Akhmad Rizal Jiwo Prakoso Mahasiswa Pencipta SCS

Tim juri mengecek Solar Cold Storage buatan Akhmad Rizal.

Berfungsi Menyimpan Ikan Dalam Boks Tanpa Bantuan Es
Probolinggo, Bhirawa
Inovasi yang dilakukan Akhmad Rizal Jiwo Prakoso, 23, alumni ITS Surabaya warga Desa Curah Dringu, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, bisa menjadi solusi bagi nelayan. Dia menciptakan sebuah alat Solar Cold Storage (SCS) yang berfungsi menyimpan ikan dalam boks tanpa bantuan es.
Berada di jalur pantai utara (pantura), membuat pekerjaan sebagai nelayan menjadi salah satu mata pencaharian utama bagi warga Kabupaten Probolinggo. Terkadang, para nelayan tak hanya sehari saja melaut. Bahkan, bisa 2 sampai 3 hari. Tentu saja, mereka membutuhkan kotak pendingin agar ikan hasil tangkapan tetap segar.
Selama ini, nelayan masih menggunakan tempat seadanya untuk menyimpan ikan agar tetap segar. Yakni, kotak tertutup yang diberi es. Hal ini direspons oleh Akhmad Rizal Jiwo Prakoso, warga Curah Dringu yang merupakan alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Bersama dengan kedua orang temannya, yaitu Rizki Mendung Ariefianto dan Dian Akbar Karismasani yang juga warga Tongas, Akhmad kemudian membuat kotak pendingin bertenaga surya. Alat itu kemudian ia beri nama SCS (Solar Cold Storage). Alat itu menurut Rizal -sapaan akrabnya -, menjadi solusi kebutuhan nelayan akan kotak pendingin untuk menyimpan ikan.
“Biasanyakan penyimpanan ikan yang digunakan para nelayan di daerah saya itu sangat tradisional. Yakni, sebuah boks dikasih es batu. Begitu saja. Itu kurang baik digunakan untuk penyimpanan ikan. Jika sudah lama es batu itu tadi mencair,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, proses tenaga surya bisa membuat boks tersebut dingin tanpa adanya es batu. Alat itu memanfaatkan sinar matahari yang diserap oleh alat itu untuk menjadi aliran listrik. Setelah menjadi aliran listrik, kemudian dimasukan ke dalam baterai yang ada pada SCS itu. “Setelah itu baru kemudian listrik yang tersimpan di baterai tadi masuk ke dalam electric cooler dan menghasilkan dingin,” terangnya.
Karenanya, meski tidak memakai es balok, alat tersebut akan tetap dingin dan bagus sebagai alat penyimpanan ikan. “Kalau ini kan tidak ada airnya meskipun dingin. Jadi, bagus untuk penyimpanan ikan. Sehingga, ikan tetap segar meskipun lama berada di laut,” ujarnya.
“Kami berharap suatu saat nanti, alat kami ini bisa bermanfaat bagi orang banyak,” ungkapnya. Namun, untuk saat ini alat tersebut cukup sulit untuk dimiliki oleh nelayan yang kurang mampu. Sebab, untuk membuat alat itu membutuhkan biaya yang sangat mahal. Karenanya, kami belum mampu memproduksi secara masal, papar Rizal.
“Alatnya mahal. Kami saja saat membuat itu dibantu oleh kampus. Jadi, alat yang kami gunakan itu merupakan bantuan dari produk laboratorium di ITS,” paparnya.
Tetapi, jika ada yang mau membiayai, maka pihaknya siap untuk memproduksi alat tersebut. “Kalau ada yang membiayai, kami siap untuk membuat. Untuk saat ini, kendalanya yakni biaya yang tinggi,” tandasnya.
Alat yang dilengkapi dengan kontrol suhu otomatis serta air chill distributor itulah, yang mengantarkannya menjadi Juara 1 Lomba Inovasi Daerah Kabupaten Probolinggo 2018 Kategori Mahasiswa yang diselengarakan Bappeda Kabupaten Probolinggo.
“Kami sangat bangga. Dengan adanya alat ini, kami bisa menang untuk kategori mahasiswa atau umum. Kami sendiri tidak menyangka jika akan menjadi juara, ” tuturnya. Pemuda yang baru lulus tahun lalu itu, mengaku sangat senang ketika mendengar namanya ditetapkan sebagai pemenang. Modalnya untuk mengikuti perlombaan itu pun hanya sebatas keyakinan dan berkat doa dari orang tuanya.
“Yang pasti kami sangat bersyukur. Dengan begini, semoga akan memotivasi remaja yang ada di Kabupaten Probolinggo untuk membuat penemuan baru. Sehingga, mampu bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Probolinggo,” tambahnya. [wap]

Tags: