Ajak Mempelajari Masalah Serius dengan Cara Menyenangkan

Peserta Lemhannas saat mendapat permainan (game) membuat menara dari bahan kertas koran.

Peserta Lemhannas saat mendapat permainan (game) membuat menara dari bahan kertas koran.

Surabaya, Bhirawa
Meski sudah enam hari menerima materi dan tugas yang bukan saja berat tetapi juga serius, namun tidak nampak wajah lelah dari wajah-wajah peserta. Model pengelolaan pelatihan yang variatif plus kualitas pembicara yang menarik, membuat seratus tokoh masyarakat Jatim tetap antusias mengikuti kegiatan pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang digelar Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI.
“Awalnya saya menduga acaranya akan membosankan seperti model pelatihan-pelatihan lainnya. Namun ternyata meski sudah enam hari di sini selalu saja saya semangat menghadirinya,” kata salah seorang peserta dari Polda Jatim, Kompol Bahrun Nasikian.
Menurut Bahrun, selain para penyaji yang berkualitas, yang membuatnya merasa nyaman adalah cara pengelolaan pelatihan yang menyenangkan.
“Di forum ini saya merasa muda kembali, bahkan seperti masih anak-anak saja. Melakukan sesuatu yang serius tetapi dengan cara menyenangkan,” tambahnya lagi. Bagaimana tidak betah, lanjut Bahrun, kalau di kantor dirinya selalu disibukkan dengan tugas yang menumpuk plus butuh konsentrasi yang tinggi, namun saat pelatihan dirinya diajak bergembira dan bersenang-senang.
“Saya anggap ini sebagai kegiatan refreshing plus. Selain menyenangkan juga mendapat ilmu yang sangat bermanfaat bagi tugas keseharian saya,” tutur polisi yang humoris namun tetap tegas ini.
Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia bekerjasama dengan Badan Kesatuan Bangsa (Bakesbang) Provinsi Jatim, Lemhanas menggelar kursus singkat untuk birokrasi, ormas, Perguruan Tinggi, TNI/Polri, Organisasi Wanita. Acara yang digelar di Hotel Singgasana Surabaya sejak Rabu (8/10) dan akan berakhir Selasa (14/10) ini diikuti oleh 100 orang peserta.
“Sejak hari pertama hingga menjelang hari terakhir ini, tidak ada satupun peserta yang berhenti di tengah jalan, semua mengikuti dengan seksama. Kalaupun ada yang izin, karena alasan yang sangat penting, misalnya sakit, atau mengikuti kegiatan di instansinya yang tidak bisa ditinggalkan, ” ucap Kabid Ops Lemhanas Laksma TNI Dicky Yunianto, Senin (13/10), yang menjadi ketua penyelenggara kursus Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan dan DLLAJ Provinsi Jatim Ir Wahid Wahyudi yang juga menjadi salah satu peserta kursus ini mengaku tertarik mengikuti kursus singkat ini sejak awal.
“Saya memang sudah pernah mengikuti pendidikan di Lemhanas, tetapi saya ingin tahu materi apa yang diberikan di kursus singkat ini,”papar Wahid menjawab Bhirawa sesaat setelah acara tersebut dibuka beberapa waktu lalu.
Wahid, yang dalam kursus singkat ini terpilih menjadi Ketua Paguyuban Alumni Lemhanas di Surabaya menaruh harapan besar terhadap para alumni pelatihan ini untuk menjadi agen perubahan di wilayah atau tempat kerjanya masing-masing.
Peserta pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang berasal dari berbagai latar belakang dan profesi membuat warna lain. Menurut Dicky Yunianto, lazimnya pendidikan Lemhanas biasanya berasal dari profesi yang sama, misalnya TNI/Polri seluruhnya, PNS seluruhnya atau ormas dan organisasi politik. Kegiatan ini, memang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Jatim, dan merupakan angkatan pertama pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang digelar oleh Lemhanas.
Salah satu peserta yang juga dosen di Fakultas Antropologi Universitas Airlangga, Dr Rustinadingsih mengaku sangat menikmati kursus singkat tersebut. ”Senang sekali, rasanya surprise, bisa melepaskan dari rutinitas sehari-hari. Selain kita juga diingatkan tentang nilai-nilai luhur bangsa yang sudah mulai terabaikan,”ungkap ibu dua orang anak ini.
Selain mendapatkan materi di ruangan, peserta pemantapan ini juga mendapatkan materi pelajaran di luar ruang. Menariknya lagi, semua pemateri di dalam ruangan adalah para pejabat di lingkungan TNI/Polri yang sudah menyandang bintang satu. Bahkan ada di antara pemateri yang merupakan pelaku sejarah bagi kebesaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Misalnya Mayjen TNI Pur I Putu Sastra, petinggi TNI AD yang sudah memasuki usia pensiun ini merupakan pelaku langsung negosiator antara Indonesia dan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dan sosok inilah yang pertama kali membuat pernyataan NKRI harga mati.
Dari sekian materi yang diberikan, menurut beberapa peserta materi yang paling menarik adalah materi NAC atau Neuro Assosiative Conditioning. Materi ini mengajarkan bagaimana peserta diajak selalu berpikir negatif dan berbicara yang berkonotasi baik. Pikiran yang negatif dan kata-kata yang berkonotasi buruk akan membangun mental yang lemah dan tidak membangun ketahanan mental dan fisik secara positif.
Di akhir acara pemantapan nilai-nilai kebangsaan ini, peserta menyusun makalah yang akan dijadikan bahan masukan bagi presiden maupun gubernur Lemhannas.
“Kita harapkan makalah yang telah kita susun sebagai makalah kelas bisa dibawa oleh Lemhans sebagai bahan masukan bagi presiden dan kalau di Jatim akan dibawa kepada gubernur,”ungkap Wahid Wahyudi. Tetapi menurutnya yang lebih penting adalah implementasi peserta setelah mendapatkan pendidikan ini di lingkungannya masing-masing. “Saya berharap tidak hanya berhenti di sini,”harapnya. [why]

Tags: