40 Pilot Lanud Iswahyudi Jelajahi Hutan Gunung Wilis

Magetan, Bhirawa

Rimba belantara Gunung Wilis, Ngebel, Ponorogo, menjadi ajang uji mental bagi pilot Lanud Iswahyudi dalam latihan Basic Survival, Kamis (21/2). Mereka tak hanya menjelajah rimba (jungle survival) dengan menyisir jalan setapak. Namun, para pilot sebanyak 40 personel dan 5 ground crew itu juga menjalani latihan ketahanan diri di wilayah perairan (sea survival).
Latihan dasar (basic survival) ini menjadi bekal untuk pilot bila mereka menjalani hidup di belantara agar tetap bertahan.
“Berbagai rintangan dan hambatan yang dihadapi di hutan harus diatasi oleh seorang pilot. Sehingga dia akan bisa menyelamatkan diri, dengan memanfaatkan alam untuk berlindung dan bertahan hidup untuk menuju daerah kawan,” kata Komandan Latihan Survival Dasar Tahun 2019, Mayor Pnb I Kadek Suta Arimbawa, saat melepas peserta survival dari halaman SDN 3 Ngebel.
Ditegaskan, untuk tiap jenis survival memiliki skenario sendiri. Untuk skenario jungle survival, Foxtrot Flight yang terdiri atas dua pesawat dengan empat crew melaksanakan misi bantuan tembakan udara ke daerah pegunungan yang sedang dikuasai kelompok separatis.
Saat melaksanakan operasi penerbangan, dikarenakan data intelijen yang kurang tepat, kedua pesawat itu tertembak di bagian mesin. Pesawat pun kehilangan kendali. Kondisi itu memaksa pilot untuk eject menyelamatkan diri.
Keempat penerbang akhirnya dapat mendarat di lokasi yang tidak berjauhan. Tapi mereka mendarat di lokasi yang dekat dengan wilayah kekuasaan gerakan separatis. sehingga harus bertahan hidup sampai datang bantuan pertolongan.
Para crew akan menempuh rute perjalanan darat yang menuntut kemampuan mereka untuk mengobati rekan yang terluka, bekerja sama sebagai tim untuk menyelesaikan persoalan, menembak dalam rangka membela diri, serta memanfaatkan peta dan kompas, untuk tetap hidup dan menjauh dari wilayah musuh.
Untuk skenario survival di laut (sea survival), dikisahkan Kilo flight terdiri atas dua pesawat dan empat crew melaksanakan misi serangan udara langsung di pesisir pantai untuk membantu pasukan kawan yang sedang terdesak.
Pada saat melaksanakan misi, wingman mengalami spatial disorientation dan menabrak pesawat Leader, mengakibatkan kerusakan pada flight control kedua pesawat. Penerbang memutuskan untuk eject di atas minimum, ejection altitude, dan mendarat di perairan.
Untuk bertahan hidup di air, para crew mengembangkan pelampung dan Dinghy-One-Man sambil menunggu pertolongan dari tim SAR. Setelah mereka berhasil terhubung dengan tim SAR, diperintahkan menuju ke koordinat tertentu untuk memudahkan penjemputan. Namun dalam perjalanannya, para penerbang melihat di kejauhan terdapat pesawat helikopter musuh yang mendekat.
Dengan sigapnya, para penerbang membalikkan Dinghy-One-Man untuk memberikan penyamaran bahwa tidak ada kehidupan di perairan. Harapannya pesawat musuh segera pergi menjauh dari wilayah tersebut.
Setelah dirasa aman, para pilot melanjutkan perjalanan dan menuju ke koordinat yang ditentukan. Para crew melihat helikopter SAR yang berpatroli mencari posisi survivor. Dengan sigap para survivor kemudian menggunakan pistol signal untuk memberikan perlambang sinyal pada helikopter SAR tersebut.
Setelah awak helikopter melihat sinyal yang ditembakkan oleh survivor dan terbang menuju ke arah survivor, para survivor melempar granat asap, agar posisi mereka lebih jelas terlihat dari helikopter penyelamat. Dengan tanda asap tersebut, anggota tim combat SAR berhasil menemukan lokasi para survivor, dan akhirnya berhasil di evakuasi.
Latihan survival itu juga diikuti Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolone Pnb M. Sartriyo Utomo, SH, Kadispers Kolonel Pnb Saeful Rahkmat, Kadislog Kolonel Tek Royke Manusiwa, SE MM, Kadisops Letkol Pnb M. Anjar Legowo, serta segenap pejabat Lanud Iswahjudi. [tok]

Tags: