Agar Prokes Terlaksana, Menteri PUPR: Air Bersih Harus Tersedia hingga Pelosok

Menteri PUPR Basuki Hadimulyono dalam pembukaan peluncuran hasil penelitian tentang pola penggunaan air bersih oleh masyarakat selama masa pandemi Covid-19, yang dilakukan oleh Indonesia Water Institute, Kamis (11/2).

Jakarta, Bhirawa.
Air bersih merupakan hal yang krusial dan telah ditetapkan sebagai satu isu prioritas oleh negara-negara anggota UNESCO, diantara Isu lainnya. Dewasa ini, ketika seluruh negara sedang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tantangan baru, muncul bersamaan dengan pandemi Covid-19. Yang belum selesai yaitu mencukupi kebutuhan air bersih yang meningkat. Untuk memastikan Protokol Kesehatan (Prokes), dalam hal ini mencuci tangan dilaksanakan dengan baik.

“Selama 5 tahun terakhir, Kementerian PUPR terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ketahanan air. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya untuk rumah tangga. Telah dibangun infrastruktur penyediaan air baku. Seperti intake, jaringan distribusi, juga tampungan air, seperti bendungan dan embung, sebagai sumber air baku. Ke depan perlu disusun suatu kebijakan yang menyeluruh dan terpadu, terkait pengelolaan sumber daya air. Khususnya dalam rangka ketahanan air nasional,” papar Menteri PUPR Basuki Hadimulyono dalam pembukaan peluncuran hasil penelitian tentang pola penggunaan air bersih oleh masyarakat selama masa pandemi Covid-19, yang dilakukan oleh Indonesia Water Institute (IWI), Kamis (11/2).

Menurut Basuki, hingga tahun 2024 nanti, pemerintah men-targetkan peningkatan kapasitas penyediaan air baku hingga 50 m3/ detik, 500.000 hektar Irigasi baru dan rehabilitasi 2 juta hektar Irigasi eksisting dan revitalisasi 15 danau prioritas. Selain itu, dilakukan peningkatan menjadi 100% akses terhadap air minum yang layak. Juga 90% akses terhadap limbah domestik (sanitasi), serta 100% akses layanan sampah perkotaan.

“Hasil kajian IWI ini, akan menjadi masukan yang berharga bagi pemerintah, khususnya Kementerian PUPR. Dalam upaya meningkatkn ketahanan air nasional,” ujar Menteri Basuki.

Disebutkan, dapat dilihat juga dari hasil kajian, diperlukan adanya Pengkajian kembali, terkait data Neraca Air Nasional. Juga penting nya penyusunan Indeks Tingkat Merasakan Air (Water Scarcity Index), per wilayah di Indonesia Yang nantinya, data tersebut akan sangat membantu pemerintah pusat dan daerah, untuk fokus pada capaian yang terukur dalam setiap alokasi anggaran.

Penelitian yang dilakukan pertama kali di Indonesia (mungkin di dunia), dilakukan oleh IWI, sejak 15 Oktober hingga November 2020. Melibatkan 1.296 responden di seluruh Indonesia. Survei dilakukan secara daring (online) oleh IWI. Dengan Ir. Firdaus Ali MSc, PhD sebagai Chairman dan Founder IWI.

Dalam pemaparan hasil penelitian ini, dibeberkan sejumlah temuan penting. Pertama; Ditemukan adanya perubahan pola penggunaan air bersih, selama masa pandemi. Terdapat peningkatan kebutuhan air bersih sebanyak 2 hingga 3 kali keadaan normal (sebelum pandemi). Peningkatan kebutuhan ini berhubungan penerapan Prokes.

Kedua, air bersih tidak hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Tapi juga untuk air minum di beberapa daerah yang tidak terjangkau air minum kemasan. Di daerah yang terjangkau air minum kemasan, masyarakat cenderung memilih kemasan. 

Berikutnya, selama masa pandemi, pengeluaran rumah tangga meningkat hingga 7% dari kondisi normal. Bila hal unik terus berlangsung, tidak hanya krisis air, tetapi juga akan sulit mengatasi pandemi. Tambahan pengeluaran rumah tangga tersebut semakin memberatkan. Karena kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, banyak yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

Temuan IWI ini makin memperlihatkan pentingnya memutakhirkan infrastruktur air bersih. Agar terhindar dari krisis air bersih yang lebih dalam lagi. Pasalnya, sebelum pandemi, Indonesia sudah berada dalam kondisi krisis air bersih. Saat ini, air bersih perpipaan  yang disediakan PAM, baru menjangkau  21,8% dari penduduk yang berjumlah 270,2 juta jiwa( data BPS Januari 2021).

“Pentingnya pembenahan infrastruktur air bersih, diperlukan terutama karena Indonesia belum sampai pada puncak pandemi Covid-19,” ujar Firdaus. (ira)

Tags: