90 Ribu Guru di Jatim Belum Sarjana

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Guru Lulusan SMA Paling Banyak di Surabaya
Dindik Jatim, Bhirawa
Deadline Undang -Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen telah tiba. Semua guru diwajibkan memiliki kualifikasi sarjana strata 1 (S-1) paling lambat setelah sepuluh tahun UU tersebut resmi berlaku, yakni pada 2015 ini.
Aturannya memang sudah demikian. Tapi sayang, fakta berbicara lain. Di Jatim, sedikitnya ada 90.653 guru atau 21,72 persen dari total 417.378 guru belum mengantongi ijazah S-1. Ini merupakan data terbaru yang dimiliki Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim per Maret 2015 lalu. Secara rinci, sebaran guru yang kualifikasinya di bawah S-1 paling banyak ialah lulusan SMA, yakni 75.112 orang. Sedangkan lulusan Diploma 1 (D-1) sebanyak 665 orang, D-2 12.613 orang dan D-3 2.263 orang.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Dr Syaiful Rachman tidak ingin menutupi fakta ini. Namun, pihaknya juga tidak berdiam diri. Sebab, Dindik Jatim diakuinya terus berupaya agar dapat meningkatkan kualifikasi guru-guru yang belum S-1 dengan memberi beasiswa. “Kita berikan beasiswa tidak hanya untuk yang belum S-1. Tetapi juga bagi yang ingin meningkatkan kualifikasinya ke S-2,” ungkap Syaiful, Kamis (25/6).
Tahun ini, Dindik Jatim telah meluncurkan paket beasiswa S-1 untuk 771 guru dan S-2 untuk 183 guru. Untuk penerima beasiswa S-2 bahkan mendapat fasilitas ke luar negeri untuk mengikuti kuliah pada semester terakhir. Program ini terus berjalan sejak 2006 lalu. “Begitu muncul UU No 14 Tahun 2005, kita langsung berikan beasiswa untuk guru,” tutur dia.
Mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini mengakui, tingginya jumlah guru yang belum S-1 di Jatim ini lantaran beberapa sebab. Di antaranya usia guru yang sudah memasuki persiapan pensiun. Selain itu, pertimbangan biaya untuk kuliah S-1 secara mandiri juga menjadi kendala. Sementara beasiswa yang diberikan pemerintah juga masih terbatas.
Meski demikian, Syaiful tetap yakin, esensi dari UU ini cukup penting untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui tenaga pendidiknya. Karena itu, Dindik Jatim terus berupaya memberikan fasilitas beasiswa untuk peningkatan mutu dan kualifikasi guru. “Terlepas guru itu adalah fasilitator. Guru memiliki wewenang sebagai decision maker di kelas. Karena itu, butuh guru yang benar-benar mumpuni secara kompetensi maupun kualifikasinya,” tandasnya.
Kasi Tenaga Kependidikan Kresna Herlambang menuturkan, guru yang belum S-1 sampai Desember 2015 ini akan mengalami kesulitan. Baik dalam pengembangan karirnya, maupun dalam mendapat tunjangan sertifikasi. “Bagi yang sudah mendapat sertifikasi, pengembangan karirnya akan berhenti. Bagi yang belum, tidak akan mendapat sertifikasi,” tutur dia.
Sementara itu, dari total 90.653 guru di Jatim yang belum bergelar sarjana, Surabaya menempati posisi tertinggi. Jumlah guru di Surabaya yang kualifikasinya di bawah S-1 mencapai 7.715 orang. Dua daerah lain di Jatim yang kualifikasi gurunya rendah ialah Jember dan Kabupaten Malang. Di Jember, jumlah guru lulusan SMA mencapai 4.815 orang dan Malang sebanyak 4.975 orang.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan justru membantah. Dia bersikukuh bahwa tidak ada guru di Surabaya yang kualifikasinya di bawah S-1. Dia mengaku, Dindik Surabaya semula memilki program beasiswa S-1 untuk guru. Namun, seiring waktu program itu dihentikan lantaran kesulitan mencari guru yang belum S-1. “Sekarang fokus kita justru meningkatkan kualifikasi guru ke S-2. Tidak ada guru yang belum S-1,” tuturnya berkilah. [tam]

Sebaran Kualifikusi Guru Jatim
SMA   75.112 orang
D-1  665 orang
D-2  12.613 orang
D-3  2.263 orang
S-1  305.913 orang
S-2  20.693 orang
S-3  119 orang

5 Daerah Terbanyak Guru Belum Sarjana
Kabupaten/Kota  SMA  D-1  D-2  D-3
Surabaya  7.085  65  297  268
Kab Malang  4.153  57  604  161
Jember  4.037  46  610  122
Sidoarjo  3.698  34  198  86
Pamekasan  3.183  12  731  47

Sumber : Dinas Pendidikan Jatim

Rate this article!
Tags: