Ahli Biomolekuler Jelaskan Terjadinya Empat Mutasi Covid-19

Ahli Biomolekular Unair Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih menunjukkan sebaran Covid-19 di dunia.

Surabaya, Bhirawa
Sejak masuk di Indonesia pada awal 2020 lalu, Virus Covid-19 telah memantik perhatian peneliti di Indonesia. Bahkan, Ahli Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih, MSi, menyebut proses terjadinya empat mutasi atau varian baru virus SarCov-2 atau Covid-19 yang sudah masuk di Indonesia.
Mutasi atau varian baru Covid-19 tersebut adalah varian Afrika Selatan, Inggris, India dan Amerika Serikat. “Virus SarCov-2 atau yang kita kenal sebagai virus corona atau Covid-19 merupakan virus berbasis RNA yang bersifat Single-stranded RNA, sehingga mudah untuk mengalami mutasi,” jelas Prof. Nyoman di Surabaya, Kamis (10/6).
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Community Development Unair itu menjelaskan terdapat empat macam protein struktural pada Sars-Cov2 yang salah satunya berperan penting pada pengikatan virus dengan sel inang manusia, yaitu protein spike. Tiga protein struktural lainnya adalah protein membran, protein envelope, dan nucleoprotein.
Protein spike merupakan jenis yang paling menjadi perhatian saat virus bermutasi karena memiliki Receptor Binding Domain (RBD) yang berperan mengikat ACE2 pada sel inang manusia. “Karena virus ini merupakan RNA virus maka dia mudah beradaptasi untuk tetap terus hidup. Setiap usaha untuk meningkatkan kemampuan menempel di sel inang itulah virus melakukan mutasi dengan merubah urutan basa nukleotida pada kodon penyandi asam amino sehingga terjadi perubahan asam amino yang berdampak pada perubahan interaksi antara virus dan sel inangnya,” jabarnya.
Harapannya mutasi melemahkan daya infeksi virus namun sampai saat ini mutasi pada virus SarsCov-2 justru meningkatkan infectivitas-nya.
Ia melanjutkan Protein Spike Virus SarCov-2 ini memiliki sebanyak 1.273 Asam amino, di mana rentang lokasi asam amino sekitar 300-570 merupakan daerah RBD yang berperan menempel di sel inang.
Bagian Spike lainnya yang juga penting adalah Furin Cleavage Site (FCS) di rentang lokasi sekitar 670-690. Daerah FCS merupakan daerah yang dikenali oleh furin sel manusia yang memotong bagian di antara S1 dan S2 spike, dan memudahkan genetik material sel virus masuk ke dalam sel inangnya.
“Karena ada dua daerah di spike yang berfungsi mengikat ACE2 dan melepaskan genetic material virus ke sel inang, maka infeksi bisa terjadi. Kita berfokus pada dua daerah itu karena kedua tempat itulah merupakan kunci utama proses infeksi dan menjadi perhatian jika terjadi perubahan asam amino karena mutasi,” tutur Prof Nyoman yang juga salah satu peneliti dan pengembang Vaksin Merah Putih Unair.
Dari penelitian yang dilakukan oleh tim Unair, Prof. Nyoman menyampaikan bahwa terdapat perubahan asam amino dari Aspartan D menjadi Glisin (G) pada lokasi 614 di triwulan pertama 2020.
Mutasi tersebut yang saat ini sudah mencapai hampir 98 persen dari global infected person maka asumsi peneliti, point mutation tersebut yang memicu percepatan munculnya varian baru saat ini yang sudah mencapai enam varian memasuki semester pertama 2021.
“Kalau ada mutasi di daerah RBD dan/atau FCS yang menyebabkan interaksi antara virus dan sel inang manusia semakin kuat maka infectivitas akan juga semakin meningkat. Namun dampak mutasi terhadap peningkatan keganasan atau kematian belum dapat dibuktikan,” ujarnya.
Prof. Nyoman menegaskan bahwa mutasi tersebut adalah bentuk adaptif dari COVID-19 untuk semakin bertahan. “Oleh karena itu masyarakat harus tetap mentaati protokol. Kesehatan walau sudah vaksinasi selama herd immunity belum tercapai,” pungkas dia. [ina]

Tags: