Akses Susah, Lahan Parkir Minim, Sampah Berserakan di Jembatan Kenjeran

Jutaan pengunjung Jembatan Surabaya di Pantai Kenjeran menyaksikan air mancur menari di tengah sampah berserakan, Sabtu (13/8) malam. [gegeh bagus]

Jutaan pengunjung Jembatan Surabaya di Pantai Kenjeran menyaksikan air mancur menari di tengah sampah berserakan, Sabtu (13/8) malam. [gegeh bagus]

Surabaya, Bhirawa
Antusias warga Kota Surabaya untuk memadati jembatan Surabaya di Pantai Kenjeran, Sabtu (13/8) malam begitu riuh. Ratusan warga yang ingin menyaksikan air mancur menari ditunjang dengan sorotan lampu pun tumplek di sepanjang Jalan Raya Pantai Lama Kecamatan Bulak.
Dari Pantauan Bhirawa, sepanjang jalan di Surabaya Timur khususnya yang mengarah ke Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran padat merayap. Akses menuju Jembatan Surabaya pun dipenuhi kendaraan, baik motor, mobil hingga bus. Kepadatan arus lalu lintas tak terpecahkan meski terlihat beberapa petugas Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satpol PP Kota Surabaya berusaha memecahkan kesemrawutan jalan.
Maklum, jembatan itu juga sudah diresmikan dengan wahana spektakuler berupa air mancur menari-nari. Tarian air mancur ini makin indah karena tersorot lampu warna-warni. Sayangnya, waktu atraksi ini sangat pendek, yakni mulai pukul 20.00 sampai 21.00.
Ratusan warga pun sontak teriak saat air mancur tersebut menunjukkan kebolehannya. Namun, hal tersebut tidak diimbangi dengan kedisiplinan warga terkait sampah.  Banyak sampah berserakan di jembatan sepanjang 800 meter. Maklum, minimnya tempat sampah juga memantik  warga untuk membuang sampah di Pantai Kenjeran. Hal ini ditunjang para pedagang makanan dan minuman juga diperbolehkan berjualan berkeliling di Jembatan Surabaya.
“Sayang sekali sampah begitu banyak di Jembatan Surabaya. Padahal air mancur itu kan untuk selfie bagus. Tapi dengan adanya sampah jadi risih,” kata salah satu pengunjung Jembatan Surabaya, Ike Silvya.
Warga asal Cilegon Banten yang menuntaskan studinya di Surabaya ini juga menyayangkan jika banyaknya sampah plastik menutupi keindahan Jembatan Surabaya. Apalagi petugas kebersihan juga tidak tampak di lokasi Jembatan Surabaya. “Coba bayangkan kalau salah satu dari ratusan atau ribuan orang ini melihat banyaknya sampah, pasti risih. Ya, semoga pengunjung semakin sadar akan kebersihan. Sayang kan, kalau tempat hiburan gratis harus dikotori dengan sampah,” ujarnya.
Selain masih kurangnya kesadaran warga akan kebersihan, ia juga menyayangkan lokasi parkir yang dinilainya sangat jauh dari lokasi Jembatan Surabaya. Sebab, lokasi parkir berada di lingkungan THP Kenjeran. Untuk menuju Jembatan Surabaya harus berjalan kaki. Sedangkan, tambah Ike Silvya, jalur pedestrian yang fungsinya untuk pejalan kaki pun digunakan untuk parkir liar yang dikelola warga sekitar.
“Gimana bisa jalan, jalur untuk jalan kaki saja dibuat parkir. Ditambah lagi, lebar jalan yang sempit membuat motor, mobil dan bus pada saling serobot semua,” keluhnya.
Sementara, warga lainnya yang tidak bisa menyaksikan air mancur karena padatnya lalu lintas, Budi Prasetyo  tampak kecewa. Pasalnya, selain susah mendatkan tempat parkir, ia juga harus berjalan merambat di tepi sungai yang gelap demi bisa menuju lokasi yang dituju. “Wow, sungguh tantangan ya kalau mau lihat air mancur. Harus berjalan di plengsengan kali (sungai, red). Bener-bener uji nyali,” terangnya.
Di saat waktu menunjukkan pukul 20.45, suara petugas dari pengeras suara terdengar imbauan agar warga segera mengosongkan jembatan yang pembangunannya menelan dana hampir Rp 200 miliar ini.
“Kami mohon para pengunjung untuk meninggalkan lokasi Jembatan Surabaya, karena waktu sudah mau habis,” kata petugas menggunakan pengeras suara.  [geh]

Tags: