Akselerasi Pembelajaran Tatap Muka

Akhir-akhir ini, rencana dan persiapan sekolah tatap muka atau pembelajaran tatap muka (PTM) semakin santer menjadi perbincangan di tengah-tengah publik, khususnya orangtua siswa. Sekitar empat bulan jelang tahun ajaran baru sekolah, banyak pihak memberikan dukungan terhadap rencana sekolah tatap muka agar segera digelar. Alasannya untuk menghindari anak Indonesia dari kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar (learning loss). Namun tidak sedikit pula yang masih waswas sehingga terlihat bernada kontra. Wajar, jika rencana dan persiapan PTM inipun, hingga kini terus menjadi sorotan publik.

Rencana PTM ini semakin menguat seiring dengan rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang merencanakan PTM bisa dimulai pada Juli 2021. Tepatnya, setelah proses vaksinasi Covid-19 bagi para tenaga kependidikan selesai. Bahkan, Mendikbud menegaskan bahwa pihaknya berupaya agar PTM di sekolah bisa diakselerasi, (23/3/2021)

Mengacu pada ketentuan PTM yang dirujuk dari surat keputusan bersama (SKB) 4 Menteri Nomor 01/KB/2020, Nomor 516 Tahun 2020, Nomor HK.03.01/Menkes/363/2020, Nomor 440-882 Tahun 2020 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di satuan pendidikan pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun akademik 2020/2021 bisa dilakukan secara bertahap di seluruh wilayah Indonesia, yakni untuk daerah yang termasuk zona hijau dan kuning dari sebaran Covid-19 sudah diperbolehkan untuk menggelar PTM. Tentunya, dilakukan dengan hati-hati mengingat pandemi Covid-19 masih terus berlangsung.

Oleh sebab itu, pihak penyelenggara pendidikan harus benar-benar memastikan protokol kesehatan. Meski demikian kebijakan PTM sulit tanpa cela. Jadi apapun, pro dan kontra yang masih melingkupinya, yang jelas menguatnya dorongan agar sekolah bisa dijalankan dengan tatap muka lagi di tengah pandemi ini patut direspons secara baik. Pasalnya, dorongan agar PTM dibuka kembali juga menggambarkan adanya kesadaran baru bersama baik itu pemerintah pusat, daerah, sekolah, pendidik maupun orangtua siswa dan siswa untuk melahirkan kembali model pendidikan yang tepat. Selain itu, dengan membuka lagi tatap muka, upaya proses mencerdaskan kehidupan bangsa otomatis akan bergerak lagi.

Masyhud
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Rate this article!
Tags: