Alarm Lonjakan Kasus Pasca Libur Nataru

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Ketika sejumlah negara di Eropa mengalami kenaikan kasus Covid-19 dengan angka tinggi. WHO mencatat bahwa terjadi peningkatan kasus Covid-19 kembali tinggi di dunia. Peningkatan tertinggi terjadi di Eropa dan Amerika. Padahal, sebelumnya negara itu sudah dianggap berhasil mengatasi pandemi korona. Sebut saja Rusia, Jerman, Austria, Belanda, Hungaria, Republik Ceko dan Polandia. Bahkan WHO memperkirakan Eropa menjadi episentrum corona dunia. Kondisi menjadi atensi serius pemerintah dalam rangka upaya pengendalian kasus corona yang saat tengah mengalami pelandaian. Harus, diakui bahwa pandemi Covid-19 belum sepenuhnya usai. Semua harus waspada, penerapan protokol kesehatan tidak boleh kendor, upaya testing dan tracing terus digenjot dan program vaksinasi harus lebih masif digencarkan di berbagai lini bahkan jempur bola door to door guna percepatan pencapaian target kekebalan komunal minimal 70 persen jumlah penduduk. Salah satu potensi risiko tinggi lonjakan kasus adalah momen hari libur akhir tahun seperti Natal dan Tahun Baru.

Pada kondisi ini tentu sangat berpotensi terjadi titik akumulasi mobilitas penduduk dan sangat berisiko terjadi kerumunan dalam berbagai bentuk kegiatan baik rekreasi, reuni, pertunjukan seni dan hiburan dan lain-lain. Dari sisi ekonomi momen akhir merupakan puncak rutinitas tahunan, perputaran roda ekonomi bisnis, industri kreatif dan aktivitas sosial keagamaan yang pasti diikuti dengan geliat aktivitas masyarakat yang cenderung masif dan sulit dikontrol. Berkaca pada momen libur lebaran Mei lalu yang kemudian diikuti oleh gelombang kedua kasus sebagai salah satu puncak ledakan kasus di Indonesia pada Juli lalu menjadi pelajaran sangat berharga. Saat itu kasus sempat mencapai rekor kasus selama pandemi dengan 56.757 kasus per hari dengan jumlah kematian lebih dari 2 ribu jiwa per hari.

Dalam menghadapi libur Natal dan Tahun Baru, pemerintah seakan tak ingin kecolongan dalam upaya mempertahankan kondisi yang kondusif kasus Covid-19 di Indonesia yang ditandai dengan jumlah (kasus) masih kecil, positivity rate masih rendah, tingkat hunian (Bed Occupancy Rate) rumah sakit yang rendah. Berbagai langkah dan scenario kebijakan akan diterapkan pemerintah seperti pelarangan cuti bagi ASN, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 di seluruh Indonesia, melakukan monitor setidaknya 19 daerah kabupaten/kota yang berpotensi kenaikan kasus selama 4 Minggu berturut-turut. Beberapa penyebab kasus naik adalah berbagai pelonggaran pembatasan aktivitas masyarakat diikuti melonggarnya bahkan abai terhadap protokol kesehatan di masyarakat, belum semua masyarakat menerima vaksin dan kekebalan mulai turun terhadap varian yang sangat menular seperti varian AY.23 dan AY.4.2 merupakan varian baru dari Delta.

Upaya dan strategi pemerintah dalam penanggulangan pandemi di Indonesia dikelompokkan ke dalam lima pilar utama. Pertama deteksi, dilakukan melalui penguatan testing, tracing, karantina/isolasi. Deteksi juga dilakukan melalui surveilans untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah dan surveilans genomic untuk mengawasi varian baru serta pengawasan di pintu masuk negara. Hal ini sangat penting mengingat kecepatan strain virus Covid-19 yang mudah bermutasi dan bersifat lebih menular (virulen). Kedua, manajemen klinis dilakukan tatalaksana kasus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan termasuk potensi obat baru dan persiapan kapasitas rumah sakit dan fasyankes lain. Ketiga, perubahan perilaku dilakukan melalui penguatan protokol kesehatan berbasis platform teknologi informasi PeduliLindungi. Keempat, peningkatan cakupan vaksinasi skala luas, masif dan konsisten serta kelima penguatan sistem kesehatan untuk menjaga keberlangsungan kapasitas pelayanan kesehatan esensial dan rujukan serta memenuhi standar protokol kesehatan.

Akselerasi Vaksinasi

Harus diakui bahkan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah berjalan sangat masif. Vaksinasi ibarat tameng dalam peperangan melawan serbuan pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhir. Mulai stok, ketersediaan dan distribusi vaksin yang terus diamankan dan digelontorkan ke seluruh area-area yang masih berrisiko tinggi penularan dan daerah-daerah yang belum memenuhi target capaian. Gerakan vaksinasi massal menjadi salah satu andalan pemerintah untuk sesegara mungkin keluar dari jeratan dan lingkaran pandemi Covid-19. Tak hanya tenaga kesehatan, dukungan dari TNI/Polri dan kalangan swasta semua dilibatkan untuk mempercepat capaian target vaksinasi di Indonesia. Bahkan opsi untuk memperluas cakupan vaksinasi pada vaksin dosis ketiga atau booster di luar tenaga kesehatan yang saat ini masih diperlukan kajian terlebih dahulu.

Selain itu juga dilakukan langkah evaluasi efektivitas vaksin Covid-19 bahwa vaksin mampu menurunkan risiko terinfeksi Covid-19, serta mengurangi perawatan dan kematian terutama bagi tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan efektif terhadap mutasi virus Covid-19. Hingga saat ini belum ada penelitian ataupun bukti ilmiah yang menunjukkan vaksin yang telah diproduksi dan telah digunakan di berbagai belahan dunia tidak bisa melindungi masyarakat dari virus varian baru. Oleh karena itu eksistensi vaksin yang digunakan dalam upaya kita melakukan penanggulangan pandemi masih dipandang sangat efektif. Indonesia telah melampaui target WHO tersebut, yakni mampu memberikan vaksinasi lengkap setidaknya 40 persen populasi pada akhir tahun 2021.

Meski belum mencapai standar target 70 persen dari total penduduk yang tervaksinasi, strategi vaksinasi di Indonesia menjadi contoh negara lain dalam upaya melawan pandemi. Hingga memasuki minggu ketiga Bulan November setidaknya capaian vaksinasi nasional sudah 133 juta dosis untuk pertama atau setara dengan 64,05 persen. Sementara itu vaksinasi dosis kedua sudah mencapai sekitar 87 juta dosis atau 42,23 persen. Pencapaian ini merupakan kerja keras seluruh komponen bangsa sebagai penyelenggara vaksinasi dan juga partisipasi dari seluruh rakyat Indonesia yang bersedia untuk divaksinasi. Kita, semua masyarakat Indonesia tak ingin gelombang ketiga lonjakan kasus Covid-19 terjadi kembali, semua sudah lelah dan capek, kehidupan dasar masyarakat tergoncang, ekonomi kian terpuruk dan sumber daya kesehatan ‘ambruk’ termasuk anggaran pemerintah terus terkuras untuk penanganan pandemi yang tak ada kepastian ujung akhirnya. Semoga bangsa ini terjaga dan mampu keluar dari cengkeraman pandemi Covid-19 dengan konsisten menerapkan 5 M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan) dalam kesehariannya dan 3 T (testing, tracing dan treatment) yang harus terus diakselerasi oleh tenaga kesehatan.

——— *** ———

Tags: