400 KK di Tlekung Kota Batu Tak Pakai Elpiji

Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso (dua daru kiri) saat meninjau pemanfaatan gas Metan di TPA Tlekung Kota Batu, Rabu (28/2).

(Gunakan Gas Metan)
Kota Batu, Bhirawa
Di tahun ini semakin banyak warga Desa Tlekung yang enggan menggunakan gas elpiji untuk bahan bakar kompor di dapurnya. Mereka memilih menggunakan bahan bakar gas metan yang diperoleh dari Paguyuban Gas Metan Tlekung (PGMT). Dengan dukungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, tahun ini ditargetkan ada 400 rumah atau kepala keluarga (KK) di Desa ini yang kebutuhan bahan bakarnya bisa dipenuhi dari gas metan.
Untuk mendapatkan pasokan gas metan dengan jumlah pemakaian tak terbatas, setiap KK di Desa Tlekung ini hanya berkewajiban membayar iuran sebesar Rp 10.000/ bulan. Hal ini jelas jauh lebih murak daripada mereka harus membeli gas elpiji dari Pertamina. “Kita salurkan pasokan gas Metan yang ada di TPA Tlekung ini kepada warga sekitar melalui jaringan pipa-pipa khusus gas metan,”ujar Ketua PGMT, Imron Suyudi, Rabu (28/2).
Ditambahkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu, Arief Asshidiq bahwa pihaknya di tahun ini akan mengoptimalkan pemanfaatan gas metan yang ada di TPA Tlekung ini. Dengan kebijakan ini otomatis akan ada sekitar 400 KK yang bisa menikmati bahan bakar Gas Metan.
“Saat ini sudah ada 250 KK yang sudah bisa memanfaatkan gas metan untuk pembakaran kompor di rumah tangga. Di semester pertama tahun ini, kita akan menambah 50 jaringan baru lagi, adapun di semester kedua kita akan ada menambah 100 jaringan baru,”ujar Arief.
Untuk memperbanyak warga yang menikmati gas Metan, lanjut Arief, pihaknya telah melakukan penataan TPA dengan sistem zonasi. Adapun sampah yang berpotensi menghasilkan gas Metan dtempatkan di zona pasif.
Dan di bawah zona pasif tersebut, DLH telah memasang alat khusus untuk menampung gas Metan yang dikeluarkan. Kemudian gas Metan ini disalurkan ke rumah-rumah melalui PGMT.
Wakil Walikota Batu, Punjul Santoso membenarkan adanya program Pemkot untuk pemanfaatan gas Metan yang ada di TPA Tlekung. Hal ini dilakukan untuk memberi imbal balik kepada warga Tlekung atas keberadaan TPA di Desanya.
“Jadi mereka tak hanya diberi bau yang tak sedap saja, tetapi juga diberi gas Metan untuk kompor secara gratis. Adapun uang R10.000 yang dibayarkan setiap bulan lebih tepatnya sebagai iuran paguyuban,”ujar Punjul.(nas)

Tags: