seluruh sepi mengganti dewa-dewa, sesembahan
bagi penyair sepertiku. satu nampan
kembang seruni pelengkap senggama
dengan tubuh-tubuh sepi
penyair beragama pada kopi, pahit
yang least ke pori-pori lidah
ke dada kita yang mudah retak.
kau selalu menjarah manis yang asing
di tempatnya. diusir kesendirian
tak ada kesakitan yang perkasa
di mata penyair semua sederhana
sejak kecil penyair selalu berlebihan
semisal mencintai banyak kesedihan
maka, meski dengan linang air mata
bermacam-macam bentuk kepedihan
disembah cuma-cuma, sedang perempuan
adalah agama kedua setelah resah.
segala senyap mengganti dewa-dewa
kalau tuhan tiada wujud, kepada
sepi aku bersujud.
(19-03-2020)
Upacara Kepedihan
dengan sesal yang menggumpal-gumpal
dada kita sama-sama retak, membengkak.
mengurung diri dalam tempurung hari
berlindung, mohon luput dari sengat air mata
yang berkemelut dan tiba-tiba membadai
kita bergeming menekur hening, sambil
menghirup sisa tangis dengan nada ritmis
;sesekali suara serak bolong-bolong
sebuah kepergian lekas menjauh, aku
mendekat mencari tepi paling teduh
atas kepedihan seadanya, paling
sederhana bentuknya. kita selalu
berserapah, tanpa lelah mencari
tenang yang timbul-tenggelam
bahkan aku selalu terlihat gila
terus-terusan gila. bahwa
hanya kesakitan kurawat sendiri
di tengah sunyi berjatuhan
(19-03-2020)
Pulang ke Desa
sekuntum angin dan ramai yang berloncatan
dari bibir ke bibir. seluruh jendela kututup
berlindung dari terik perbatasan dan hujan
dari kemarau paling ujung
pohon-pohon dengan ranting nyaris patah
dan daun gugur menyentuh wajah
seluruh debu berterbangan ke udara
gegas ke pucuk langit tenggara
aku tiba dan mencium pekat tanah
ladang ayah. sedang keremangan
nasib satu-satu tercipta. seluruh resah
membentuk jalannya sendiri
betapa batas kenang dari kota sebelah
membuntuti, menghapus jejak kaki.
jarak tiarap sebegitu jauh, aku
menunggangi dengan khidmat
sampai puncak nikmat
berapa kenangan gugur
menyusul bulir-bulir embun?
(19-03-2020)
Madah untuk Kekasih
tangis adalah keabadian terakhir, kekasih
setelah resah berpusing di kepala
membentur segala tenang dalam temaram
menghunus sepi-sepi ke tubuh kita
aku selalu duduk sendirian, memujimu
lewat daun gugur setengah kering
dan tubuh waktu yang berombak
sebegitu dahsyat menghentak
sebenarnya tangis kita sama-sama kering
dari air mata dan gejolak dalam dada
dan mencintai, satu-satunya alasan
air mata tidak jatuh belebihan
jalan yang kita pahat, berlubang-lubang
naik-turun setiap setapak menanjak
;menyusuri pekat yang merayap diam-diam
betapa mencintai adalah satu-satunya
jalan menghapus kefanaan
(20-03-2020)
Kasidah Petani
setelah hujan dengan kuat melacuri ruap
aku menanam ‘nih-benih harapan.
tangis anak jalang meradang
mengajariku mengasah celurit sambil tergesa
pada waktu panen tiba, kusabit rasa
tak kubiarkan anak padi rejaga dan tersisa
dengan sulur do’a memanjang ke angkasa
kutatap rute baru yang merekah
jalan-jalan setapak yang mengindahkan kidungku
melebarkan pundaknya ke puncak nimat,
setelah tembang kakek pemanjat siwalan.
kepada rumput disapu udara, aku mengaduh
agar berhenti tumbuh dan mengabdikan angin
dari delapan penjuru.
di batas terik musim paling kemarau,
rinai hujan enggan bertandang.
bahkan saat-saat jarum di lumbung
semakin tajam.
(20-03-2020)
Moh. Rofqil Bazikh lahir di Sumenep, Madura, dan aktif di Kelas Puisi Bekasi. Menganggit puisi dan termaktub di beberapa antologi; Surat Berdarah di Antara Gelas Retak (2019), Dari Negeri Poci 9; Pesisiran (KKK, 2019), Bulu Waktu (Sastra Reboan, 2018), Antologi Dwibahasa Banjarbaru Festival Literary (2019), Sua Raya (Malam Puisi Ponorogo, 2019), Dongeng Nusantara dalam Puisi (2019), Bandara dan Laba-laba (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali). Saat ini sudah menulis puisi di berbagai media cetak dan online antara lain Koran Merapi, Rakyat Sultra, Bali Pos, Pos Bali, Suara Merdeka, Banjarmasin Post, Malang Post, Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Rakyat Sumbar, Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews, dll. Tahun 2019 berkesempatan hadir pada acara Seminar Internasional Sastra Indonesia(SISI) di Provinsi Bali.