Ajak Masyarakat Indonesia Jaga Kedaulatan Maritim

Kementerian kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti resmikan kapal Baito Deling pertama di dunia yang berbahan utama Bambu Laminasi di Taman Hiburan Pantai Kenjeran Surabaya, kemarin (3/6).

Resmikan Kapal Baito Deling
Surabaya, Bhirawa
Peresmian Baito Deling sebagai kapal pertama di dunia berbahan dasar bambu laminasi tidak hanya membanggakan bagi ITS melainkan juga Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti. Susi mengungkapkan jika pihaknya sangat mendukung ITS dalam mengembangkan inovasi di bidang kemaritiman dan kelautan.
“Saya tentu saja sangat mendukung pak Rektor dalam pengembangan inovasi kapal atau perahu yang dibuat dosen dan mahasiswanya” ungkap Susi ketika menjadi pemateri dalam kuliah umum bertajuk ‘Sukses Berwirausaha Perikanan Laut’
Lebih lanjut, sebagai Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah seharusnya ia mengajak masyarakat Indonesia dalam membangun kekuatan maritim guna mengembalikan kedaulatan bangsa.
“Masak bangsa terbesar nomor lima populasi di dunia. Laut terpanjang di dunia nomor dua. Bikin kapal ikan, nangkap ikan saja tidak bisa?” kata Susi. Dengan dibuatnya inovasi pengembangan Kapal Baito Deling ini, menurut Menteri Susi merupakan bagian dari upaya mendukung kebijakan pemerintah. Di akuinya, penggunaan bambu laminasi sebagai bahan utama pengganti kayu merupakan langkah alternatif di tengah pembalakan liar yang semakin tak terbendung.
“Pembalakan liar semakin tak terkontrol. Kayu semakin langkah dan mahal. Di samping itu, nelayan membutuhkan kapal sebagai mata pencaharian masyarakat nelayan” ungkap penyandang gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan ITS ini.
Lebih lanjut, Susi menekankan jika pihaknya akan membantu proses sertifikasi Kapal Baito Deling jika sudah siap nantinya untuk diproduksi secara massal.
“Setelah ini final, aka nada proses sertifikasi. Proses ini yang kadang menjadi kendala dalam berinovasi. Namun, saya akan membantu dalam proses sertifikasi agar segera digunakan oleh nelayan” tutur menteri yang kerap kali menenggelamkan kapal asing ini.
Ia berharap, inovasi pengembangan kapal Baito Deling terus dilakukan finalisasi hingga menjadi produk jadi.
“Ini jangan hanya sekedar prototype trial saja. Melainkan di coba benar agar bisa di aplikasikan dan di implementasikan dengan baik oleh masyarakat nelayan” tandas Menteri Susi usai peresmian Baito Deling.
Sebelum melakukan peresmian kapal Baito Deling di Taman Hiburan Pantai Kenjeran, Susi di dapuk sebagai pemateri dalam kukiah umum yang bertajuk ‘Sukses Berwirausaha dengan Perikanan’. Dalam kuliah umumnya, ia menjabarkan beberapa poin dalam mengajak masyarakat Indonesia memajukan kemaritiman Indonesia. Salah satunya adalah mengingatkan tugas masyarakat Indonesia untuk mengembalikan kedaulatan bangsa kepada kemaritiman Indonesia.
Di temui di tempat yang sama, Rektor ITS Prof. Jony Hermana mengungkapkan jika Baito Deling merupakan salah satu bentuk inovasi dari ITS dalam memberikan solusi alternatif di tengah kelangkaan kayu dalam pembuatan perahu nelayan.
“Dengan harga yang relatif lebih murah, yaitu sekutar 60 persen. Kekuatan 2 kali lebih kuat dari kayu jati kelas dua. Sehingga ini menjadi alternatif yang sangat baik bagi masyarakat nelaya.” Kata Prof Jony.
Dalam komitmen ITS, lanjut dia, kita berusaha menjawab apa yang menjadi kebutuhan di masyarakat. Sehingga kita menginginkan keberadaan Perguruan Tinggi (PT) terasa oleh masyarakat.

Jadikan Bambu Laminasi Solusi Pembuatan Kapal
Tak banyak masyarakat Indonesia melirik bambu sebagai bahan utama pembuatan kapal. Kebanyakan dari mereka, membuat kapal dari bahan utama kayu. Sisi lain, terjadi kelangkaan kayu karena pembalakan liar yang terus terjadi si Indonesia tanpa ada penanaman kembali.
Oleh karenanya, Dosen Perkapalan Institute Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Heru Supomo menuturkan, jika ketertarikannya menggunakan bambu sebagai bahan utama pembuatan kapal sejak tahun 2008. Ia menerangkan jika ide itu muncul ketika ia melihat ada suatu nilai dari bambu. Di mana Bambu sudah melekat di kehidupan masyarakat sejak jaman dahulu.
“Ide inspirasi ini dari tahun 2008. Saya menilai bambu memiliki suatu nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka menggunakan Bambu untuk rumah, jembatan dan sebagainya. Jadi saya gunakan kapal ini dengan berbahan utama bambu laminasi” Ungkap dia.
Sehingga, lanjut dia, pihaknya memulai penelitian kapal bambu laminasi ini sejak tahun 2012 hingga saat ini. Kapal yang bernama Baito Deling 001 ini di ungkapkan Heru memiliki spesifikasi kekuatan yang tidak kalah dari kayu Jati.
“Kenapa saya katakan itu, Karena kita sudah menguji Bambu baik dari kekuatan tarik, kekuatan tekuk dan tekan dan kita aplikasikan lagi pada biro aplikasi. Dari biro aplikasi sudah memenuhi itu semua” Jabar dosen yang juga peneliti ini.
Lebih lanjut, Heru menjelaskan jika panjang kapal Baito Deling adalah 6 meter dengan lebar 2 meter dan berat 750 kilogram untuk daya muat ikan 1.5 ton atau dengan kata lain kapasistas kapal adalah 2 GT.
“Saya memulai uji longevity untuk daya tahan kapal. Saya telah melakukan laminasi bambu di air laut dan saya melakukan pengetesan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara uji longitivety mampu hingga 25 tahun” sambung Heru Supomo.
Heru Supomo memaparkan jika bambu terkena air asin ketahananya akan semakin kuat. Namun, jika bambu terekspose di udara dan terkena sinar matahari, maka ketahanan bambu akan semakin lapuk.
“Kalau bambu terekspose sengan sinar matahari karena matahari memiliki sinar UC, maka kita memberikan sunblok untuk melindungi bambu dari paparan sinar matahari langsung” tutur nya.
Diakui Heru, peresmian Baito Deling yang dilakukan kemarin (2/6) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti tidak lepas dari kerja kerasnya dalam mensosialisasikan projeknya kepada para nelayan dan galangan kapal di Jawa Timur. “Respon mereka liar biasa dengan sosialisasi yang saya lakukan. Akhir-akhir ini saya juga lakukan sosialisasi di Sumatera dan Bangka Belitung. Tanggapan mereka juga sangat baik” Terang dia.
Untuk mendapatkan kesan nasionalis, tambah Heru, pihaknya mengundang menteri Susi dalam peresmian Baito Deling. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat nelayan lebih terbuka dan kebijakan akan lebih memihak pada penelitiannya.
Diresmikannya kapal Baito Deling juga membuka kran kerjasama dari berbagai pihak tidak hanya dari Indonesia sendiri, melainkan juga investor international. Ia mengatakan jika belakangan, kapal wisata juga dilirik oleh beberapa investor yang berasal dari PELNI, Karimun Jawa, Lombok dan Komodo.
“Kita bikin kapal wisata ini seeksotis mungkin. Dengan keseluruhan sumber daya alam dan tenaga ahli dari kita. Namun tentu butuh study lanjut untuk mewujudkan kapal pariwisata ini untuk menghasilkan desain yang epik” ujar dia. Selain itu, imbuh Heru, investor asing seperti Prancis, Jerman, Inggris, Belanda sudah berkunjung ke kami untuk mengadakan kolaborasi dengan kita.
“Kami sambut baik kunjungan mereka. Salah satunya untuk membantu kami memasarkan kapal bambu sebagai kapal wisata ke eropa,” tandas dia. [ina]

Tags: