Ada Tokoh Dibalik Suksesnya Tinju Kota Malang

Ade-Herawanto-bersama-tokoh-tinju-dan-penghargaan-yang-diraih-petinju-asal-Kota-Malang.

Ade-Herawanto-bersama-tokoh-tinju-dan-penghargaan-yang-diraih-petinju-asal-Kota-Malang.

Kota Malang, Bhirawa.
Harapan untuk melihat masa depan tinju Malang yang gilang gemilang kini kembali terang, seiring keberhasilan Hero Tito mengamankan gelar juara dunia kelas ringan versi World Professional Boxing Federation (WPBF).
Sukses tersebut tak lepas dari kiprah Ir H Ade Herawanto MT yang berkecimpung di dunia tinju sejak tahun 2002 silam, hingga kemudian menggelola d’Kross Boxing Camp (BC) serta mencetuskan lahirnya kejuaraan Malang Super Fight (MSF) yang penyelenggarannya sudah mencapai 22 edisi.
Nyatanya, d’Kross BC yang dikelola Ade bersama para insan tinju Malang Raya tak henti melahirkan petinju-petinju hebat dan pantang menyerah sejak berdiri tahun 2008 silam. Sedari awal, sang owner memang punya ambisi besar.
“Tujuan awalnya, saya hanya ingin mengembalikan kejayaan tinju Malang seperti era 70′- 80’an . Semua ini berangkat dari rasa keprihatinan akan terpuruknya olahraga tinju di Malang,” ungkap Sam Ade d’Kross, sapaan akrabnya.
Pria kelahiran 17 Oktober 1968 lantas menceritakan awal mula kecintaanya dengan olahraga keras ini. Memorinya langsung tertuju pada gelaran tinju di Lapangan Rampal medio Agustus 2002.
“Semua orang saat itu larut dalam euforia sepakbola. Sampai-sampai tinju pada acara Expo Rampal tidak ada yang menonton. Miris sekali melihatnya,” kenangnya lirih.
Setahun berselang, Ade kemudian bergabung dalam manajemen Gajayana Boxing Camp (BC). Sebagai langkah awal, dia mulai merintis karier sebagai Co-Promotor. Dari situlah, obsesi besarnya mulai timbul.
”Saya ingin melihat ada seorang juara tinju dunia asal Malang. Saya berusaha keras bisa jadi promotor untuk mewujudkannya,” serunya bersemangat.
Barulah pada tahun 2008, Ade memiliki sasana sendiri bernama d’Kross BC, mengutip nama grup band yang dia dirikan dua tahun sebelumnya. Tak lama sejak didirikan, d’Kross menjadi sasana ikonik baru Kota Malang pasca melahirkan petinju hebat macam Kirno Armase, Sis Morales, Victor Mausul, Mosin Khadafi hingga Hero Tito dan Rivo Rengkung yang kini berstatus juara dunia.
Tak sekadar memiliki sasana tinju, bapak dua anak ini juga aktif menjadi seorang promotor yang diperhitungkan di kancah nasional. Lisensi yang dikantongi peraih gelar Master dari Fakultas Teknik Universitas Gajahmada (UGM) itu pun tak main-main.
Setelah memiliki lisensi promotor nasional versi Komisi Tinju Indonesia (KTI), menyusul kemudian lisensi nasional dari Asosiasi Tinju Indonesia (ATI), Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI) dan lisensi dari Federasi Tinju Indonesia (FTI) juga berada dalam genggamannya.
Sejalan dengan kelengkapan lisensi yang dimilikinya, Ade juga dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua KTPI Malang Raya dan Ketua FTI Jawa Timur.
Berkat kegigihannya membangkitkan dunia tinju Tanah Air, Ade sempat menerima penghargaan bergengsi dari ATI yang diberikan sebagai pengakuan dan penghormatan kepada insan tinju profesional atas peranan, dedikasi dan dukungannya dalam membina olahraga tinju di Indonesia.
Karena prestasinya tersebut, nama pria yang kini menjabat Kepala Dispenda Kota Malang itu layak disejajarkan dengan sejumlah tokoh tinju ternama yang juga meraih penghargaan serupa. Sebut saja Pembina ATI Pusat, Jenderal TNI (Purn) H. AM Hendropriyono hingga mereka yang pernah menduduki kursi Ketua ATI Pusat, macam Elza Syarief, Rufinus H Hutauruk, Junimart Girsang hingga Laksda TNI (Purn) H Yuswaji yang telah lama malang melintang di dunia tinju profesional.
Kini hampir 15 tahun berlalu sejak kali pertama Ade berkecimpung di dunia tinju, dia merasa sudah saatnya dia mundur dari cabor yang dia cintai itu. Pria yang juga dikenal sebagai musisi dan tokoh lintas komunitas itu ancang-ancang menyatakan pensiun dari dunia kepromotoran.
“Dulu saya sempat berjanji, jika berhasil mengantarkan petinju Malang menjadi juara dunia, maka saya akan mundur. Sekarang mimpi itu telah terwujud, dengan lahirnya juara dunia tinju baru dari Bhumi Arema. Janji yang terucap harus tetap ditepati,” tuturnya mantap.
“Bukan berarti saya kemudian tutup mata dengan dunia tinju, tapi saya mengharapkan ada regenerasi. Bagaimanapun, harus ada generasi yang meneruskan perjuangan saya dan rekan-rekan untuk membangkitkan tinju Malang dan mengembalikan kejayaan Bhumi Arema sebagai barometer tinju nasional,” tandasnya berharap.
Selagi memikirkan untuk mundur dari dunia tinju, kini Ade sambil mencari pengganti untuk regenerasi kepromotorannya.
“Setelah mendapat kader penerus yang akan membuat Malang menjadi barometer tinju atau minimal bisa membuat Hero Tito mempertahankan gelar juara dunia dalam waktu agak lama, maka baru saya akan resmi mundur dengan lega dari dunia tinju. Namun sebelumnya, saya akan membicarakan masalah itu dengan semua elemen insan tinju se-Malang Raya dan beberapa tokoh tinju nasional,” pungkas Sam Ade d’Kross. [mut]

Tags: