dalam batas aman. [har,nan,yat]

Tags: