Ajarkan Demokrasi Anak Didik Lewat Sosiodrama Pemilu

Guru Tematik Ana ropikaningsih saat meninjau proses pemilihan langsung yang dilakukan siswa-sisiwinya dalam kegiatan sosiodrama pemilu di SD Muhammadiyah 15 Surabaya, beberapa waktu yang lalu.

Surabaya, Bhirawa
Beragam cara bisa dilakukan untuk menyemaikan nilai-nilai demokrasi ke benak anak didik, salah satunya melalui sosiodrama. Cara ini pula yang dipilih guru kelas 3 SD Muhammadiyah 15 Surabaya Ana Ropikahningsih saat mengajarkan tentang demokrasi melalui sosiodrama Pemilihan Umum (Pemilu). Tidak butuh waktu lama bagi Ana Ropikaningsih dalam menyiapkan sosiodrama pemilu tersebut. Diakui, ia hanya membutuhkan waktu tak lebih dari sehari untuk persiapan semua hal yang dibutuhkan dalam pemilu.
“Awalnya tidak ada rencana untuk mengadakan sosiodrama ini, langsung kepikiran dan hanya butuh waktu beberapa jam saja dalam menyiapkan kegiatan ini,” ungkapnya.
Lulusan PGRI Adi Buana Surabaya ini juga menambahkan, jika ada enam pasangan calon yang akan dipilih oleh masyarakat. hal tersebut meliputi kecakapan, kecerdasan, keterampilan, sopan santun, cara bicara, dan kepribadian dari masing-masing siswa.
“Jadi pertama, kami siapkan pasangan calon dengan melihat beberapa keriteria yang pantas untuk dipilih. Tentu saja, saya melihat ini berdasar pengalaman pemilihan ketua kelas,” jelasnya.
Selain menyiapkan pasangan calon, ia juga membagi murid-muridnya untuk menjadi masyarakat, tim kemanan, dan panitia. Selain itu, pihaknya juga sudah menyiapkan tempat pendaftaran, kotak TPS, dan kotak suara.
“Kemudian anak-anak akan memilih langsung tanpa ada paksaan dari temannya” imbuhnya.
Hasilnya, dalam sosiodrama pemilu ini tidak ada kesan pertemanan. Meskipun mereka dikatakan masih kecil, tapi mereka mampu memilih sesuai dengan hati mereka dan bersikap jujur dalam memilih.
“Mereka sudah tahu mana yang akan dipilih. Mereka bisa menilai, mana yang pantas menjadi pemimpin dan tidak meskipun ini hanya sosiodrama pemilu saja,” sahutnya.
Diungkapkannya bahwa kegiatan sosiodrama pemilu tersebut merupakan hasil pembelajaran tematik yang mengusung mengenai Pengamalan sila-sila Pancasila.
“Kami memilih mengamalkan sila pancasila yang ke IV dan ke V dan tema pemilu kami pilih” Ungkapnya
Lebih lanjut, Ia menjelaskan jika dalam sila ke IV dan V Pancasila memiliki makna yang kental untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di mana, dalam pengamalannya, pemilu merupakan salah satu bentuk dalam memahami sila pancasila ke IV dan V.
“Di dalam sila tersebut berisi musyawarah tentang keadilan, biasanya kita bermusyawarah dengan berdiskusi dalam mengambil keputusa” Ujarnya.
Di akui, Ana Ropikaningsih bahwa pemilihan konsep pemilu juga didasarkan pada tahun pemilu yang jatuh di tahun ini. Pada kegiatan sosiodrama tesebut, wanita kelahiran 27 tahun yang lalu ini juga menjelaskan jika dirinya mengajarkan murid-muridnya untuk mengetahui bagaimana jalannya pemilu dalam memilih seorang pemimpin.
“Langkah ini juga dimaksudkan ketika mereka mempunyai hak pilih, mereka tidak terpengaruh dengan aksi suap” jelasnya.
Sehingga, lanjut dia dengan melaukan pengamalan sila ke IV dan V, murid-murid SD Muhammadiyah 15 Surabaya mengetahui bagaimana memilih pemimpin dengan jujur.
“Kami berusaha mengajarkan dan menanamkan sejak dini perilaku jujur dan adil kepada anak-anak ini, termasuk dalam memilih pemimpin” terangnya.
Menurutnya, penerapan kejujuran dan keadilan perlu dipupuk sejak dini untuk melahirkan generasi yang cerdas dan sesuai dengan cita-cita Pancasila. “Saya rasa ini penting dilakukan, mengingat perilaku jujur dan adil saat ini sangat sulit di temukan saat ini” tambah dia
Disinggung mengenai tanggapan orangtua mengenai kegiatan sosiodrama pemilu, wanita kelahiran Lamongan 11 September 1991 ini mengaku jika wali murid siswa sangat antusias dalam kegiatan tersebut.
“Mereka (wali murid, red) sangat mendukung kegiatan ini. Karena mereka juga ingin putra-putrinya bersikap adil, jujur agar menjadi putra-putri terbaik bangsa” Tambahnya.
Banyak pelajaran yang di ambil dari kegiatan sosiodrama pemilu. Ia menilai, bahwa ada harapan besar untuk murid-murid nya agar menjadi seorang pemimpin yang amanah, jujur dan berkeadilan.
“Anak-anak ku, calon anak bangsa., jadilah pemimpin yang baik, jujur, adil dan jadilah pembela masyrakat yg sebenar-benarnya” Sebait kalimat penuh harap yang disampaikan Ana Ropikaningsih untuk murid-muridnya.

“Jadi Pemimpin bukan Hal yang Mudah”
Istilah pemilu, ternyata tidak asing lagi bagi siswa kelas 3 SD Muhammadiyah 15 Surabaya. Terbukti, dalam kegiatan Sosiodrama yang diadakan oleh guru wali kelas 3, Ana Ropikaningsih, mereka sambut dengan sangat antusias. Dengan mengenakan beberapa kostum tematik seperti, kebaya yang digunakan berpasangan, baju batik yang lekat dengan peci dikepala dan kacamata serta beberapa kostum yang identik dengan pemilu. salah satu pasanagn calon (Paslon) dari enam paslon dalam sosiodrama pemilu, Naela ayu salsabilla hudin dan Haikal rasya pradana mengungkapkan jika mereka menyambut baik dengan diadakan nya kegiatan ini.
“Senang sih kegiatan ini, milih-milih nya enak” jawab mereka dengan nada polos.
Disinggung mengenai Paslon yang akan dipilih, bocah berumur 8 tahun, Haikal Rasya Pradana menjawab jika ia akan memilih pasangan lain dengan nomer urut 3. Ia berpendapat, bahwa paslon dengan nomor urut tiga memiliki kemampuan yang lebih dari dirinya.
“Dia pintar pelajaran tematik, teman yang baik dan nulisnya cepat” ujarnya.
Dengan wajah yang sangat polos, Haikal menjelaskan, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus mempunyai sikap hormat, sopan, berani, pintar, rajin sholat, tidak takut salah, perduli sama rakyat dan lingkungan, serta tidak boleh korupsi.
“Aku sih gak pengen jadi pemimpin, susah mimpinya, banyak rakyat. Kalau jadi dokter enak ngobatinnya” ucapnya.
Sementara itu, ketua kelas 3 BJ Habibie, Farrel Maulana F J mengungkapkan, bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang bahkan ruang lingkupnya kecil, bukanlah hal yang mudah bagi dirinya.
“Susah memimpin teman-teman di kelas. Apalagi kadang nurut, kadang bandel dan suka ngeyel” ujarnya
Namun, meskipun ia mengakui menjadi pemimpin bukanlah sebuah hal yang mudah, cita-cita Farel untuk menjadi seorang pemimpin dan pengusaha sangatlah kuat.
“Menjadi pemimpin itu enak banget, bisa memimpin rakyat. Dan aku berharap bisa jadi pemimpin” tandasnya. [ina]

Tags: