Abdul Said: Hasil Penelitian Hampir Semua Calon Kepala Daerah Ingkar

Kota Malang, Bhirawa
Abdul Said pakar politik Kota Malang menyampaikan, dari hasil penelitian yang dibuat, hampir semua calon kepala daerah berbohong atau ingkar janji saat berkampanye. Karena setiap visi dan misi yang dibuat selalu tidak pernah dilakukan saat mereka benar-benar terpilih.
“Saya im tidak percaya dengan hampir semua visi dan misi yang dibuat oleh calon kepala daerah,”ujarnya, dalam Diskusi Publik Pilkada Kota Malang yang diselenggarakan oleh KAHMI di Hotel Regent Park, Rabu (7/2) kemarin.
Ia menyampaikan, para calon kepala daerah seharusnya tidak mengumpan janji pada saat melakukan kampanye. Karena pada dasarnya, dalam undang-undang sudah ditetapkan sebuah konstitusi yang bisa mereka jalankan.
Lima poin penting yang telah diatur dalam undang-undang dan memang menjadi kewajiban dari kepala daerah menurutnya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan warga, menjamin kesehatan warga, menjamin keamanan warga, dan mengerjakan infrastruktur sebagaimana yang dibutuhkan.
” Jadi sudah jadin tidak perlu janji-janji, yang muluk-muluk, bekerja saja sesuai dengan konstitusi dan aturan undang-undang,” tambahnya.
Dengan tegas dia juga mengkritisi perilaku para pemimpin daerah. Meminjam sebuah teori, dia menyampaikan jika ada yang menyebutkan jika seorang penguasa daerah memiliki kecenderungan untuk lebih dekat dengan para pemilik modal ketimbang warga miskin.
Jika praktik tersebut terus berlanjut, tambahnya, maka pemerintah akan memberi kesejahteraan bagi warganya iti sebuah kebohongan besar. Dalam praktiknya ia menyoroti para penguasa cenderung lebih dekat dengan para pengusaha berduit.
“Artinya memang sudah jelas bahwa mereka memberi peluang pada yang berduit,”tukasnya.
Lebih lanjut Said mengkritik visi dan misi dari tiga pasangan bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Malang. Dia pun menilai, jika visi dan misi yang disampaikan ke tiga calon masih belum menyertakan ataupun menyentuh perspektif gender. Selain itu, ideologi negara, yaitu Pancasila juga tidak dicantumkan di dalamnya.
“Ideologi Pancasila itu jangan dilupakan, roh yang ada di dalamnya harua diwujudkan,” pungkasnya.
Sementara itu tiga pasangan bakal calon Walikota dan Wakil Walikota Malang pada kesempatan teesebut, tak hanya saling adu argumen, para pasangan calon pun turut menyampaikan curahan hatinya saat hendak maju sebagai calon kepala daerah di kota pendidikan ini.
Bakal calon Walikota Malang, Yaqud Ananda Gudban memulai ceritanya dengan menyampaikan jika ia sama sekali tak memiliki niat untuk maju sebagai Walikota Malang. Namun karena banyak menjalin komunikasi dengan partai politik, akhirnya ia banyak diminta untuk maju.
“Lha wong awalnya saya itu mau maju sebagai pendampingnya Abah Anton, tapi kata Abah saya perempuan dan bukan muhrim. Jadi memang kadang-kadang jadi orang cantik ini susah bapak-bapak dan ibu-ibu,” katanya memulai pidato.
Setelah ditolak oleh Anton, Nanda menyampaikan jika ia masih diminta oleh beberapa partai untuk maju secara mandiri. Sampai akhirnya dia mengiyakan dengan syarat tidak dilepas sendiri, dan didukung oleh semua partai.
“Dan harapan saya itu disambut baik oleh teman-teman parpol, maka saya mau maju,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menyampaikan, sebagai satu-satunya perempuan yang terpilih menjadi bakal calon kepala daerah Kota Malang, ia merasa sangat diuntungkan. Terlebih, ke dua pasangan yang notabene adalah lawannya merupakan petahana.
“Melawan petahana sangat menguntungkan, karena sudah bisa melihat celah untuk dibenahi,” jelasnya.
Menanggapi itu, petahana sekaligus bakal calon Walikota Malang, M. Anton menyampaikan rasa setujunya terhadap pernyataan Nanda. Di mana Nanda menyebut jika melawan petahana sangat mudah dengan sisi celah yang sudah dilakukan selama pembangunan lima tahun belakang.
“Tapi harus diingat, bahwa bu Nanda juga petahana. Karena apa yang kita buat selama ini selalu memperoleh persetujuan dari DPRD Kota Malang, dan bu Nanda adalah anggota badan anggaran,” jawab Anton.
Lebih jauh dia pun menyampaikan keberatannya terhadap pendapat Nanda. Anton menyampaikan, jika selama memimpin, pembangunan di Kota Malang selalu mengalami perkembangan positif yang cukup signifikan. Di mana dalam hal ekonomi, pertumbuhan di kota pendidikan ini menurutnya sangat bagus.
“Jadi saya nggak sepakat dengan apa yang disampaikan oleh bu Nanda sebelumnya,” urai Anton.
Sementara itu, bakal calon Walikota Malang, Sutiaji yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Wali kota Malang menyampaikan jika memang ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh para kepala daerah dalam melakukan pembangunan.
“Kelemahan kota Malang selama ini memang terletak pada komitmen dari kepala daerah itu sendiri,” paparnya.
Dalam diskusi tersebut, tiga pasangan calon memaparkan setiap visi dan misinya dalam membangun Kota Malang. Selain itu. hadir pula para pajar politik dan akademisi yang ikut meramaikam kegiatan diskusi tersebut. [mut]

Tags: