Ajak Pelajari Proses Konservasi dan Rehabilitasi Orangutan

Anggota SHARP Greenerator mendengarkan fakta dan informasi seputar orangutan

Surabaya, Bhirawa
SHARP Greenerator bersama Yayasan Borneo Orangutan Survival akan mempelajari karakteristik spesies orangutan yang mulai menurun. Dan akan diberikan tahapan kegiatan konservasi orangutan (khususnya orangutan Borneo) dan habitatnya di Pusat Primata Schmutzer, Kebun Binatang Ragunan, Jakarta.
“Kami mengharapkan agar anak-anak ini mengerti dan mampu menyebarkan informasi jika kehidupan orangutan sudah terancam keberadaannya. Hilangnya populasi orangutan dapat berakibat terhadap keberadaan jenis pohon dan hutan juga,” ungkap General Manager Brand Strategy Group PT Sharp Electronics Indonesia, Herdiana Anita Pisceria saat dikonfirmasi Bhirawa, Selasa (1/8) kemarin.
Herdiana menambahkan, kini populasi orangutan di Indonesia hanya menyisakan sekitar 54 ribu ekor orangutan Borneo dan 6.500 ekor orangutan Sumatra, menurun 82% sejak 75 tahun yang lalu.
Sementara kebakaran hutan, konversi lahan, pembalakan liar sampai dengan perburuan dan perdagangan liar orangutan untuk dijadikan hewan peliharaan masih sering terjadi sampai saat ini. Sepertinya peraturan dan hukuman saja tidaklah cukup untuk melindungi orangutan.
Maka perlu ada upaya penyebaran informasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut melindungi keberadaan orangutan di Indonesia. Sehingga SHARP bersama Yayasan Borneo Orangutan Survival memberikan materi mengenai orangutan kepada para anggota SHARP Greenerator.
“Tujuannya agar anak-anak ini pun memahami peran orangutan terhadap pelestarian keanekaragaman hayati dan turut menyebarkan informasi untuk pelestarian orangutan,” ujarnya.
Sementara itu, menurut Fundraising Coordinator Yayasan Borneo Orangutan Survival, Yeni Novitasari, banyak yang tak mengetahui jika orangutan merupakan penyebar benih yang efektif dan berperan penting dalam menstabilkan hutan hujan. Tingkat tumbuhnya benih biji-bijian itu bisa mencapai 96% sedangkan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) penanaman benih yang dilakukan oleh manusia tingkat keberhasilannya hanya 20% saja.
Yeni menerangkan bahwa orangutan hanya memakan buah-buahan dan biji-bijian yang memiliki kualitas prima. Karena orangutan merupakan hewan arboreal yang hidup dan beraktifitas diatas pohon, kemampuannya bergelantungan di ketinggian untuk membuat sarang secara tak langsung membantu proses potosintesis dalam hutan yaitu dengan cara mematahkan dahan dan ranting hingga sinar matahari mampu masuk kedalam hutan.
Dalam kegiatan ini, para anggota SHARP Greenerator pun diminta untuk menjelaskan mengenai materi yang telah diadapat melalui kegiatan role play yaitu mengenai upaya yang dapat dilakukan guna mencegah kepunahan orangutan melalui penyelamatan lingkungan yang dilakukan sehari-hari dan ajakan atau ide yang dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam penyelamatan orangutan, habitatnya (hutan), dan juga lingkungan secara keseluruhan.
Melalui kegiatan ini dapat terlihat jika anak-anak ini dapat memahami materi yang diberikan dan semoga mereka dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melindungi orangutan sebagai spesies kebanggaan bangsa Indonesia. [riq]

Tags: