ABK Bisa Daftar SBMPTN di Semua Prodi

22-SBMPTNSurabaya, Bhirawa
Tak ingin mengulang kisruh saat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) lalu, pemerintah akhirnya membuka lebar peluang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) masuk Perguruan Tinggi Negeri. Mereka yang dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK sederajat dapat mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tanpa syarat-syarat khusus.
Dalam SBMPTN ini, semua jenis ketunaan di penerimaan program studi (prodi) telah dihapus untuk ABK atau kaum difabel (Different Ability). “Semua prodi tidak memberikan syarat khusus kepada penyandang difabel. Yang penting, pendaftar memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di program studinya,” kata Humas SBMPTN Panlok 50 Surabaya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Bekti Cahyo Hidayanto, Rabu (21/5).
Meski dalam seleksi kali ini lebih longgar, Bekti mengaku, penghapusan syarat khusus untuk ABK itu tidak berlaku di prodi kedokteran. Berdasar Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), tetap ada syarat-syarat khusus yang diberlakukan kepada calon pendaftar. Seperti tidak boleh buta warna, tuna netra, dan lain sebagainya.
Menurut dia, surat keputusan untuk menghapus ketentuan yang dianggap diskriminatif ini sudah dikeluarkan pada 30 April lalu oleh Ketua Umum Panitia SNMPTN dan SBMPTN 2014. Keputusan tersebut diambil berdasar hasil musyawarah Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) dengan Ombudsman RI. “Salah satu poin keputusan ini adalah penetapan syarat bebas ketunaan dalam SBMPTN dan SNMPTN. Hal itu baru tahun ini dilakukan,” ungkap dia.
Kesempatan yang terbuka lebar ini ternyata belum dimanfaatkan dengan baik. Sebab, setelah 19 hari SBMPTN ini dibuka sejak 12 Mei lalu, baru satu ABK yang mendaftar di Panlok 50 Surabaya. Pendaftar ini bernama Ida Rohani yang berjenis ketunaan A, alias tuna netra. Ida mendaftar SBMPTN dan memilih kelompok ujian Campuran. “Saat tes tulis nanti, pendaftar tuna netra ini akan dibacakan. Panitia SBMPTN tidak menyediakan soal dengan huruf braille,” ujar Bekti.
Untuk kelompok ujian Saintek tes tulisnya dilakukan di ITS dan sekitarnya, Soshum di Unesa dan sekitarnya, sedangkan lokasi tes tulis kategori Campuran di Unair dan sekitarnya.

Pengaruh Nilai
Carut marut hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMA sederajat mendapat perhatian khusus dari PTN. Meski tetap digunakan sebagai parameter penilaian SNMPTN, namun persentasenya dipastikan rendah. Di ITS, nilai UN hanya dipakai 5 hingga 10 persen untuk pertimbangan kelulusan SNMPTN.
Humas SNMPTN dari ITS Ismaini Zain mengungkapkan, rendahnya persentase nilai UN ini karena banyak parameter yang dipakai seperti indeks sekolah, indeks individu serta pertimbangan daerah.
Untuk indeks sekolah dilihat dari akreditasi, prestasi alumni yang berkuliah di ITS tiga tahun terakhir serta nilai SBMPTN siswa di sekolah tersebut tiga tahun berturut-turut. Sedangkan nilai individu dilihat dari nilai rapor semester pertama hingga ke lima serta prestasi lain yang relevan. “Dengan melihat hal itu akhirnya kebijakan ITS hanya memakai nilai UN tak lebih dari 10 persen,”terang Ismaini yang juga panitia SNMPTN pusat.
Apakah ada perbedaan siswa dari daerah tertentu yang terindikasi kebocoran UN? Menurut Ismaini pembedaan itu sulit dilakukan. “Ini (nilai UN) kan  individu, tidak boleh justice secara keseluruhan siswa. Bagaimana kita tahu kalau siswa itu pakai kunci jawaban atau tidak,” tandasnya.
Diungkapkan Ismaini, proses SNMPTN kini sedang memasuki tahap finalisasi. Rabu kemarin terakhir PTN mengupload hasil seleksi untuk peserta yang memilih PTN pertama. Dari ITS yang memilih pertama ada 16.850 peserta. Dan pihaknya sudah mendapatkan 1.691 peserta yang lolos sementara untuk semua program studi. Namun 1.691 peserta ini belum tentu lolos karena pihaknya masih akan melakukan proses seleksi peserta yang memilih ITS sebagai PTN kedua.
Proses seleksi pilihan kedua ini akan berlangsung mulai 22 hingga 24 Mei 2014. “Meski saat ini kami sudah mendapati daftar peserta yang lolos sesuai dengan kuota ITS, tetapi masih ada kemungkinan berubah. Bisa jadi peserta yang memilih ITS sebagai PTN kedua nilainya lebih baik sehingga bisa menggeser peserta yang sudah lebih dulu masuk,”terang doktor ilmu Statistika.
Proses seleksi kedua ini diserahkan ke masing-masing PTN. PTN yang tidak mau menyeleksi peserta yang memilih pilihan kedua, bisa langsung mengajukan hasil seleksi pertamanya saja.  Hasil terakhir seleksi ini selanjutnya akan dibawa dalam rapat rektor dan wakil rektor yang akan berlangsung di Jakarta  pada 25 hingga 27 Mei 2014. Di rapat ini akan dibahas sebaran mahasiswa terutama yang berada di daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T). Bisa jadi kuota mahasiswa yang dipilih PTN akan bergeser lagi untuk memenuhi pemerataan daerah 3T. Setelah semuanya disepakati, panitia pusat akan mengumumkan hasil finalnya pada 27 Mei 2014. “Hasil SNMPTN bisa dilihat di situs resmi www.snmptn.ac.id,” pungkasnya. [tam]

Rate this article!
Tags: