Ajak Calon Tenaga Kerja Lulusan SMK Ikut Bela NKRI

Foto_Parade Cinta Tanah Air_tam (3)Surabaya, Bhirawa
Bergelut dengan mesin industri, elektronik atau bidang kompetensi lain barangkali sudah bukan hal yang luar biasa bagi siswa-siswi SMK. Namun bagaimana jika mereka harus dihadapkan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pancasila dan seputar wawasan kebangsaan lainnya? Pertanyaan ini tiba-tiba saja muncul saat 39 tim dari SMK se Jatim beradu padu dalam Parade Cinta Tanah Air yang digelar Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dalam bentuk cerdas cermat.
Beberapa pelajar tampak sedikit belepotan menjelaskan arti dalam pembukaan UUD 1945, ada pula yang masih kaku berbicara tentang landasan hukum NKRI, tapi ada juga yang bisa berpendapat dengan luwes. Pemandangan itu tampaknya sangat bisa dimaklumi. Mereka siswa SMK yang sehari-hari ditempa agar dapat menjadi ahli di bidangnya.
Fendi Susanto adalah salah satu dari tiga siswa yang mewakili Kabupaten Ponorogo saat itu. Dalam diskusinya, dia diminta menjelaskan tentang Pancasila sebagai landasan NKRI dan seputar hukum di Indonesia. Cepat saja dia menjawab, bahwa Pancasila sering kali diabaikan dalam proses demokrasi di Indonesia.
“Asas permusyawaratan mufakat yang tertera pada sila keempat nyaris saja tidak berlaku. Semua keputusan di negara ini lebih banyak diambil dari voting. Parahnya vote kerap dijual belikan,” kata Fendi yang kini sedang duduk di bangku SMK PGRI Ponorogo Jurusan Teknik Permesinan usai mengikuti babak penyisihan Parade Cinta Tanah Air di Auditorium Sabha NUgraha, Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Senin (8/9).
Pada persoalan hukum, Fendi tegas saja mengkritik perilaku Hukum di Indonesia yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. “Ibaratnya seperti mata pisau yang hanya bisa mengiris ke bawah saja,” sindirnya.
Menegaskan pernyataan Fendi, salah satu peserta dari Kabupaten Situbondo Juwita menimpali dengan keprihatinannya terhadap aparat hukum di Indonesia. Dia menganggap hukum dan beragam aturan yang ada saat ini sudah cukup baik. Sayang, aparat penegak hukum yang tidak bermoral kerap mencederai hukum itu sendiri. “Praktik mafia hukum menjadi bukti bahwa perlu ada perbaikan dari sisi sumber daya manusia penegak hukumnya,” tutur Juwita.
Ide dan wawasan para siswa ini, dikatakan Direktur Pengerahan Ditjen Strategi Pertahanan Kemhan Brigjen Subagio adalah ekspresi rasa cinta pelajar terhadap tanah air. Mereka hadir dalam forum itu untuk memperkuat nilai-nilai yang terkandung dalam konsep cinta tanah air. Ada dua nilai, pertama adalah intelektual, kedua nilai implementatif. “Siswa SMK juga harus memiliki wawasan yang sama terhadap kebangsaan. Wawasan itu selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan, seperti menghargai perbedaan, keberagaman serta disiplin,” kata dia.
Parade Cinta Tanah Air ini telah digelar selama tiga kali dalam tiga tahun terakhir. Sebagai tuan rumah, Dindik Jatim sangat mengapresiasi kegiatan yang bernafaskan kebangsaan itu. Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dindik Jatim Hudiyono menegaskan, siswa SMK sudh seharusnya tidak hanya handal dalam hal kompetensi, tetapi juga wawasan kebangsaan. Sebab, tidak akan baik dampaknya jika tenaga ahli yang dimiliki Indonesia ternyata tidak punya tanggung jawab berbangsa yang kuat.
“Kita bisa melihat, betapa banyak tenaga kerja Indonesia yang ahli di bidang tertentu justru memilih menyumbangkan kemampuannya di luar negeri. Mereka nyaman di sana dan enggan pulang ke tanah airnya,” tutur dia. Dari parade yang digelar di tingkat provinsi itu, pemenang akan berangkat mewakili Jatim ke tingkat nasional. Sedangkan apresiasi bagi seluruh peserta yang hadir, rencananya juga akan diajak berlayar dengan KRI Surabaya dalam even Joy Sailing. [tam]

Keterangan Foto : Peserta Parade Cinta Tanah Air serius berdiskusi sebelum mengutarakan pandangannya tentang Pancasila sebaai landasan NKRI. [Adit hananta utama/bhirawa]

Tags: