Alur Bantuan Bencana

Duka mendalam masih menghimpit ribuan warga korban gempa bumi Cianjur, sebanyak 318 jenazah telah ditemukan. Derita perih kehilangan anak, orangtua, suami dan istri, sekaligus kehilangan tempat tinggal dan kehilangan nafkah (sawah tertimbun longsor). Ribuan warga Cianjur memilih tetap tinggal di tenda pengungsian yang dibangun di lapangan terdekat rumah. Sebanyak 62 ribu bangunan rumah warga sudah rusak berat, tidak bisa menjadi tempat tinggal lagi.

Namun masyarakat internasional akan mulai berdatangan turut menyokong bantuan. Diperlukan koordinasi (dan manajemen) penerimaan bantuan, “satu pintu.” Bisa jadi, bantuan internasional bukan sekadar berupa donasi uang, bahan pangan, dan sandang (baju dan selimut). Melainkan juga jasa tenaga profesional (dan ahli) penanganan korban. Tak terkecuali tim resque (pencari dan penyelamat). Seluruh dunia juga terkejut, karena Indonesia baru saja sukses menjadi presidensi KTT G-20 di Bali. Komitmen bantuan telah dinyatakan beberapa negara-negara.

Bantuan internasional sesuai kebutuhan, termasuk berbagai jenis sarana dan jasa. Diantaranya, pesawat angkutan yang bisa mendarat pada landasan pacu pendek (2.000 meter). Selain itu juga dibutuhkan penjernihan air (untuk kebutuhan konsumsi dan kebersihan), tenda, dan gen-set pembangkit listrik. Serta rumahsakit (RS) lapangan dan tenaga medis. Bahkan Miss Universe Swis, Alia Guindi, yang berada di Indonesia, telah menggelar lelang 7 lembar batik tulis untuk membantu korban gempa di Cianjur.

Kehadiran negara di tengah penderitaan masyarakat Cianjur, sudah memadai. Presiden telah berkunjung dua kali ke tengah-tengah pengungsian. Memastikan hak-hak korban bencana bisa terlaksana secara baik. Pemerintah telah mengerahkan personel TNI dan Polri untuk pencarian, penyelamatan, dan pemberian bantuan. Juga membuka dapur umum konsumsi korban gempa bumi. Disediakan ransum makan tiga kali sehari untuk seluruh korban yang tinggal di tenda pengungsian.

Banyak pula korban gempa bumi mendirikan tenda pengungsian secara mandiri, tersebar di berbagai lokasi. Sebagian tidak terjangkau suplai bantuan. Sehingga harus “mencegat” alur bantuan lokasi lain. Bisa menimbulkan kericuhan. Diperlukan koordinasi dibawah komando BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), yang dilaksanakan bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Berkaca pada bencana wabah (pandemi, dan penyakit mulut dan kuku), koordinasi melibatkan TNI dan Polri.

Koordinasi sampai di tingkat desa dan kelurahan, melalui Babinsa (TNI) dan Babinkamtibmas (Polisi). BPBD juga mengkoordinasi relawan dari berbagai organisasi dan komunitas. Banyak relawan berhasil menembus kampung-kampung terisolir. Antara lain desa Cijedil, kecamatan Cugenang, dan desa Nagrak, Cianjur. Puluhan rumah hancur. Atap ambruk dan sebagian jalan tertutup material bangunan yang runtuh.

Banyak warga terjebak (tertindih) reruntuhan, menambah kisah dramatik upaya pertolongan. Bencana alam datang bersambungan (lindu, dan bencana hidro-meteorologi), makin mendera ke-darurat-an. Puluhan ribu warga harus di-evakuasi. Serta diperkirakan bakal lama tinggal di pengungsian, karena tidak memiliki rumah yang layak huni. Seluruhnya juga berhak memperoleh bantuan, sesuai UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Termasuk memperoleh rumah layak huni yang baru.

Dampak gempa bumi Cianjur, juga merusak 31 gedung sekolah, 214 rumah ibadah, serta 13 bangunan perkantoran. Serta banyak jalan yang retak dan ambles. BNPB saat ini sudah menyediakan 14 titik posko pengungsian utama. Seluruhnya dilengkapi persediaan obat-obatan, sediaan tenda, dan dapur umum. Sekaligus sebagai “gudang” transit bantuan.

Bencana beruntun bisa menjadi keniscayaan, karena wilayah Indonesia berada di “punggung” lempeng tektonik. Maka diperlukan manajemen penanganan bencana yang datang beruntun dengan pola sistemik, sesuai keparahan bencana. Serta koordinasi bantuan.

——— 000 ———

Rate this article!
Alur Bantuan Bencana,5 / 5 ( 1votes )
Tags: