Alumni Gentengkali 33 Kandidat Kepala Dindik Jatim

Hudiyono dan Ardo Sahak

Pemprov, Bhirawa
Kekosongan jabatan di Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim paling mendapat perhatian di antara tujuh jabatan kosong setingkat eselon dua. Siapa yang akan mengisi kekosongan tersebut masih menjadi tanda tanya. Namun, sejumlah nama ‘alumni’ dinas yang terletak di Jalan Gentengkali 33 Surabaya tersebut mulai muncul ke permukaan.
Di antara nama-nama tersebut ialah Hudiyono yang kini menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial merangkap Plt Kepala Dindik Jatim, Ardo Sahak Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, serta Kepala Bakorwil Madiun Gatot Gunarso. Selain ketiga nama tersebut, muncul juga sosok Ramliyanto yang kini masih duduk sebagai sekretaris Dindik Jatim.
Mantan Kepala Dindik Jatim Saiful Rachman mengakui, beberapa nama tersebut santer digadang-gadang akan menjadi penerusnya. Namun, pihaknya menolak jika Dindik Jatim hanya berpeluang diisi oleh alumni Gentengkali 33. Sebab, mengelola pendidikan di Jatim diakuinya harus memiliki komitmen yang tinggi dan kemampuan untuk menerjemahkan visi – misi Gubernur Jatim.
“Saya punya prinsip bahwa orang yang memimpin pendidikan itu punya komitmen yang tinggi terhadap pendidikan, bukan orientasi terhadap materi,” tutur Saiful dikonfirmasi kemarin, Selasa (25/6).
Pengalaman secara internal memang perlu. Tapi, prinsipnya adalah komitmen dan pola dalam memimpin. Hal itu juga harus didukung dengan karakter personal masing-masing karena dalam mengelola pendidikan salah satunya tidak bisa dengan emosional atau otoriter.
Jika mengacu latar belakangnya di dinas pendidikan, Saiful mengaku dua nama paling berpeluang untuk jadi. Keduanya ialah Hudiyono dan Ardo Sahak. Tapi untuk Gatot Gunarso kemungkinan cukup kecil karena akan memasuki pensiun dalam waktu dekat. “Keduanya pernah menjadi bawahan saya. Dan saya jangan sampai disalahkan orang karena tidak menyiapkan kader. Saya menyiapkan kader tapi kalau dituntut sama seperti pola saya juga tidak bisa,” kata dia.
Selain dua nama tersebut, Saiful juga menyebut Ramliyanto sebagai sosok yang juga sudah dikader untuk memimpin pendidikan. Tapi kapasitas di antara Ardo, Hudiyono, maupun Ramliyanto relatif sama. “Kalau bicara loyalitas, masing-masing punya loyalitas. Tapi sekarang tidak cukup hanya loyalitas. Yang terpenting adalah memahami kebijakan pimpinan,” kata dia.
Calon kepala dindik, diungkapkan Saiful, juga harus menguasai politik anggaran. Mengingat saat ini anggaran yang dikelola Dindik Jatim mencapai Rp 12,3 triliun. Karena itu, tidak bisa juga kepala dinas pendidikan itu hanya menguasai teori dan lihai membuat konsep. Sementara eksekusi di lapangan justru lemah. “Itu salah satu kelebihan Pak Ramli. Tapi di lapangan kan tidak cukup hanya itu. Eksekusi harus dilakukan dengan stabilitas emosi dan sistem operasi yang tepat” ungkap pria yang kini menjadi Widya Iswara Ahli Utama tersebut.
Saiful menyadari, sosok dengan kriteria sempurna seperti itu mungkin tidak akan ditemukan. Namun, itu dapat dipelajari seiri “Proses pembelajaran itu pasti terjadi. Kalau mencari dengan track record seperti saya yang berasal dari guru ya gak ada. Pejabat sekarang kan semua berasal dari struktural administrasi,” tutur dia.
Menurut dia, memimpin pendidikan berbeda dengan memimpin OPD lain karena Dindik Jatim mengayomi semua unsur, mulai dari pelaku pendidikan hingga masyarakat yang menggunakan layanan pendidikan. Jika orientasi hanya sebatas skup dinas pendidikan sulit. Orientasinya harus mulai kebutuhan dasar masyarakat terhadap pendidikan.
“Kita harus melihat track record orang. Kalau kita melihat anggaran pendidikan orientasinya langsung kepada masyarakat. Kalau kita memandang anggaran ini akan dapat berapa, wah buyar,” ungkap dia.
Sementara itu, Ardo Sahak ketika dikonfirmasi terkait hal ini enggan berkomentar banyak. Pihaknya hanya membenarkan bahwa telah cukup lama berdinas di Gentengkali 33. Sejak pihaknya menjadi staf hingga duduk sebagai eselon 3. “Saya 23 tahun di Dindik Jatim dan 10 tahun berpindah-pindah dari satu dinas ke dinas lain sebagai eselon dua. Kalau bicara pengalaman silahkan dinilai sendiri,” tutur dia.
Jawaban singkat juga diungkapkan Plt Kepala Dindik Jatim Hudiyono. Pihaknya enggan menanggapi isu santernya persaingan di dinas pendidikan. Pihaknya hanya berupaya menjalankan setiap tugas yang diamanahkan Gubernur Jatim padanya. “Saya tidak merasa ada persaingan. Kami hanya melaksanakan tugas sebagaimana perintah, arahan dan keputusan gubernur,” pungkas dia. [tam]

Tags: