Akhirnya Hasil UN Surabaya Masuk Lima Besar

Pembagian Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DKHUN) jenjang SMP/MTs di Kantor Dindik Jatim Jalan Gentengkali 33 Surabaya, Kamis (24/5).

Rerata Naik Lima Poin, Peringkat Naik 11 Poin
Surabaya, Bhirawa
Hasil Ujian Nasional (UN) jenjang SMP Kota Surabaya akhirnya menunjukkan pergerakan yang positif. Tahun ini, hasil UN Surabaya berhasil masuk lima besar dari 38 kabupaten/kota se Jatim. Peringkat ini cukup menggemberikan dibanding hasil UN tahun lalu berada di peringkat 15.
Tidak hanya peringkat yang mengalami peningkatan, hasil rata-rata UN juga meningkat dari tahun lalu sebesar 235,54 menjadi 240,04. Dengan rincian, nilai Bahasa Indonesia 73,44, Bahasa Inggris 59,13, Matematika 53,20, dan IPA 54,27.
Kabid Pembinaan Sekolah Menengah Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya Sudarminto menerangkan, dua tahun ini peningkatan hasil UN terjadi cukup merata. Pada 2016, jenjang SMP Surabaya masih berada di peringkat ke-31 dan meningkat pada 2017 menjadi peringkat ke-15. Tahun ini, Surabaya berada di posisi peringkat ke-4 se Jatim. “Jadi bukan tahun ini saja peningkatan itu signifikan,” tutur Sudarminto usai mengikuti rapat koordinasi penyerahan Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional (DKHUN) SMP/MTs se Jatim, Kamis (24/5).
Sudarminto mengaku, peningkatan tidak hanya pada hasil ujian per mata pelajaran, melainkan juga hasil ujian tiap sekolah. Termasuk untuk sekolah kawasan yang tahun ini hasilnya meningkat signifikan. “Misal diklasifikasikan dalam 20 besar, SMP kawasan itu masuk semua,” tutur Sudarminto.
Hal tersebut diakui Sudarminto tidak lepas dari strategi dan motivasi yang dikembangkan dalam menyiapkan peserta ujian. Menurut dia, sejak satu tahun terakhir guru telah dilatih mengajar dan membuat soal high order thinking (HOT). Selain itu, siswa juga dilatih mengerjakan soal HOT. “Sehingga pada saat ujian, anak-anak dari daerah lain mengeluhkan kesulitan anak Surabaya sudah terbiasa dengan soal HOT,” tutur mantan Kepala SMAN 16 Surabaya itu.
Selain itu, siswa di Surabaya juga telah terbiasa dengan metode ujian berbasis komputer. Baik dalam ujian sekolah maupun tryout. “Itu salah satu penyumbang kesiapan siswa dalam menghadapi ujian,” tandasnya.
Di tingkat provinsi, Surabaya berada di posisi ke-4 setelah Kota Malang menempati posisi pertama dengan total nilai 252,99, posisi kedua Kota Madiun dengan 251,18, posisi ketiga Kota Blitar dengan nilai 240,51. Sementara itu, di tingkat provinsi perolehan hasil UN SMP justru mengalami penurunan. Tahun ini, rata-rata total SMP se-Jatim mendapat nilai 218,05 turun dari tahun lalu 220,93. Penurunan khususnya terjadi pada dua mapel yang diujikan, yakni matematika dan IPA.
Tidak hanya rerata nilai ujian yang turun, siswa SMP di Jatim yang meraih nilai UN di bawah 55 mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, dari 402.028 jumlah siswa peserta ujian, sebanyak 56,52 persen atau sekitar 170.172 siswa meraih nilai di bawah 55. Ada peningkatan 1,12 persen jika dibandingkan hasil UN tahun pelajaran 2016/2017.
Pada tahun pelajaran 2016/2017 terdapat 398.984 peserta UN tingkat SMP se Jatim. Dari angka tersebut sekitar 55,4 persen atau 171.665 siswa mendapat nilai di bawah 55. Sementara itu, pada tahun ajaran 2015/2016 ada 406.760 siswa SMP menjadi peserta UN. Peraih nilai di bawah 55 hanya 34,84 persen atau sekitar 110.538 siswa.
Peningkatan tajam justru terjadi pada jenjang MTs se Jatim. Tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 59,03 persen siswa dari 178.946 siswa mendapat nilai di bawah 55. Sedangkan tahun jaran 2017/2018 ini melonjak menjadi 73,34 persen siswa MTs yang meraih nilai di bawah 55.
Tahun ini jumlah peserta UN jenjang SMP/MTs se Jatim sebanyak 592.372 siswa. Rinciannya, jenjang SMP berjumlah 408.089 siswa, sedangkan jenjang MTs berjumlah 184.283 siswa. Untuk lembaga penyelenggara UN ada 4.500 lembaga SMP. Sebanyak 3.719 lembaga SMP menyelenggarakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), sisanya 881 lembaga Ujian Nasional berbasis Kertas dan Pensil (UNKP). Pada jenjang MTs, total ada 3.488 lembaga menyelenggarakan UN. 3.486 lembaga menggunakan UNBK, sementara 2 lembaga sisanya UNKP.
Melihat hasil tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Saiful Rachman berani menyimpulkan, penyebab naiknya jumlah siswa yang meraih nilai di bawah 55 bukan salah muridnya. Hal itu disebabkan tingkat kesulitan soal yang sangat tinggi sekali. “Hasil SMP ini masih lebih baik dibanding SMA/SMK,” katanya.
Saiful kemudian meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk meninjau kembali tingginya tingkat kesulitan soal. “Ternyata dengan adanya UNBK dan UNKP di jenjang SMP tidak menurunkan jumlah siswa peraih nilai di bawah 55. Pusat perlu meninjau tingkat kesulitan soal,” ujarnya.
Mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini menilai penurunan hasil UN merata terjadi di Indonesia. Hasil di Jatim, kata Saiful, masih cukup baik bila dibandingkan dengan daerah lain. “Semua se-Indonesia hasilnya seperti ini. Jatim masih cukup baik. Bayangkan yang di luar Jawa,” tutur mantan Kepala SMKN 4 Kota Malang ini.
Salah satu cara membuat siswa serius dalam menghadapi UN adalah mengembalikan UN sebagai syarat kelulusan. Saiful menjelaskan, beberapa waktu lalu Kemendikbud sudah mewacanakan hal tersebut. “Saya berharap hal itu tidak terjadi. Jika itu terjadi, dampaknya akan serius dan membuat semua pihak harus kerja keras. Mulai dari kepala dinas, kepala sekolah, serta guru,” pungkas dia. [tam]

Tags: