Adu Keren Ekstrakurikuler Sekolah

Penampilan kelompok ekstrakurikuler baris-berbaris Bravo mengisi kemeriahan Dies Natalis SMAN 14 Surabaya, Rabu (13/12). [adit hananta utama/bhirawa]

Dies Natalis SMAN 14 Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Peringatan dies natalis SMAN 14 Surabaya berlangsung meriah, Rabu (13/12). Momen itu menjadi ajang bagi para siswa menunjukkan bakat paling keren yang bisa mereka lakukan. Mulai dari tari, musik band, karate, dance, kreasi baris-berbaris dan beragam aksi lainnya.
Ketua OSIS SMAN 14 Surabaya Salsabil Rifqi menuturkan, dies natalis tahun ini menggunakan konsep yang terbuka. Maksudnya, seluruh siswa berhak terlibat didalamnya melalui ekstrakulikuler yang mereka ikuti. “Tahun ini kami mengambil tema Fourteen Creator. Bentuknya yaitu berupa hiburan yang mengarah pada pengembangan potensi dan kreatifitas,” Rifqi ketika ditemui di sekolahnya kemarin, Rabu (13/12).
Rifqi mengaku, kesempatan ini dedikasikan untuk SMAN 14 Surabaya agar menjadi SMA yang terus maju di Surabaya. Peran siswa, lanjut dia, akan menjadi penggerak dan penentu kemajuan sekolah. Karena itu, kreatifitas para siswa mendapat ruang paling besar dalam kesempatan ini.
Kepala SMAN 14 Surabaya Muntiani menuturkan, kreatifitas para siswa merupakan salah satu bentuk dari program student change yang merupakan upaya penguatan karakter siswa. Di sisi lain, ruang-ruang kreatif juga diperlukan untuk mengejar prestasi siswa di sekolah. “Sejauh ini prestasi yang kami unggulkan adalah seni tari dan musik. Tahun lalu, siswa kami mampu menjadi juara gitar solo mulai tingkat kota, provinsi hingga nasional” tutur Muntiani.
Meskipun tahun ini, gitar solo hanya menduduki posisi juara harapan pada tingkat nasional, namun bentuk dukungan dari sekolah akan terus dilakukan. “kita tahun ini hanya sebagai posisi juara harapan, namun tetap kami support untuk anak-anak kami dalam berprestasi” tegas Muntiani.
Pada kesempatan tersebut, Muntian juga menyampaikan kepada seluruh guru di sekolah yang dia pimpin agar tidak pernah bosan dalam mengajarkan ilmu kepada peserta didik. Karena jika itu terjadi, tentu akan berdampak buruk bagi proses belajar mengajar maupun dalam bersikap.
“Saat memotong tumpeng, saya memberikan potongan pertama untuk guru honorer. Semoga guru honorer segera menjadi guru tetap. Sedangkan bagian tumpeng yang paling bawah saya dedikasikan untuk guru yang akan pensiun. Semoga mereka bisa meninggalkan ilmunya” pungkas Muntiani. [ina]

Rate this article!
Tags: