AIRC Uniar Surabaya Kembangkan Vaksin Zika

Pengembangan vaksin yang dilakukan di Laoratorium AIRC Unair.

Pengembangan vaksin yang dilakukan di Laoratorium AIRC Unair.

Surabaya, Bhirawa
Maraknya penyakit yang menjangkiti masyarakat membuat peneliti kesehatan untuk segera menelorkan vaksin. Saat ini Avian Influenza Research Center Universitas Airlangga (AIRC-Unair) telah mengembangkan vaksin.
Pakar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Chairul Anwar Nidom menyatakan pihaknya telah berhasil menciptakan berbagai macam konstruksi vaksin atau mock-up. Vaksi ini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam virus seperti Demam Berdarah (DB), Flu Burung (FB), dan Zika.
“Kami tergabung dalam AIRC-Unair menyatakan siap untuk dapat memecahkan segala macam virus yang sedang berkembang di masyarakat, salah satunya ini dengan cara membuat mock-up virus yang nantinya bisa diaplikasikan ke manusia,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pada teknologi knock-out semisal pada virus flu, yaitu dengan pengambilan fragmen DNA dari virus influenza lalu menggantinya dengan fragmen dari virus target vaksin. Dalam pengembangannya ini tidak membutuhkan virus utuh. Namun, hanya mengubah pada beberapa bagian saja.
“Sebuah vaksin itu kalau menggunakan virus hidup, itu tergantung bagaimana peneliti dalam mengerjakannya dan itu juga tergantung di tingkat laboratoriumnya. Dapat diibaratkan saat merancang mobil atau motor untuk menambah kecepatan pastinya pada bagian tertentu mobil itu yang di ubah atau diganti. Begitu pula pada semua virus yang dalam teknologi knock-out ini dapat diubah seperti kemauan dari para penelitinya,” jelasnya.
Menurutnya, ada beberapa fase yang harus dilalui untuk melakukan penelitian yaitu fase konstruksi vaksin selama dua bulan. Kemudian dua bulan berikutnya dalam fase formulasi dan delivery, yang dilakukan oleh industri vaksin.
“Saat kami mengerjakan fase konstruksi industri bisa mulai merancang formulasi. Dalam fase ini pusat riset dan industri melakukan berbagai uji coba, termasuk uji terhadap hewan,” tandasnya.
Dalam regulasi riset yang dibuatnya ini Nidom memaparkan perlu adanya kerja sama antara lembaga riset, industri vaksin, dan pemerintah guna memberi ruang kerja kepada peneliti vaksin ini. “Diharapkan kedepannya, pemerintah Indonesia- dapat mendukung penuh para peneliti supaya dapat menyempurnakan mok-up vaksin seutuhnya dan bisa di lakukan pada manusianya,”paparnya.
Kepala Dinkes Jatim Dr dr Kohar Hari Santoso mendukung upaya Unair dalam menelorkan vaksin. Dengan kondisi iklim tropis yang ada di Indonesia membuat virus akan cepat berkembang. ”Kita bersyukur orang-orang Indonesia mampu membuat vaksin, sehingga tidak lagi tergantung 100 dengan vaksin luar negeri,” ujarnya. [dna]

Tags: