Agar Hidup Menjadi Lebih Bermakna

Judul Buku   : Jangan Khawatir, Allah Bersamamu
Penulis   : Muhammad Farid Wajdi
Penerbit   : Mizania, Bandung
Cetakan  : I, Januari 2017
Tebal   : 188 halaman
ISBN   : 978-602-418-142-0
Peresensi  : Suhairi
Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan.

Setiap manusia memiliki problematika hidup tersendiri. problematika tersebut beragam, mulai hal yang paling kecil hingga berupa cobaan yang teramat berat. Namun, kuat dan tidaknya menusia terhadap problematika hidup tersebut tidak disebabkan kualitas dan kuantitas problematika yang dihadapinya, tetapi seberapa besar mental dan imannya yang terdapat pada dirinya sendiri.
Buku Jangan Khawatir, Allah Bersamamu! karya Muhammad Farid Wajdi ini merupakan buku pegangan hidup yang sarat makna. Titik kunci pembahasan buku ini adalah segala persoalan hidup harus dikembalikan kepada Allah setelah manusia melakukan ikhtiar hidup menuju masa depan yang lebih baik.
Manusia harus bisa mencapai keberhasilan dunia dan akhirat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya upaya keras dan pengorbanan yang tidak sedikit. Harta benda, tenaga, pikiran, dan apa yang dimiliki rela dikorbankan demi tujuan tersebut. Di samping itu, ilmu-ilmu agama juga harus dipelajari agar hati dan jiwa mendapatkan petunjuk jalan yang lurus. Dan yang terpenting, ilmu tersebut harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (hal. 13).
Anugerah ilmu merupakan anugerah yang sangat berharga di samping anugerah harta benda, anugerah kesehatan, anugerah ketampanan fisik, anugerah tubuh yang sehat, anugerah kekuasaan besar, anugerah kehormatan, dan status sosial di masyarakat. Berkat ilmu manusia bisa menciptakan peradaban yang sangat canggih dan bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.
Ilmu dan amal merupakan dua unsur yang memiliki korelasi kuat. Keduanya harus disandingkan dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Ilmu yang dimiliki seseorang harus bisa diamalkan agar tidak seperti kata pepatah Ilmu yang tidak diamalkan laksana pohon yang tidak berbuah. Pada dasarnya, seseorang menanam pepohonan berharap agar ada buah yang bisa dipetik kelak. Namun, jika pohon itu tidak berbuah, sia-sialah usahanya.
Sebaliknya, pekerjaan manusia yang dilakukan sehari-hari harus didasarkan pada ilmu. Jika tidak, ia laksana seseorang yang berjalan di tengah malam tanpa secercah cahaya. Ia bisa terjatuh dan mencelakai dirinya sendiri. Bahkan, orang lain pun bisa ikut merasakan pahit yang dideritanya. Pekerjaan manusia tanpa didasari ilmu pengetahuan akan bermuara pada kerja yang sia-sia, bahkan bisa berakibat fatal.
Orang berilmu akan menjalani hidup dengan mudah, terang, dan senang karena mengetahui banyak hal. Ilmu baginya bagaikan sebuah obor penerang jalan. Dengan cahaya obor tersebut, ia akan mengerti bagaimana cara melangkah dan ke mana ia akan menuju. Dimulai dari memilih lingkungan yang baik, teman-teman yang saleh, makanan halal, agar bisa bersama menuju kemajuan hidup serta kesalehan jiwa (hal. 60).
Langkah-langkah hidup yang didasari dengan ilmu dengan tuntunan hidayah akan memiliki nilai ibadah. Dan yang perlu diketahui adalah kondisi niat pada setiap awal melakukan sesuatu akan menentukan posisi pekerjaan yang sedang dilakukan. Sebab, setiap pekerjaan bergantung niatnya. Dengan catatan, pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang tidak dilarang oleh agama.
Penulis buku ini memberi contoh pekerjaan yang bisa memiliki nilai ibadah. Ketika seseorang makan dan meniatkan agar ia memiliki badan yang kuat untuk melaksanakan ibadah, makannya akan bernilai ibadah. Jika seseorang hendak tidur kemudian meniatkan tidurnya agar terhindar dari maksiat, ia akan mendapatkan pahala. Apabila semua perbuatan diniatkan di dalam hati dengan benar, semua yang dilakukannya tidak sia-sia (hal. 92).
Segala kegiatan dan niat seseorang harus didasarkan pada hati ikhlas, semata-mata hanya mengabdi kepada Sang Khalik. Inilah yang akan meringankan segala-galanya dalam menjalani hidup ini. Segala kegiatan dengan niat ikhlas mengabdi kepada Sang Khalik akan bertahan lama. Sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan hati ikhlas tidak akan mengalami pasang-surut karena ada atau tidak adanya imbalan yang akan diterima. Apalagi, kegiatan tersebut sebentuk kegiatan ibadah.
Ikhlas sejatinya menjadi landasan utama bagi siapapun dalam ritus ibadahnya kepada Sang Khalik. Tetapi, menghadirkan hati yang ikhlas tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak semudah yang diucapkan. Hal ini membutuhkan usaha yang panjang dengan ihktiar yang kuat. Sebab, kehidupan manusia masih diliputi hana nafsu. Hal inilah yang memunculkan adanya potensi ketidakikhlasan dalam diri seseorang.
Nah, agar hidup ini lebih bermakna sekaligus untuk mendapat pertolongan dari Allah SWT, buku Jangan Khawatir, Allah Bersamamu! ini layak dijadikan bahan bacaan. Selain sebagai panduan untuk memperbaiki kualitas ibadah kepada Allah, buku ini juga akan memunculkan optimisme yang tinggi dalam menjalani kehidupan, pun dalam mengharap pertolongan Allah SWT. Selamat membaca!

                                                                                             ————————- *** —————————-

Rate this article!
Tags: