Ajang Fashion Show On The Street Hasil Gagasan KLH Situbondo

 Salah satu peserta siswa SMP, memperagakan baju hasil kreasinya dari bahan daur ulang sampah dalam ajang  Fashion Show On The Street yang digagas Kantor Lingkungan Hidup Situbondo akhir pekan lalu. [sawawi]


Salah satu peserta siswa SMP, memperagakan baju hasil kreasinya dari bahan daur ulang sampah dalam ajang Fashion Show On The Street yang digagas Kantor Lingkungan Hidup Situbondo akhir pekan lalu. [sawawi]

Peserta Unjuk Kebolehan Busana Berbahan Baku Daur Ulang Sampah
Kabupaten Situbondo, Bhirawa
Banyak gagasan menarik yang dikemas SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada di lingkungan Pemkab Situbondo. Salah satunya Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Situbondo yang sukses menggelar even Fashion Show On The Street, Sabtu (5/11). SKPD yang kini dipimpin Mohammad Khalil itu menggelar acara lomba kreasi tata busana berbahan baku daur ulang sampah seperti botol plastik bekas, koran bekas, bungkus deterjen bekas dan tas kresek bekas serta masih banyak bahan plastik bekas lainnya.
Sabtu pagi, ribuan warga Kota Santri sudah mulai memadati lokasi ajang kreasi busana berbahan baku daur ulang sampah di Jalan Kartini persis di depan Alun-alun Kota. Mereka rata-rata berasal dari orangtua peserta yang ikut even menarik bagi para wisatawan tersebut. Sebagian lagi berasal dari kalangan guru, tempat sekolah siswa-siswi menimpa ilmu yang tersebar di Kabupaten Situbondo. Tampak berbagai keunikan busana yang diperagakan peserta dari kalangan siswa tingkat SMP maupun SMA/SMK se-Situbondo.
Sejak panitia resmi membuka even bergengsi di bidang busana itu, para peserta mulai berbaris rapi sesuai dengan nomor urut yang mereka sandang. Satu persatu, peserta dengan berjalan mirip model kawakan itu melewati jalan yang sudah dipasang untaian karpet biru. Suasana semakin meriah tatkala peserta memperagakan busana hasil kreasi dari bahan baku tas kresek bekas dan kertas koran bekas. “Ini acara yang cukup unik untuk memperkenalkan keberadaan Situbondo di kancah nasional dan internasional. Sebab Situbondo teryata banyak menyimpan potensi unggulan di bidang busana hasil kreasi daur ulang sampah,” celetuk salah satu pengunjung bernama Rosi.
Salah seorang peserta bernama Lufiatul mengaku senang dan bangga dapat mengikuti lomba fesyen menggunakan busana daur ulang sampah yang digagas KLH Kabupaten Situbondo tersebut. Menurut Lufiatul, dalam merangkai busana hasil bahan daur ulang bekas plastik kresek dan koran ini memang butuh ketelatenan. “Alhamdulillah hasilnya sangat bagus dan dapat memadu padankan koran, plastik kresek dan plastik deterjen bekas,” ungkap Lufiatul dengan mimik wajah semringah kemarin.
Kepala KLH Kabupaten Situbondo Mohammad Khalil menuturkan dalam ajang tersebut diikuti 160 peserta dari tiga kategori dengan menggunakan busana atau kostum berbahan baku daur ulang sampah. Kegiatan lomba fesyen dengan bahan dasar daur ulang sampah itu, aku mantan Kabid Perikanan pada Kantor DKP Situbondo itu, lalu disulap  menjadi kostum unik yang memanfaatkan sampah. “Kami patut bahagia atas terselenggaranya acara ini. Sebab animo masyarakat sangat tinggi,” ujar Mohammad Khalil.
Muhammad Khalil mengatakan ajang lomba fesyen yang menggunakan kostum atau busana daur ulang sampah tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan  Situbondo Green Award For Public 2016 atau SIGAP. Menurut Muhammad Khalil  dalam kegiatan tahun ini mengusung  tema  Menuju Situbondo Bersih dan Sehat. “Even ini kami gelar dengan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan bahan baku sampah bekas menjadi kostum atau busana yang memiliki nilai seni yang tinggi,” tegas Khalil yang diamini salah satu panitia, Tony Wahyudi.
Sasaran diadakannya acara ini, sambung dia, sebagai wahana untuk mengajak masyarakat dan pelajar agar selalu mencintai sampah bekas serta untuk sadar dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan di Kabupaten Situbondo. Selain itu, tambah Khalil, kegiatan ini untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam membangun Situbondo yang hijau, bersih, sehat dan memiliki daya saing secara berkelanjutan.
Khalil membeberkan, pada ajang kemarin panitia sengaja membagi menjadi tiga kategori lomba agar berjalan sesuai tingkatan sekolah. Di antaranya, sebut Khalil, kategori A usia peserta maksimal 6 tahun, kategori B usia 7-13 tahun dan kategori C usia 14-23 tahun. Semua peserta, lanjut Cholil, diwajibkan menggunakan busana atau kostum berbahan baku sampah bekas yang didaur ulang seperti sampah plastik kresek, plastik deterjen, bahan bekas kertas koran dan kertas bungkus semen. “Agar hasilnya benar-benar fair, kami menghadirkan tiga juri yang sudah profesional di bidangnya. Di antaranya juri yang ahli di bidang kerapian busana, keunikan busana serta juri yang paham dalam ekspresi busana yang diperagakan peserta,” pungkas Khalil. [Sawawi]

Tags: