Aktualisasi Dokter Menjawab Tantangan Kesehatan Publik

Oryz-SetiawanOleh :
Oryz Setiawan
Praktisi Kesehatan & Alumnus
Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public) Unair Surabaya

Sebagai salah satu profesi tertua dalam sejarah, profesi dokter kini mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam dunia kedokteran seiring dengan kompleksitas dunia kesehatan itu sendiri yang pada akhirnya menjelma menjadi sebuah industri yang bersinggungan dengan sisi-sisi ekonomi. Kondisi tersebut kian tak terbantahkan manakala layanan kesehatan lekat dengan perhitungan biaya-biaya dengan dalih untuk meningkatkan kualitas layanan, modernisasi fasilitas dan peralatan yang canggih nan serba digital sehingga aspek pembiayaan menjadi dominan. Di satu sisi kemajuan tersebut menjadi indikator meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan kian menurunnya morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian). Namun ironisnya kemajuan dunia medis tersebut juga diiringi dengan munculnya problem kesehatan baru terutama penyakit baru (new emerging diseases) atau timbulnya penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diasease). Fenomena tersebut seakan menjadi PR dan tantangan dokter dalam upaya mewujudkan misi kedokteran yang luhur dan mengembang nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai bagian dari perjalanan hidup setiap manusia, profesi dokter pasti selalu dibutuhkan sebab tiada manusia yang tak mengalami sakit baik skala ringan, sedang maupun berat dimanapun berada dan siapapun mereka. Kondisi tersebut menjadi ‘lahan’ bagi seorang dokter agar bagaimana keilmuan sang dokter dapat mengembalikan kondisi si sakit menjadi sembuh dan mampu kembali beraktivitas bahkan lebih produktif. Secara de facto, Indonesia mulai berdirinya republik hingga kini ternyata kebutuhan tenaga dokter masih belum memenuhi standar kecukupan baik dari sisi jumlah, jenis, distribusi hingga kualitas jika dibandingkan dengan rasio jumlah penduduk di suatu wilayah.  Beberapa program pengembangan atau inovasi dilakukan oleh Kementerian Kesehatan antara lain : dokter terbang (flying doctor), rumah sakit bergerak (mobile hospital) untuk daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan yang tak lain agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan akses jangkauan kesehatan yang berkualitas.
Biaya Mahal
Kian mahalnya biaya kesehatan memang menjadi salah satu hambatan bagi hak publik untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu tanpa kecuali. Salah satu komponen biaya kesehatan adalah biaya atau jasa untuk dokter sebagai kompensasi terhadap tugas dan fungsinya dalam rangka menjalankan profesinya. Dengan kata lain ukuran pekerjaan tersebut dihargai sesuai dengan tingkat layanan yang diberikan berdasarkan derajat ringan beratnya suatu layanan kesehatan sehingga sangat wajar bila keahlian dan kompetensi profesi dokter juga dihargai dengan tetap mempertimbangkan etika profesi. Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas sangat terkait dengan aspek peningkatan mutu pendidikan kedokteran di Indonesia. Pendidikan kedokteran merupakan sisi hulu yang memerlukan upaya pembenahan baik menyangkut perangkat lunak (software) seperti penyempurnaan kurikulum pendidikan, kompetensi praktik profesi kedokteran, standarisasi layanan maupun metodologi pengajaran yang berbasis evidence-clinical based. Selain itu, diperlukan pengembangan aspek perangkat keras (hardware) yaitu pengembangan jumlah tenaga pendidik, pembangunan infrastruktur, hingga pemenuhan prasarana dan fasilitas praktik.
Sistem kurikulum pendidikan kedokteran belakangan ini terlalu ‘klinikal sentris’ yang berorientasi pada aspek biomedis sehingga kadang-kadang para klinisi terjadi kekeliruan dalam melakukan diagnosis penyebab penyakit. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran berdasarkan permasalahan dan skenario kasus klinik dan saling terintegrasi berbasis masyarakat serta pola pengenalan lebih dini pada suasana klinik. Di sisi lain lama waktu pendidikan disinyalir merupakan salah satu faktor mengapa pemerintah sulit memenuhi tingkat optimalisasi kebutuhan dokter (spesialis) hingga problem pemerataan dokter di setiap wilayah di Indonesia. Selain “ongkos cetak” calon dokter terdapat biaya investasi yang lebih besar yang dipergunakan untuk biaya perawatan peralatan praktik, laboratorium keterampilan dan keahlian, pelatihan fasilitator serta sarana penunjang daya keahlian dan keterampilan mahasiswa. Berbagai prasyarat lain yang terkait upaya peningkatan mutu pelayanan medis adalah melalui registrasi, sertifikasi dan pemantauan standarisasi layanan termasuk standarisasi pendidikan dan pelatihan kurikulum profesi medis berbasis kompetensi. Selamat Hari Dokter Nasional, semoga para dokter tetap memegang teguh sumpah profesi sehingga dapat menambah keyakinan publik bahwa” korp baju putih” bak dewa penolong bagi pasien dari pesakitannya.

                                                      —————————- *** —————————

Tags: