97 Ribu Guru Jatim Belum Bergelar Sarjana

Dindik Jatim, Bhirawa
Provinsi Jatim yang disebut-sebut sebagai barometer pendidikan nasional ternyata masih memiliki sejumlah kelemahan yang perlu diperbaiki. Di antaranya ialah kualifikasi pendidikan guru yang belum bergelar sarjana strata 1 (S1). Jumlahnya pun cukup banyak, yaitu 97.615 guru.
Data Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dindik Jatim menunjukan, di Jatim terdapat 488.077 orang guru. Dari jumlah ini, sekitar 20 persen belum berpendidikan S1. Kondisi ini tentu masih belum sejalan dengan Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan kualifikasi pendidik minimal harus berpendidikan S1. “Sekitar 97.615 guru belum sarjana. Paling banyak guru SD,” kata Kabid Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Gatot Gunarso, Selasa (22/4).
Gatot mengakui ini menjadi perhatian serius, dan akan menjadi fokus hingga lima tahun ke depan. Guru yang belum S1 akan didorong kembali kuliah. Turunnya beasiswa dari Kemendikbud bisa dimanfaatkan. “Memang program menyekolahkan guru menjadi tanggung jawab masing-masing kabupaten/kota. Tapi Dinas  Pendidikan Provinsi Jatim tidak bisa lepas tangan begitu saja,” imbuh Gatot.
Lulus pendidikan, minimal S1 menjadi keharusan bagi guru. Jika tidak, mereka yang belum sarjana akan tergeser dengan guru yang sarjana. Porsi mengajarnya bisa berkurang. Dindik Provinsi Jatim melalui Dindik kabupaten/kota kini terus mendata guru yang belum sarjana S1. Akan ada intervensi, pemberian beasiswa.
Tiap tahun Dindik Jatim juga mengucurkan beasiswa yang tahun ini terdapat 770 guru jadi sasarannya. Mereka terdiri dari guru TK, SD, dan SLB. Tiap tahun, mereka berhak atas beasiswa Rp 3,5 juta per tahun. Pemberian beasiswa itu berlangsung hingga lima tahun.  Ketersediaan beasiswa tidak lantas membuat program ini berjalan mulus di lapangan. “Tidak semua guru mau disekolahkan. Mereka yang sudah tua dan mendekati pensiun tidak mau disekolahkan lagi,” sebut Gatot.
Selain memberi beasiswa S1, kata Gatot, pihaknya juga mengalokasikan dana untuk beasiswa S2. Program ini diberikan kepada  182 guru jenjang SMP, SMA, dan SMK. Tiap tahun, mereka mendapat beasiswa cukup besar, Rp 60 juta. Pemberian beasiswa itu untuk dua tahun masa studi. Nominal besar ini juga buat menempuh double degree.
Para guru tersebut saat ini tengah belajar di Universitas Negeri Malang (UM). UM bekerjasama dengan beberapa universitas di luar negeri seperti Tiongkok, Thailand, dan Philiphina. Satu tahun masa studi di UM dan setahun di salah satu negara tersebut. “Proses belajar di luar negeri itulah yang membuat biayanya besar. Tahun ini adalah tahun terakhir untuk program ini,” jelasnya.
Lantaran tahun terakhir, Gatot mengaku akan melakukan evaluasi double degree. Karena jika S2 hanya di dalam negeri saja dipastikan anggaran akan lebih efisien. Dengan demikian anggaran bisa dibagi ke guru lainnya. “Mungkin kalau di dalam negeri saja cukup Rp 30 juta per tahun. Dengan begitu, beasiswa yang Rp 60 juta bisa dipakai untuk dua orang,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Hotline Pendidikan Jatim Surabaya Isa Ansori meminta Dindik Provinsi Jatim memetakan kabupaten/kota mana saja yang harus diprioritaskan terkait program beasiswa S1 dan S2. Sebab, di beberapa daerah yang lebih terpencil kebutuhan guru bergelar S1 dan S2 jauh lebih tinggi dari pada di kota-kota besar.  “Dengan pemetaan akan ada skala prioritas daerah mana saja yang membutuhkan lebih banyak guru bergelar S1 dan S2. Kalau seperti ini tentu akan lebih mengena,” kata Isa. [tam]

Kondisi Guru di Jatim
Total jumlah      : 488.077 guru
Belum Berpendidikan S1  : Diperkirakan 20% dari jumlah itu, mencapai 97.615 guru
Upaya Dindik Jatim  : * Mengucurkan beasiswa untuk menempuh S1. Pada 2014 ini sasarannya 770 guru TK, SD, dan SLB
.   * Mengucurkan beasiswa untuk menempuh S2. Pada 2014  ini ada  182 guru jenjang SMP, SMA, dan SMK menjadi sasarannya

Sumber : Dindik Jatim        

Tags: