AKI Melahirkan Turun, Ingin Kepemimpinan PKK Lebih Visioner

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Harsono menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama Ketua TP PKK Provinsi Jatim dengan TP PKK Kabupaten/Kota, Rabu (27/7).

Gubernur Jatim Dr H Soekarwo didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim dr Harsono menyaksikan penandatanganan kesepakatan bersama Ketua TP PKK Provinsi Jatim dengan TP PKK Kabupaten/Kota, Rabu (27/7).

Kiprah TP PKK Provinsi Jatim di Bawah Kendali Bude Karwo
Kota Surabaya, Bhirawa
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan perempuan sebagai motor penggeraknya. Tujuan terbentuknya organisasi kemasyarakatan ini yaitu untuk mewujudkan keluarga bahagia, sejahtera, maju dan mandiri.
Agar PKK sukses mewujudkan cita-citanya itu, diperlukan kepemimpinan yang menitik beratkan kepada kepemimpinan yang visioner. Maksudnya pemimpin yang mampu menciptakan iklim kerja dalam satu kesatuan tim, menghargai peran setiap individu, merencanakan kegiatan secara bertahap dan sistematis, terbuka hingga senantiasa membangun kemitraan.
“Paradigma baru TP PKK dapat diartikan sebagai sikap dan cara pandang baru, mau dan mampu menerima pembaharuan. Utamanya terhadap para unsur pimpinan TP PKK, tanpa meninggalkan prinsip dasar gerakan PKK,” tutur Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jatim Dra Hj Nina Soekarwo MSi pada pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) TP PKK Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Jatim 2016 yang dibuka secara resmi Gubernur Jatim Dr H Soekarwo di Hotel Utami Sidoarjo, Rabu (27/7).
Dulu, kata Bude Karwo, sapaan akrab Nina Soekarwo, belum ada program unggulan yang terstruktur dari pusat. Sekarang diinstruksikan,  mengombinasikan dengan kearifan lokal sesuai RPJMD kabupaten/kota masing-masing. Karena program unggulan pokja I-IV sudah ada dari pusat yang harus dilaksanakan oleh provinsi hingga kabupaten/kota.
Diakuinya peran PKK sungguh luar biasa. PKK senantiasa proaktif dalam pendampingan ibu hamil yang berisiko tinggi. Ini terlihat dari keberhasilan PKK dalam membantu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, dari semula 104 menjadi 101, dan terus menurun hingga 96. Sekarang sudah sampai on the track yaitu berhasil mencapai 89,6 per 100 ribu kelahiran hidup.
“Karena target MDG’s yang berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs) 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara di tingkat nasional  masih naik terus, average dari 34 provinsi se-Indonesai tercatat 359 per 100 ribu kelahiran hidup,” terangnya.
Dalam struktur kelembagaan TP PKK Pusat, lanjutnya, ditetapkan empat bidang, yaitu bidang  pembinaan karakter keluarga, bidang pendidikan dan peningkatan ekonomi keluarga, bidang peningkatan ketahanan keluarga, serta bidang kesehatan keluarga dan lingkungan. Masing-masing bidang tersebut mempunyai program unggulan.
Di antaranya pola asuh anak dan remaja dalam keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang, pemberdayaan ekonomi keluarga, pemanfaatan lahan melalui program Hatinya PKK dan Hidup Bersih Sehat (PHBS) dalam keluarga dan lingkungan dengan PHBS dan Perilaku Cerdik.
TP PKK perlu menginformasikan, mengomunikasikan, dan mengonsultasikan rencana kerja TP PKK kepada pemerintah daerah melalui SKPD yang membidangi Urusan Pembinaan Pemerintah Desa dan Pemberdayaan Masyarakat dan SKPD terkait. “Hal ini penting, agar rencana kerja TP PKK menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan pembangunan Pemerintah Daerah,” ujarnya.
Rakor PKK merupakan langkah awal dalam menyikronkan program kegiatan, sehingga program kerja yang disusun dapat langsung menyentuh kepada masyarakat. Karena itu dalam kesempatan itu juga dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Ketua TP PKK Provinsi Jatim dengan Ketua  TP PKK Kabupaten/Kota  se-Jatim Jatim, tentang mendukung percepatan penurunan kematian ibu dan bayi dan pengembangan Taman Posyandu menuju Jatim sehat.
Gubernur Jawa Timur Dr H Soekarwo mengakui, secara struktural tidak ada organisasi yang sampai ke grass root, kecuali PKK yang memiliki jaringan komunikasi yang terstruktur mulai dari tingkat pusat sampai dasa wisma. Sehingga permasalahan-permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan. Ini penting sekali dalam rangka memberikan informasi dan gerakan.
Dari substansi keperempuanan, lanjutnya, sejak 2012 sudah dicanangkan tentang ekonomi perempuan. Tentang ini, Jatim dijadikan role model, bahwa perempuan menjadi penggerak perekonomian di Jatim. Mulai kopwan, kelompok koperasi pengajian, koperasi gereja. Akses  kelompok perempuan di bidang modal luar biasa.
“Pemberdayaan perempuan penting, perempuan bukan hanya objek tapi subjek di berbagai bidang inklusif, baik ekonomi, pendidikan, dan lain-lain. Jadi dari segi gender tidak bisa didiskriminasi,” tandasnya. [Zainal Ibad]

Tags: