Air Umbulan Demi Wujudkan Ketahanan Air

Salah satu anggota Pansus DSDA Nasional, melihat lokasi sumber mata air umbulan di Desa Umbulan Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Rabu (16/12) sore. [Bhirawa/Hilmi Husain]

Salah satu anggota Pansus DSDA Nasional, melihat lokasi sumber mata air umbulan di Desa Umbulan Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Rabu (16/12) sore. [Bhirawa/Hilmi Husain]

Kab.Pasuruan, Bhirawa
Sumber air umbulan di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan yang akan didistribusikan untuk warga di lima daerah di Jawa Timur juga merupakan pemenuhan kebutuhan air. Makanya, proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) senilai Rp1,8 triliun itu adalah sebuah wujud dari ketahanan air.
“Pendistribusian sumber air umbulan untuk beberapa daerah di Jawa Timur merupakan wujud pemenuhan kebutuhan air. Dalam hal ini, Indonesia sudah berupaya mewujudkan ketahanan air itu,” ujar Indro Tjahyono, Ketua Panitia Khusus (Pansus) Dewan Sumber Daya Air (DSDA) saat melihat langsung lokasi sumber air umbulan, Rabu (16/12) sore.
Menurutnya, ketahanan air di Indonesia saat ini masih menjadi persoalan dengan banyaknya daerah-daerah yang dilanda krisis air bersih saat musim kemarau. “Sumber mata air di Indonesia seperti sumber air umbulan harus diditribusikan untuk kepentingan warga di daerah lainnya. Sedangkan potensi banyaknya sumber air harus dikelola, didistribusikan secara merata dengan perhitungan tempat dan waktu atau musim kemarau,” terang Indro Tjahyono.
Sekadar diketahui, sumber air umbulan memiliki debit 5.000 liter/detik dan baru dimanfaatkan sekitar 260 liter/detik. Terinci untuk PDAM Surabaya 150 liter/detik dan PDAM Kota Pasuruan 110 liter/detik. Sebagian kecil untuk irigasi pertanian dan sisanya serta lebih dari 4.000 liter/detik terbuang ke laut.
Agar tak terbuang dengan sia-sia, pemerintah memanfaatkan dengan mendistribusikan air tersebut dalam proyek SPAM senilai Rp1,8 triliun, untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 250.000 keluarga di lima daerah di Jatim, yakni Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Kota dan Kabupaten Pasuruan.
Sedangkan untuk pendistribusiannya menggunakan pipa transimisi sepanjang 93,7 kilometer, berdiameter 1,8 meter. Masa pengerjaan selama 2 tahun dimulai 2016. Proyek dibiayai ekuitas Badan Usaha yang dibentuk konsorsium pemenang lelang, pinjaman bank dan dukungan kelayakan.
Sementara itu, Prof Dr Otto Sudarmadji Ongkosongo, pakar geologi UGM dan Hendro Baruno yang juga mendatangi sumber air umbulan menyatakan penyelamatan sumber air umbulan harus dilakukan secepatnya oleh pemerintah. Pasalnya, saat ini kolam penampungan air berdiameter sekitar 100 meter lebih itu hanya digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, buang hajat hingga mencuci motor.
“Potensinya sangatlah besar, tapi pengelolaannya banyak masalah serta kurang dimanfaatkan. Kualitas airnya bagus dan sangat jernih, tapi kolam penampungan harus disterilkan dari kegiatan warga. Karena biaya menjernihkan air jauh lebih mahal dari pada membangun tempat khusus. Makanya, sumber air umbulan harus diselamatkan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin,” tandas Prof Dr Otto Sudarmadji Ongkosongo di lokasi sumber umbulan. [hil]

Tags: