Agar Tak Kumuh, Pasar Krempyeng Desa Sawotratap Sidoarjo Bakal Direlokasi

Jalan Desa Sawotratap ditutup, karena dipakai tempat berjualan pedagang pasar krempyeng. Namun pihak desa sama sekali tidak menerima pemasukan. [alikus/bhirawa].

Sidoarjo, Bhirawa
Pasar krempyeng yang ada di Desa Sawotratap Kec Gedangan, secara bertahap akan direlokasi ke tempat yang tidak mengganggu lalu lintas jalan desa. Tempat relokasi direncanakan di tanah kas desa (TKD) yang berada di RW 06. Menurut Sanuri, Kades Sawotratap yang maju kembali pada Pilkades serentak Sidoarjo 2020, awalnya pembangunan sarana relokasi itu akan bisa selesai pada pertengahan tahun 2020 ini.

Namun, karena ada pandemi Covid-19, penyediaan sarana belanja di desa terpadat penduduk se Kec Gedangan tersebut, tertunda pada tahun anggaran berikutnya. “Proses relokasi pada tahun ini masih berkisar 40% saja, masih berupa pembangunan jalan paving dan pemasangan gorong-gorong beton,” kata Sanuri, belum lama ini.

luasan rencana tempat relokasi pasar krempyeng tersebut berdimensi 200 m x 12 m. Akan ditata dengan sedemikian rupa, supaya bisa menampung pedagang pasar krempyeng yang ada di jalan Raden Wijaya maupun.di pasar krempyeng di jalan Hayam Wuruk. Sarana relokasi pedagang pasar itu, nantinya akan dikelola oleh badan usaha milik desa (Bumdes) Sawotratap.

Sanuri mengakui, dari keberadaan dua pasar krempyeng di desa yang termasuk kawasan yang diserbu kaum urban dari berbagai daerah itu, selama bertahun-tahun tidak memberikan pendapatan bagi kas desa setempat. Dengan direlokasi ke lahan asetnya desa, diharapkan akan ada pemasukan untuk desa berupa retribusi bedak-bedak tempat berjualan. Pemasukan lain, bisa dari parkir kendaraan pengunjung pasar krempyeng yang nanti akan menjadi pasar desa. “Karena pengelolaaannyan akan ditangani oleh desa. Bukan lagi oleh kelompok atau pribadi tertentu,” katanya.

Dari informasi yang diperoleh, retribusi untuk pedagang pasar krempyeng di jalan Raden Wijaya, selama ini masuk ke kas RT setempat. Sedangkan pasar krempyeng di jalan Hayam Wuruk, ( sebelah selatan Kantor Balai Desa Sawotratap ), masuk dalam kas pribadi warga sekitar pasar krempyeng.

Mereka mendapatkan dua pemasukan dari pasar krempyen di Desa Sawotratap itu. Pertama, dari retribusi pedagang, kedua dari biaya parkir dari pengunjung pasar krempyeng. Tiap hari aktivitas belanja di pasar krempyeng itu tiada henti. Biasanya libur, hanya saat hari raya Idul Fitri saja.

Yang sangat memprihatinkan sekali, Kedua pasar krempyeng itu, selain tidak ada kontribusi sama sekali bagi desa, malah keduanya mengakibatkan wajah Desa Sawotatap menjadi kumuh. Ini karena, tidak ada penataan bagi pedagang disana.

Juga akibat transaksi yang ramai di sana, lalu lintas jalan desa terganggu. Istilahnya jalan desa malah berubah fungsi menjadi pasar krempyeng. Karena semakin lama, semakin banyak saja jumlah pedagang di pasar krempyeng di dua titik tersebut.

Kondisi di Desa Sawotratap ini berbeda dengan kondisi di Desa Bluru Kidul Kec Sidoarjo. Informasi dari Kepala Desa Bluru Kidul Kec Sidoarjo, Tri Prasetyono, pengelolaan pasar desa ditempatnya dikelola oleh pihak badan usaha Masyarakat desa (Bumdes) setempat. Kades dua periode itu menuturkan, tiap tahunnya pemasukan dari pengelolaan sarana pasar desa itu hampir mencapai Rp100 jutaan.[kus]

Tags: