40 Ribu Ton Gula Numpuk di PG Lestari

Stok gula di tujuh gudang PG Lestari Nganjuk melebihi kapasitas hingga memaksa manajemen menyewa gudang tambahan.

Stok gula di tujuh gudang PG Lestari Nganjuk melebihi kapasitas hingga memaksa manajemen menyewa gudang tambahan.

Nganjuk, Bhirawa
Maraknya gula impor rafinasi di pasaran mengakibatkan 40 ribu ton gula menumpuk di tujuh gudang pabrik  gula (PG) Lestari Kecamatan Patianrowo, Nganjuk. Bahkan pabrik gula satu-satunya di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur  ini sudah tidak mampu menampung stok gula secara keseluruhan, sebagian diantaranya terpaksa disimpan di gudang sewaan dan di sekitar lokasi PG Lestari.
Administratur PG Lestari, Sukanto Partowijoyo, mengakui,  terjadinya penumpukan stok gula tersebut terjadi sejak tahun 2012. PG Lestari mengaku kesulitan  dalam menjual gula hasil produksinya karena pasar lokal dikuasai oleh gula impor rafinasi. Apalagi kualitas gula impor lebih baik dan harganya lebih murah dibanding gula produksi lokal.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan No 45/M-DAG/PER/8/2014 tanggal 7 Agustus 2014 menetapkan harga patokan petani (HPP) gula kristal putih (GKP) Rp 8.500 per kg. Sementara harga gula impor rafinasi yang beredar di pasaran harganya dibawah HPP. “Pabrik gula sesuai Permendag harus menjual gula Rp 8500/Kg ke pasaran. Sementara harga gula impor rafinasi di pasaran Rp7.500/Kg, ini yang menjadi kendala pemasaran PG Lestari,” terang Sukanto.
Sukanto juga menjelaskan, secara nasional total kebutuhan gula masyarakat indonesia adalah 3,6 juta ton pertahun.  Sementara jumlah gula yang mampu disediakan 58 pabrik gula milik pemerintah selama ini adalah 2,4 juta ton.  Dari jumlah tersebut masih terjadi kekurangan gula secara nasional 1,2 juta ton, Jumlah inilah yang seharusnya di impor oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
Namun menurut Sukanto, kenyataannya pemerintah malah mengimpor gula dengan jumlah lebih dari 2,5 juta ton sehingga stok gula di pasaran menumpuk dan PG kesulitan menjual gula hasil produksinya. Untuk PG Lestari sendiri, selain stok gula produksi tahun 2014 masih utuh di gudang,  stok gula produksi tahun 2012 dan tahun 2013 masih sebanyak 7,9 ton.
Dampak persaingan gula impor dan gula lokal tidak hanya dirasakan oleh PG Lestari yang keuangannya terganggu, tetapi para petani tebu juga tidak mendapatkan hasil. “Akibat gula produksi PG Lestari tidak terserap pasar, maka cash flow juga terganggu dan ini juga berdampak pada petani tebu,” papar Sukanto.
Sukanto berharap ada kebijakan pemerintah yang mendukung kesejahteraan petani gula. Peningkatan rendemen dan revitalisasi pabrik gula hal yang tidak kalah penting dalam meningkatkan produktivitas dalam mendukung kemajuan industri gula dalam negeri. [ris]

Rate this article!
Tags: