Adat Maulid Nabi SAW

Perayaan hari lahir (Maulid) Nabi Muhammad SAW, diperingati umat muslim sedunia. Di dalam negeri, berbagai keraton seantero nusantara, juga memiliki agenda adat budaya. Secara rutin di berbagai daerah menggelar acara gerebek Maulud, setiap tahun. Biasanya, peringatan Maulid dirayakan secara sambung menyambung, sejak tanggal 1 bulan Maulud (kalender Hijriyah) sampai sebulan. Sebagian besar masjid di Indonesia menyelenggarakan acara pembacaan shalawat. Tak ketinggalan, Istana Negara juga rutin menyelenggarakan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Pembacaan shalawat diiringi adat budaya, musik tradisional (rebana), dan gerak sistemik. Pada beberapa keraton, juga diselenggarakan adat “jamuan agung,” mempertemukan raja dengan rakyat, dalam jamuan bersama. Menjadi pemandangan gerebek Maulud di keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Pakubuwanan). Juga terdapat ritual Hajat Dalem Sekaten, di keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Hamengkubuwanan).

Raja-raja Jawa mengeluarkan sedekah “gunungan” yang dihiasi bunga-bunga indah. Di dalamnya berisi hasil bumi (buah, dan sayur), masakan siap saji (kue, dan kacang-kacangan), serta uang. Di keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Hamengkubuwanan), diawali dengan upacara Sekaten, pada tanggal 5 bulan Maulud (kalender Jawa yang bersamaan dengan kalender Hijriyah). Ditandai dengan membunyikan gamelan pusaka Kyai Gunturmadu, dan Kyai Nagawilaga.

Perangkat gamelan diberi nama dengan sebutan “kyai,” sebagai tanda nilai strategis gamelan sebagai sarana dakwah, sekaligus penghormatan budaya. Selama sepekan, gamelan dipindahkan ke masjid besar, dan mulai ditabuh. Tembang (abad ke-15) yang digubah oleh Sunan Giri, dan Sunan Kalijaga. Antara lain, Lir Ilir (Sunan Kalijaga), serta Asmaradana, dan Pucung (diciptakan Sunan Giri). Upacara Sekaten, diakhiri dengan ritual kondur gongso, mengembalikan gamelan Sekaten ke keraton.

Negara (dan pemerintah RI) secara resmi juga memperingati hari besar kelahiran Nabi Muhammad SAW, sejak tahun 1963. Konon, presiden Soekarno terpesona penyelenggaraan acara serupa di istana Kairo, Mesir. Peringatan Maulid Nabi SAW, diselenggarakan sebagai “obor” semangat kejuangan. Tak kalah gengsi, presiden Soekarno bercerita kepada presiden Mesir, Gamal Abdul Naseer, tentang perayaan Maulid oleh raja-raja di Indonesia. Tetapi di istana kepresidenan RI belum pernah diselenggarakan.

Seketika itu pula presiden minta Menteri Agama RI menyelenggarakan Mauludan secara rutin di istana Merdeka, Jakarta. Menteri Agama (Prof. Saifuddin Zuhri) tidak sulit mempersiapkan acara Maulid. Berlanjut hingga kini, setiap Presiden RI, selalu memberikan sambutan kenegaraan. Masyarakat juga merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, antara lain dengan pawai keliling kampung. Banyak masjid Jami’ di kampung menyelenggarakan khitanan masal.

Berbagai cara memperingati Maulid, terutama dengan pembacaan kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, sejak lahir sampai wafat. Diantara kitab yang paling masyhur mencertikan keagungan Nabi SAW, ditulis oleh Syekh Abdurrahman ad-Diba’i. Kitab (buku-bukunya) sangat masyhur karena sastranya indah, terutama yang memuat biografi berjudul “Maulid-Diba’iyah.” Pada pasal 14 diktum ke-9 disebutkan: “Rasulullah SAW lahir dalam posisi sujud dan berucap hamdalah.”

Dalam berbagai hadits dikisahkan keseharian beliau SAW sebagai kepala rumahtangga. Dengan sanad berasal dari istrinya sayyidah Aisyah r.a., dikatakan, “Rasulullah biasa membantu cuci pakaian, perah susu kambing, membersihkan lantai, juga makan bersama pembantu dengan menu yang sama.” Pada saat paceklik, ikat pinggangnya diganjal lima biji batu, menandakan beliau tidak makan selama lima hari. Padahal beliau seorang pemimpin negara!

Kepedulian kepada sesama tanpa memandang latarbelakang agama, ras, dan bahasa telah diteladankan Nabi Muhammad SAW. Solidaritas, dan kesalehan sosial menjadi visi utama ke-nabi-an sebagai rahmatan lil alamin, kebaikan seluruh alam.

——— 000 ———

Rate this article!
Adat Maulid Nabi SAW,5 / 5 ( 1votes )
Tags: