Alat Komunikasi Satelit untuk Nelayan

Qurrotul Aini

Qurrotul Aini
Alat komunikasi berbasis satelit masih cukup terbatas bagi kapal tangkap ikan nelayan dengan bobot di bawah 30 Gross Ton (GT). Dampaknya, illegal fishing dan industri kemaritiman terancam menurun.
Hal ini menarik Qurrotul Aini agar masalah tersebut diharapkan dapat teratasi. Lulusan program doktoral ITS Surabaya ini mengungkapkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mewajibkan kapal dengan bobot di atas 30 GT untuk menyediakan sistem tersebut. Namun, faktanya kapal di bawah 30 GT justru mendominasi 98 persen dari keseluruhan jumlah kapal tangkap ikan di Indonesia.
Kapal di atas 30 GT selama ini kapal menggunakan Vessel Monitoring System (VSM) untuk berkomunikasi antar kapal, dan pusat monitoring yang ada di darat menggunakan media satelit. “Namun, banyak kapal nelayan Indonesia dengan bobot di bawah 30 GT belum dilengkapi peralatan komunikasi berbasis satelit tersebut,” tutur perempuan yang juga staf pengajar Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Melalui penelitian berhasil menemukan jalan keluar dari permasalahan di atas. Yakni dengan terciptakannya algoritma optimasi trafik data Breadth Fixed Gossip (BFG) sebagai kombinasi dari algoritma pencarian Breadth First Search (BFS), model fixed radius atau cakupan transmisi kapal, dan algoritma Gossip serta Chaos Particle Swarn Optimilization (PSO) pada jaringan dinamik.
Ibu empat orang anak ini menjelaskan, dengan algoritma yang telah ia buat ini memungkinkan kapal tangkap ikan nelayan untuk bertukar informasi melalui media satelit. Hal tersebut ia buktikan dengan simulasi yang sudah diuji coba. Melalui simulasi tersebut diketahui juga setiap nelayan mengabarkan kondisi terkini (real time) ketika diketahui ada kapal asing yang hendak mencuri ikan (illegal fishing).
“Pemodelan ini diharapkan agar trafik data antar kapal dan destinasi menuju lokasi dengan ikan yang berlimpah dapat diketahui, dan dengan adanya sistem komunikasi berbasis satelit ini pencurian ikan dapat diatasi,” harap Aini.
Perempuan yang menempuh pendidikan S2 dan S3-nya di ITS itu berencana untuk mengembangkan algoritma yang ia ciptakan menjadi perangkat yang siap digunakan, Aini juga berencana untuk bekerjasama dengan PT Polytron untuk membangun protokol dan perangkat yang akan digunakan untuk alat komunikasi berbasis satelit kapal di bawah 30 GT. [tam]

Rate this article!
Tags: