Agen Program Sembako di Jombang Resah dengan Kebijakan Penyaluran Baru

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang, Moch Saleh saat diwawancarai, Rabu (26/02/2020). (arif yulianto/ bhirawa)

Jombang, Bhirawa
Sejumlah Agen E-Warong di Kabupaten Jombang, mengaku resah dan tidak siap dengan penyaluran Program Sembako yang baru. Keresahan ini menyusul sistem yang diterapkan di Jombang terkait adanya kenaikan nilai paket bantuan paket Sembako mulai Bulan Maret mendatang. Paket bantuan yang sebelumnya sebesar 110 ribu ruliah berupa beras dan telur, kini akan naik menjadi 150 Ribu Rupiah. Dengan kenaikan itu, disebutkan ada penambahan satu komoditas paket bantuan berupa satu kilogram daging ayam untuk masing-masing Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Selain mempertanyakan tolok ukur penyaluran tambahan dengan pilihan daging ayam, mereka juga menilai ketidaksiapan pihak penyuplai untuk menyalurkan komoditas daging ayam kepada para agen. Agen juga diminta menyiapkan sendiri sejumlah peralatan seperti ember (Bak besar) bahkan terpal (tanpa freezer) untuk menampung paket daging ayam.
“Jadi kami diminta menyiapkan sendiri alat tampungnya seperti bak atau terpal,” tutur salah satu agen Program Sembako di Jombang yang tidak mau sebut identitasnya tersebut, Rabu (26/2/2020).
Para agen penyalur ini juga khawatir ketika paket daging ayam ini harus menunggu dengan jarak waktu yang cukup lama untuk disalurkan kepada penerima manfaat tanpa ketersediaan sarana prasarana yang sesuai, seperti halnya lemari pendingin.
Padahal, kata agen tersebut, kekuatan daging ayam yang tidak berada dibawah suhu pendingin hanya bisa bertahan paling lama enam jam. Berdasarkan pengalaman para agen, tidak cukup satu atau dua hari saja mereka melayani KPM, bahkan bisa sampai satu minggu lebih.
Resiko besar juga harus ditanggung pihak agen, sebab, paket daging ayam yang tidak diambil oleh penerimanya, ternyata tidak dapat diretur atau dikembalikan kepada penyuplai.
“Kalau lebih dari itu kualitas akan menurun bahkan jadi ayam tiren kan, kalau misalnya hari ini ayam datang 80 paket, apakah bisa dijamin semuanya diambil hari itu juga, lalu kalau sisa bagaimana, ini saya sudah dapat konfirmasi dari suplier kalau daging tidak bisa diretur,” paparnya.
Dengan kondisi tersebut, agen berharap segera ada evaluasi program Sembako ini, khususnya terkait kebijakan komoditas daging ayam tersebut.
“Ini membuat kami resah, kalaupun ada pendingin dan itu hanya dipakai untuk penyaluran dua hari sampai satu minggu, apa itu seimbang dengan beban listrik kami, saya kira keuntungan kami akan habis,” tuturnya lagi.
Sementara itu, saat dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jombang, Moch Saleh menjelaskan, Program Sembako ini di Pedoman Umum (Pedum) telah disampaikan. Terkait keresahan sejumlah agen ini, Moch Saleh mengatakan, sebenarnya hal tersebut sudah dilalui sesuai Standat Operasional Prosedur (SOP) yang ada melalui Rakornas, Rakorwil di tingkat provinsi, dan Rakorda di tingkat daerah. Moch Saleh menyebut, hal tersebut sudah disampaikan pada Rakor-Rakor tersebut.
“Termasuk terakhir waktu sosialisasi dan launching (Program Sembako). Dan sebelumnya di kecamatan-kecamatan juga sudah disampaikan, terkait dengan perubahan, dari BPNT 110 menjadi 150 (Ribu Rupiah). Maka, salah satu poin yang penting adalah penambahan komoditi. Selain beras dan telur, maka ada penambahan komoditi, tidak semata-mata daging ayam, di Pedum juga sudah disampaikan, ada protein hewani ada nabati,” ulas Moch Saleh.
Jika berbicara Pedum, sambung dia, (daging ayam) bukan satu-satunya acuan. Karena di saat Rakornas, Pedum tersebut disusun untuk mewadahi semua wilayah secara nasional.
“Setiap kabupaten/kota diberikan pilihan, dan tidak wajib hukumnya. Karena bisa dilakukan, arahan Pak Menteri, Pak Dirjen, saat Rakornas awal Januari (2020) yang lalu, itu disesuaikan dengan potensi wilayah,” imbuhnya.
Dia juga menambahkan pada saat Sosialisasi Program Sembako bahwa, komoditi-komoditi tersebut memiliki kerentanan. Pada tahun 2019 yang lalu pihaknya juga sudah pernah menyampaika kepada para Agen E-Warong, ke depan akan ada perubahan, ada penambahan komoditi seperti daging ayam, daging kambing, daging sapi, kacang-kacangan, biji-bijian, ataupun sayuran maupun penambahan nilai vitamin dengan buah-buahan dan sebagainya.
“Itu semua akan bisa kita capai bilamana, potensi wilayah daerah memenuhi untuk itu,” lanjut dia.
Satu-satunya potensi yang sangat memungkinkan saat ini di Kabupaten Jombang, imbuh dia yakni, daging ayam. Dan hal tersebut menurut Moch Saleh juga sudah dikoordinasikan kepada Pemerintah Pusat, dan diberikan ‘lampu hijau’. Sehingga diprogramkanlah penambahan komoditi daging ayam dari dari home industri yang kuat di Jombang.
“Di sosialisasi tahun 2019 juga sudah saya sampaikan, andakata ada penambahan daging ayam, sayur-sayuran, atau buah, apa yang harus anda lakukan, bapak/ ibu (agen) menjawab, harus ada tempat pendingin. Tahun 2020 ini kami sosialisasikan lagi di tingkat kecamatan hingga kabupaten, sudah sepakat semuanya. Mereka kan satu tahun sudah berjalan baik, mereka punya paguyuban. Ada memang keluhan, harus ada freezer. Tapi ada keluhan lain, freezer ini butuh listrik, maka salah satu arahan kita, buat tempat yang layak, minimal stereofom,” paparnya.(rif)

Tags: