Ada Surga Kecil di Antara Lelaki-lelaki Peduli

Foto Lelaki Peduli di Untag_tam (2)Surabaya, Bhirawa
Meski tidak berlaku seluruhnya, fakta kesenjangan antara laki-laki dengan perempuan masih terasa begitu tajam. Ujungnya, kekerasan psikis maupun fisik kerap kali diterima perempuan. Bahkan di dalam kehidupan rumah tangga sekalipun.
Padahal, jika ada klasifikasi peran yang berangkat dari rasa peduli dan komitmen, tentu akan terlahir keharmonisan. Kepedulian, khususnya dari lelaki menjadi alasan utama berdirinya surga kecil dalam rumah tangga.
Seperti pengalaman yang sudah dilewati artis dan sutradara Ine Febriyanti. Tujuh tahun berumah tangga dengan Yudi Datau, IneĀ  mengaku banyak perubahan besar yang terjadi padanya.”Sebelum menikah saya tidak bisa lama tinggal di rumah. Seminggu sekali naik gunung. Mobil isinya baju dan sepatu,”kata Ine dalam seminar Gender dan Maskulinitas Positif yang digelar di Graha Wiyata, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Senin (13/11).
Setelah menikah dan memiliki tiga anak, kehidupannya banyak berubah. Dia mulai betah di rumah, mengasuh anak, memasak dan melakukan kegiatan rumah lainnya. Perubahan besar yang terjadi padanya tidak terlepas dari peran suaminya. Dia merasa tidak salah memilih suami karena Yudi memberikan dukungan dan kesadaran penuh kepadanya.
Dia menceritakan ketika harus kembali ke dunia seni peran setelah lama vakum. Suaminya memberikan dukungan penuh dengan cara bergantian menjaga buah hatinya. Bahkan ketika dia serius menghafal skrip yang akan dimainkan, suaminya memberikan waktu dan meminta anak-anaknya untuk untuk tidak mengganggunya.
“Dari sini saya akhirnya berpikir lagi ketika harus meninggalkan anak-anak. Karena itu saat dapat beasiswa satu tahun di korea tidak saya ambil. Padahal suami mengizinkan,”kata artis kelahiran 18 Februari 1976 ini.
Apa yang dialami Ine dalam rumah tangganya merasa perlu disampaikan lewat kampanye Men Care yang diprakarsai sutradara film Nia Dinata. Menurutnya, program ini penting mengingat banyaknya kekerasan rumah tangga yang disebabkan karena ego, baik suami maupun istri. Padahal kekerasan itu akan berdampak pada anak-anak secara psikis. Nantinya mereka akan melakukan hal yang sama di kemudian hari.
“Keluarga saya memang belum sempurna. Tetapi, saya rasakan suami saya baik sekali. Kenapa saya bisa menjadi ibu yang baik. Karena suami lebih care. Saya tidak mau cari apa-apa lagi. Saya hanya ingin membangun keluarga,”kata artis yang memilih bermain teater ketimbang riwa-riwi di layar kaca.
Hal yang sama dirasakan Nia Dinata. Pemilik Yayasan Kalyana Shira ini tidak betah pergi lebih dari dua bulan. “Bukan karena anak-anak yang butuh saya. Tetapi saya yang gak bisa jauh dari anak-anak,”kata sutradara-produser film Ca Bau Kan (2002).
Dalam seminar ini juga diisi pemutaran film berjudul “Surga Kecil di Bondowoso” yang menceritakan kisah Ustadz Nur Salim yang mengajarkan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan dan keterlibatan aktif laki-laki dalam kehidupan rumah tangga. Setelah seminar, peserta juga diajak menceritakan pengalaman hidupnya (Share Your Story) di hadapan Nia Dinata. Ine Febriyanti dan Chika Noya (Wakil Rutgers WPF Indonesia) serta didukung Counseling Center Untag Surabaya.
“Di sini masing-masing peserta diminta menceritakan pengalaman hidupnya selama tiga menit. Ini kegiatan kali pertama di Indonesia. Tahun lalu saya menjadi juri di Malaysia. Hasil kegiatan ini akan dibuat pameran audio sebagai bentuk kampanye Men Care,”kata Nia Dinata. [tam]

Keterangan Foto : Nia Dinata, sutradara film Surga Kecil di Bondowso usai menggelar road show di Universitas 17 Agustus (Unag) Surabaya. [adit hananta utama / bhirawa]

Tags: