Ahli Geologi Sebut Jalur Patahan Aktif Sebabkan Gempa Majene

Ahli Geologi Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Amien Widodo

Surabaya, Bhirawa
Ahli Geologi Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr Amien Widodo, menyebut letak Kabupaten Majene yang berada di zona patahan jadi salah satu sebab terjadinya gempa bumi selama dua hari berturut-turut. Di zona itu menjadi tempat terjadinya tegangan di dalam perut bumi yang dapat mengakibatkan pergeseran atau sesar.
“Sesar yang berada di Majene ini masih sangat aktif. Terbukti adanya pergeseran yang masih sering terjadi dan gempa yang mengikuti pergeseran itu. Sesar aktif di Majene ini merupakan sesar naik yang sering menyebabkan gempa dangkal di sana, seperti baru-baru ini (terjadi),” ungkapnya di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI), Senin (18/1).
Peneliti senior Puslit MKPI ITS ini menjabarkan, berdasarkan data yang dicatat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa pembuka terjadi pada pukul 13.35 WIB di kedalaman 10 kilometer dengan kekuatan 5,9 SR. Skala ini diestimasi akan berpotensi menimbulkan kerusakan.
“Benar saja, gempa memicu terjadinya rockfall (runtuhan batu) di perbukitan yang kemudian merusak rumah warga di sana,” sebut Amien.
Peristiwa gempa itu, lanjutnya, disebut sebagai gempa pembuka (foreshock). Sebab, selang satu hari Jumat (15/1), telah terekam terjadi gempa susulan sebanyak 28 kali di Majene dengan magnitudo yang beragam.
“Misalnya pada gempa kedua dengan kekuatan 6,2 SR dirasakan bukan hanya di Majene, melainkan sampai ke Mamuju dan Palu,” ujarnya.
Amien juga menjelaskan, gempa yang mengguncang Majene dan Mamuju memiliki skala intensitas V-VI Modified Mercalli Intensity (MMI). Pada level ini, gempa sangat berpotensi memicu kerusakan. Sementara di Mamuju Tengah, Palu, Mamuju Utara, dan Mamasa, benda-benda terpelanting akibat gempa dengan skala intensitas III-IV MMI.
“Melihat dampak dan besar kekuatannya yang lebih besar dari sebelumnya, sementara kejadian yang terjadi Jumat (15/1) dini hari itu ditetapkan sebagai gempa utama (mainshock),” paparnya mengutip pernyataan BMKG.
Meski begitu, ia mengingatkan masyarakat harus waspada. Mengingat sejarah pesisir Majene yang pernah dilanda tsunami pada tahun 1969 akibat bagian fold thrust belt (jenis sabuk lipatan daerah deformasi, red) sesar Majene yang terletak di lepas pantai.
Tak hanya masyarakat disekitar Majene, Amien juga mengingatkan masyarakat yang berada di provinsi Jawa Timur. Sebab, dalam laporan Pusat Gempa Nasional 2017 disebutkan banyak kota di Indonesia dilewati oleh sesar aktif yang berpotensi mendorong terjadinya gempa.
Laporan yang tersaji dalam bentuk peta bahaya gempa itu menunjukkan potensi gempa akibat sesar aktif juga tidak sedikit keberadaannya di Provinsi Jawa Timur. Di antaranya ada sesar Wonorejo di Kabupaten Banyuwangi, sesar Probolinggo di Kabupaten Probolinggo, dan sesar Pasuruan di Kabupaten Pasuruan.
“Kota Surabaya bahkan dilewati oleh dua sesar yang berbeda, yaitu sesar Surabaya dan sesar Waru,” jelasnya terkait persebaran sesar di Surabaya.
Lebih lanjut, keberadaan sesar Waru memanjang dari Gresik, melewati Mojokerto, Jombang, Nganjuk, hingga Saradan. Sesar-sesar ini masih aktif dan mengalami pergerakan setiap tahunnya rata-rata sejauh 0,05 milimeter.
“Sebelum tak terkendali Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dan terkhusus Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya seharusnya telah menyiapkan langkah antisipasi. Lakukan asesmen ancaman gempa, asesmen kerentanan bangunan dan kerentanan tanah, serta asesmen kapasitas masyarakat. Bila kawasan tersebut mempunyai kondisi tanah yang buruk dan bangunan yang kurang kokoh, maka bisa dikategorikan kawasan berisiko tinggi,” tuturnya.
Berdasarkan peta zonasi kawasan dengan tingkat risiko yang rendah hingga tinggi ini, dapat dibuat dan dijadikan acuan mitigasi. Setiap kawasan akan sangat mungkin memiliki arahan mitigasi yang berbeda, sesuai dengan levelisasi itu. Baik itu arahan mitigasi struktural, maupun arahan mitigasi nonstruktural, keduanya sama-sama penting dan perlu untuk diedukasikan kepada masyarakat. [ina]

Tags: