85 Persen Penderita KNF Mampu Bertahan Hidup

 85 persen penderita KNF dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun dengan pengobatan radioterapi pada stadium dini

85 persen penderita KNF dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun dengan pengobatan radioterapi pada stadium dini

Surabaya, Bhirawa
Penyakit kanker nasofaring (KNF) adalah sebuah penyakit yang mematikan di dunia medis. Bagaimana tidak penyakit tumor yang menyerang saluran pernafasan manusia apanila tidak ditangani dengan cepat akan berujung terhaap kematian.
Prof. DR. dr. R. Sunaryadi Tejawinata, Sp. THT (K) dari RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Unair mengatakan, pemeriksaan dini sangat penting dilaksanakan terhadap penyakit kanker nasofaring (KNF). Karena semakin dini diketahui akan mudah untuk pengobatan dibandingkan jika sudah masuk pada stadium lanjut.
“Lebih dari 85 persen penderita KNF dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun dengan pengobatan radioterapi pada stadium dini, bahkan penderita masih dapat beraktivitas secara normal,” terang Prof Sunaryadi..
Sedangkan yang melakukan pengobatan sudah pada stadium lanjut, hanya 15 persen yang masih dapat bertahan hidup selama lima tahun walau diberikan khemoradioterapi. Dengan kualitas hidup yang rendah dan tidak lagi bisa beraktivitas secara normal.
“Artinya sangat penting dilakukan deteksi secara dini, dengan demikian kemungkinan untuk sembuh juga semakin besar,” katanya.
Prof Sun panggilan akrab Prof. Sunaryadi Tejawinata mengatakan, keadaan ekonomi masyarakat masih merupakan kendala bagi penderita untuk berobat ke rumah sakit. Disamping itu masih banyak masyarakat yang tidak mendapat fasilitas asuransi kesehatan.
Rendahnya pendidikan dan minat baca masyarakat juga ikut berperan, sehingga sulit menemukan penderita KNF pada stadium dini. Pelayanan kesehatan dokter terutama di puskesmas juga sering luput mendianosis KNF karena bervariasinya penyakit yang ditangani, bahkan tidak jarang terjadi kesalahan diagnosis sehingga tidak di rujuk ke spesialis THT-KL.
Bermacam upaya telah dilakukan untuk mendiagnosis KNF secara dini untuk pasien yang dicurigai KNF, seperti pemeriksaan nasofaringoskopi, sitologi atau serologi. Namun upaya ini hanya akan dapat dilakukan setelah penderita datang ke rumah sakit. Untuk itu, ia menilai sudah saatnya dilakukan skrining untuk masyarakat yang berisiko menderita KNF seperti kelompok suku atau keluarga yang menderita KNF, karena prevalensi KNF di Indonesia masih tinggi.
“Memberdayakan petugas kesehatan di basis terdepan pelayanan kesehatan seperti dokter di puskesmas dan bidan desa sangat diperlukan untuk dapat berperan mendiagnosa KNF lebih dini,” katanya.
Sementara itu, ditanya pengobatan KNF dirinya mengaku, pengobatan kanker nasofaring bisa dilakukan dengan radioterapi, kemoterapi, serta paliatif. Selain itu juga ada kombinasi tambahan lainnya untuk pengobatan kanker ini.
Tindakan operasi tidak dilakukan untuk jenis kanker ini karena posisinya yang sulit dan dekat metastase kelenjar getah bening. Tindakan operasi (bedah) yang umum hanyalah biopsi, untuk stadium awal kanker ini jarang dilakukan biopsi. Dalam pengobatan penderita kanker nasofaring, Prof. Sun mengajak semua tenaga kesehatan yang tergabung dalam Surabaya Bebas Nyeri Kanker (SBNK) untuk bisa nememukan penderita sedini mungkin agar prognesisnya lebih baik.
Perlu diketahui KNF adalah tumor ganas karsinoma yang berasal dari epital belakang hidung (nasofaring). Biasanya tumor tumbuh dari fosa rosenmuler dan dapat meluas ke hidung, tenggorokan serta dasar tengkorak. KNF diperkirakan sudah ada sejak lima ribu tahun lalu dengan ditemukannya tengkorak manusia Mesir kuno yang tulang dasar tengkoraknya mengalami destruksi akibat komplikasi KNF.
KNF merupakan tumor ganas di kepala dan leher yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Penyakit ini menduduki urutan keempat dari seluruh penyakit kanker setelah kanker mulut rahim , payudara dan kulit. Jumlah KNF yang paling banyak di dunia adalah Provinsi Guangdong China Selatan (39,8/100.000).
Di Indonesia penderita KNF adalah 3,9/100.000 penduduk setiap tahun. Rata-rata pasien baru KNF yang datang berobat adalah 100 orang setiap tahun .Namun di Indonesia secara nasional belum didapatkan data yang akurat. Namun, di RSUD Dr. Soetomo didapat data pada Poli Onkologi THT pada tahun 2013 terdapat 254 pasien baru dengan rangking pertama KNF, kedua Sinonasal dan ketiga laring. [dna]

Tags: