4 Ribu Buruh Sidoarjo Terancam di-PHK

Karikatur perusahaan bangkrutSidoarjo, Bhirawa
Dampak pelemahan rupiah terhadap dollar hingga posisi sekitar Rp14.000 per US Dollar, ternyata sangat berpengaruh terhadap perusahaan yang menggantungkan produksinya dari bahan baku impor, utamanya perusahaan yang memproduksi plastik dan baja.
Data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Pemkab Sidoarjo, ada sekitar delapan perusahaan yang mengalami gulung tikar dalam tahun 2015 ini. Sebagian besar perusahaan-perusahaan itu tutup karena dampak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kabid Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertrans, Totot Hargianto, saat dikonfitrmasi menjelaskan, ada sekitar delapan perusahaan yang bangkrut. Dari delapan perusahaan itu ada sekitar 4 ribu karyawan yang sudah ter PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). ”Itupun perusahaan-perusahaan yang sudah melapor ke Dinsosnakertrans. Sedangkan yang tak melapor mestinya lebih banyak lagi.
Totot menegaskan, kalau dampak pelemahan rupiah ternyata sangat mempengaruhi pada perusahaan yang menggantungkan produksinya dari bahan baku impor. Mereka yang banyak di PHK terdapat di perusahaan plastik dan baja, karena di perusahaan itu banyak menyerap tenaga kerja.
”Memang benar, akibat ditutupnya delapan perusahaan itu, ribuan buruh terpaksa dirumahkan. Tetapi kami belum bisa menyebutkan angka persisnya. Kami memperkirakan ada sekitar 4 ribu buruh yang di-PHK. Karyawan dari PT Philip Indonesia yang terletak di wilayah Desa Brebek, Kec Waru saja sudah sekitar 3 ribu karyawan.
Padahal, selain PT Philip Indonesia perusahaan yang gulung tikar masih ada lagi, diantaranya PT Pamenang Teguh Sejati, PT Kolang Citra Abadi, PT Adi Kreasi Eka Prakarsa, PT Tri Cipta Buana Karsa, CV Dirgahayu, PT Rajawali Tanjungsari Engineering, dan PT Omega Plastik.
Sementara itu, dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kab Sidoarjo,  Sukiyanto juga mengaku gusar dengan kondisi melemahnya rupiah saat ini. Sebab,  sekitar 60% dari 3 ribu perusahan yang ada di Sidoarjo sebagian besar menggunakan bahan baku impor. ”Tak semuanya secara total menggunakan bahan baku impor, tetapi sebagian besar bahan baku untuk produksinya,” aku Sukiyanto.
Di Sidoarjo ada sekitar 3 ribu perusahaan, baik skala kecil maupun besar. Dari jumlah itu, 60% nya menggunakan bahan baku impor. Apabila melemahnya rupiah semakin tak terkendali, sangat mungkin perusahaan-perusahaan itu akan gulung tikar terus. Bagaimanapun juga ternyata pelemahan rupiah pasti sangat mempengaruhi pengusaha, karena menyebabkan ketidakpastian. Padahal pengusaha itu sendiri butuh kepastian, untuk menstabilkan harga pasar.
Saat ditanya kemungkinan adanya PHK atau pengurangan upah, Ia menolak bicara secara terang-terangan. Kalau untuk mengurangi atau merumahkan tenaga kerja saja ada proses dan aturannya. ”Makanya soal PHK tak bisa diputuskan secara sepihak, begitu juga dengan permasalahan upah buruh atau UMK. Mungkin yang dilakukan perusahaan untuk melakukan efisisensi kualitas kerja,” ujar Sukiyanto.
Ketua Presidium Persatuan Pekerja Buruh Sidoarjo (PPBS), Heri Novianto juga merasa khawatir dengan kondisi masalah buruh saat ini. karena akan bisa membuat banyak pekerja di-PHK dan upah buruh dikurangi. Sebelum dolar menembus angka Rp14 ribu, selama Januari-Juni 2015 perusahaan di Sidoarjo mampu menggaji buruh sesuai upah minimum regional sebesar Rp2,7 juta. [ach]

Rate this article!
Tags: