Alat Terapi Gigi dan Teknologi Laser Unair segera Diproduksi Massal

Hasil kerjasama dengan DUDI, alat Dentolaser buatan Dosen Unair segera diproduksi massal.

Kerjasama Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi Unair bersama DUDI
Surabaya, Bhirawa
Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kembali pertemukan peneliti Unair dengan pihak Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI), PT Sarandi Karya Nugraha beberapa waktu yang lalu. Dalam pertemuan ini membahas produk inovasi Dentolaser yang rencananya akan diproduksi masal karena sudah keluar di e-katalog.
Alat dentolaser itu dikembangkan peneliti dan dosen Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Prof Dr Suryani Dyah Astuti MSi bersama Tim Peneliti yakni Prof Dr Ernie Maduratna Setyawati drg MKes SpPerio(K) dan Deni Arifianto SSi MT.
Tim Peneliti Unair, Prof Ernie menuturkan, produk dentolaser yang akan diproduksi massal adalah instrumen medis yang bisa digunakan oleh para dokter gigi sebagai alat terapi gigi dan mulut dengan teknologi laser.
“Alat ini untuk terapi gigi dan mulut, seperti periodontitis, endodontis, atau semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Namun selain untuk dokter gigi, Dentolaser juga bisa digunakan untuk dokter umum, terutama penyakit kulit, seperti jerawat atau ulkus diabetik,” jelas Prof Ernie, Kamis (4/3) kemarin.
Dalam persiapan produksi masal ini, kata Prof Dyah, semua proses sertifikasi sudah selesai dilakukan. Saat ini dilanjutkan dengan proses transfer teknologi ke industri, karena dalam proses produksi itu, industri harus tahu bagaimana cara kerja alat dan komponen-komponen apa saja yang dibutuhkan.
“Meskipun pada saat diajukan sertifikasi, hak izin edar dan izin produksi, hal itu sudah dituliskan di sana. Tetapi kan, proses produksi tetap harus melalui transfer teknologi. Jadi hari ini kami membicarakan tentang proses transfer teknologi dari Unair ke pihak industri,” jelasnya.
Lebih lanjut, nantinya Unair akan melakukan produksi rangkaian elektronik, sebagai inti atau otak dari instrumen tersebut. Sedangkan proses assembling, casing, dan packaging akan dilakukan oleh PT Sarandi Karya Nugraha.
“Hardware dan software sistem instrumentasi dentolaser akan diproduksi di Unair,” ucapnya.
Prof Ernie menambahkan, nantinya akan ada kerja sama dengan berbagai asosiasi dokter sebagai target pengguna produk tersebut seperti IPERI dan PDGI. Karena ini dentolaser memang fokusnya di dokter gigi, meskipun juga bisa dipakai untuk penyakit kulit.
Pertemuan itu juga dihadiri Dr Muhammad Nafik Hadi Ryandono SE MSi sebagai Ketua Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) dan pihak mitra industri, Presiden Direktur PT Sarandi Karya Nugraha, Isep Gojali. Isep berharap kerjasama ini bisa berlanjut di masa depan sehingga bisa memberi banyak manfaat ke masyarakat luas.
“Mudah – mudahan bisa berlanjut, jadi kami bisa membantu dokter gigi, ada manfaatnya buat masyarakat. Karena ini kan, sudah layak jual, sudah registrasi. Kita ke sini dalam rangka untuk mempersiapkan produksinya bagaimana,” jelasnya.
Terkait produksi masal produk dentolaser ini, Isep menjelaskan, produksi masal ini akan dilakukan secepatnya dan sebagian prosesnya akan dilakukan di Unair sehingga prosesnya dapat digunakan untuk teaching industry.
“Mass production-nya kerja sama antara Unair dan PT Sarandi Assembling rangkaian elektroniknya akan dilakukan di Unair, sekaligus dapat digunakan untuk teaching industry agar mahasiswa juga bisa belajar tentang industri dan wirausaha,” terang Isep.
Sebagai informasi, produk Dentolaser mulai dikembangkan sejak tahun 2015. Saat itu, Prof Dyah, Prof Ernie dan tim mengikutsertakan produk penelitiannya dalam program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).
Sebelum ada produk Dentolaser, biasanya para dokter gigi mengobati penyakit gigi dan mulut dengan menggunakan antibiotik. Karena sifat antibiotik yang bisa mengakibatkan resisten, maka produk Dentolaser ini memiliki keunggulan tersendiri, yakni tidak menimbulkan resistensi, dan bisa menjangkau tempat-tempat sulit di rongga mulut. [ina]

Tags: