Agamawan Tulungagung Samakan Persepsi Damai

Diskusi bersama diselingi presentasi kelompok merupakan salah satu kegiatan dalam acara interacting live-in bagi agamawan muda di Tulungagung kemarin.

Diskusi bersama diselingi presentasi kelompok merupakan salah satu kegiatan dalam acara interacting live-in bagi agamawan muda di Tulungagung kemarin.

Tulungagung, Bhirawa
Puluhan agamawan muda dari lintas agama di Tulungagung melakukan kegiatan bersama dalam mewujudkan persepsi yang senada tentang perdamaian. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dialogue Centre (DC) Program Pascasarjana (PPs) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan bekerja sama dengan Mission 21 (M21) Switzerland serta dibantu oleh panitia lokal di Tulungagung ini berlangsung di Hotel Crown Victoria  Kota Tulungagung mulai Jumat (5/6) sampai hari ini, Senin (8/6).
Panitia DC, Dr Mahmud Arif, pada Bhirawa, Minggu (7/6), mengungkapkan interacting live-in bagi agamawan muda lintas agama di Tulungagung bertema agama sumber perdamaian ini diikuti oleh 40 agamawan perwakilan dari Islam, Hindu, Kristen, Katholik, Budha, dan penghayat kepercayaan.
“Tujuannya agar dari agama yang berbeda-beda di Indonesia jangan sampai terjadi konflik di masyarakat. Diharapkan setelah acara selesai, para agamawan muda dapat memberi peran nyata dalam perdamaian,” ujarnya.
Kegiatan DC di Indonesia, menurut Mahmud Arif, sudah diselenggarakan sejak tahun 2006. Kegiatan di Tulungagung merupakan yang kesepuluh dan yang pertama di Jawa. “Sebelumnya kegiatan DC dilakukan di luar pulau Jawa, seperti di Lampung, Papua dan Kalimantan,” tambah Dr Agus M Najib, Sekretaris DC yang kemarin ikut mendampingi Mahmud Arif.
Agus M Najib memaparkan kegiatan DC tidak hanya berlangsung di Hotel Crown Victoria tetapi juga melakukan kunjungan ke tempat-tempat ibadah. Seperti masjid, vihara, klenteng, pura dan gereja.
Kegiatan interacting live-in dibuka oleh Deputi Direktur DC PPs UIN Yogyakarta, Dr Darius Dubut dan Rektor IAIN Tulungagung, Dr Maftukhin, MAg. Darius Dubut mendukung dan menyambut gembira kegiatan interacting live-in yang memang telah menjadi bagian integral program DC.  “Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan umat beragama di Tulungagung,” katanya.
Sementara itu, salah seorang narasumber yang dihadirkan dalam interacting live-in, Pdt Suwignyo, Th,D dari Malang menyatakan diperlukan pendekatan kritis-konstruktif terhadap kecenderungan ideologisasi agama yang acapkali memicu sikap eksklusif dan perilaku kekerasan dengan mengatasnamakan agama.
“Kerukunan dan kebersamaan antar tokoh agama merupakan modal penting dalam mempererat komunikasi dan meningkatkan kerjasama para agamawan lintas iman untuk mengurai permasalahan-permasalahan sosial-kemasyarakatan,” tuturnya. [wed]

Tags: