“Agustusan” Masa Pandemi

Memperingati hari kemerdekaan negara Republik Indonesia, tak surut karena wabah pandemi CoViD-19. Walau dilaksanakan dengan pembatasan peserta, dan mematuhi protokol kesehatan. Istana negara tetap menyelenggarakan upacara Agustus-an, dengan korps musik, dan pasukan tembakan kehormatan. Seluruh rumahtangga diminta mengibarkan bendera merah-putih, dan menghias kampung sejak awal Agustus, sebagai simbol semangat kejuangan.

Sebulan penuh (selama bulan Agustus 2020) bendera merah-putih diharapkan berkibar di halaman setiap rumah. Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, tetap diperingati khidmat di seluruh Indonesia, dengan protokol kesehatan. Namun berbagai lomba yang biasa meng-gelora-kan acara “Agustusan” menyurut. Karena khawatir akan menjadi kerumunan orang yang bisa menjadi media pe-wabah-an virus corona. Begitu pula acara “tirakatan” pada malam (16 Agustus) diselenggarakan lebih singkat.

Tetapi seluruh kampung telah mulai dibersihkan, pagar dicat, serta dihias dengan pemasangan umbul-umbul, dan lampu penjor. Rangkaian hari kemerdekaan lazim diperingati seksama, dan selalu membahagiakan semua generasi. Generasi usia 70-an mengenang seksama upaya mempertahankan proklamasi dari berbagai rong-rongan makar politik dalam negeri. Sekaligus kesulitan ekonomi. Generasi usia 50-an tahun, mengenang momentum perayaan proklamasi Agustusan dengan berbagai cerita (dan pemutaran film) heroik.

Generasi millenial (masa kini), bisa merayakan hari proklamasi 17 Agustus, dengan situasi zaman yang khas: Yakni, berbagi cerita sukses melalui media sosial (medsos), sambil menambahkan kata “merdeka!!!.” Juga disertai posting gambar bendera Merah-Putih dan berbagai stiker. Generasi millenial (usia 17-35 tahun) tetap menjadi pelaku utama upacara peringatan hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Peran generasi millennial takkan tergantikan, sesuai suasana zaman.

Tujuh dekade kemerdekaan, Indonesia telah menjadi tiga besar pengguna internet di dunia. Berdasar data Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemeninfokom), ditaksir lebih dari 175 juta masyarakat Indonesia telah terhubung internet. Angka itu telah lebih dari separuh jumlah penduduk Indonesia (267 juta jiwa). Berdasarkan berbagai survei, pengguna berbagai aplikasi media sosial (medos) sebanyak 165 juta orang.

Namun sangat banyak akses internet digunakan secara tidak bijak. Antaralain, Gadget berbasis android, telah digunakan di berbagai tempat, lokasi perkantoran, sampai di persawahan. Seluruh aplikasi media sosial (medsos) memiliki pelanggan dalam jumlah puluhan juta pengguna. Sebagian menggunakan secara bijak, untuk pekerjaan dan ke-ilmu-an. Namun lebih separuhnya digunakan melebihi batas kebebasan, menimbulkan kegaduhan sosial.

Sangat “merdeka” di dunia medsos. gadget android, digunakan sejak bangun tidur sampai terlelap pada malam hari. Berkomunikasi melalui medsos, nyaris menjadi kebutuhan pokok. Bahkan dalam suasana rapat kerja, aplikasi android tak pernah padam. Berjuta-juta kata (dan gambar) di-posting bebas tanpa halangan. Bebas mem-posting apapun, canda, maupun keluh kesah. Begitu pula posting perundungan, pelehan dan penistaan.

Bahkan teknologi informasi yang tak mengenal batas teritorial kenegaraan, dapat dijadikan ladang kejahatan internasional. Sudah terbukti, beberapa tindak kejahatan dilakukan melalui internet. Bisa berupa kejahatan ekonomi, serta kejahatan politik (propaganda paham menyimpang) dan terorisme. Pada masa pandemi CoViD-19, medsos juga digunakan mem-posting pesan berantai informasi tentang zona merah. Sehingga semakin memperkukuh pelaksanaan protokol kesehatan.

Medsos juga membantu pemerintah berkomunikasi dengan seluruh lapisan masyarakat, dengan lebih cepat. Sekaligus “menantang” transparansi dan kejujuran pemerintah (dan pemerintah daerah). Termasuk distribusi bantuan sosial dampak CoViD-19, beserta revalidasi data kemiskinan. “Kemerdekaan” di medsos, dapat dijadikan sarana me-merdeka-an masyarakat dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan.

Namun medsos patut dicermati. Karena dapat dijadikan propaganda fitnah, dan kebohongan. Mengacaukan kerukunan sosial nasional.

——— 000 ———

Rate this article!
“Agustusan” Masa Pandemi,3.40 / 5 ( 10votes )
Tags: